33

17.4K 2K 105
                                    

Lian berjalan keluar dari kamar mandinya mengambil kaos asal lantas memakainya saat hendak ke luar kakinya terhenti, langkahnya kembali berdiri di depan cermin dengan wajah datar seperti biasanya.

Tangan kanannya menyentuh rahang tegasnya melirik kanan kiri lalu berdecak setelah sadar apa yang dilakukannya aneh "apa gue kurang ganteng?"

Kenapa tiba-tiba?

Anya, nama itu yang akhir-akhir ini selalu mengganggu nya baik si nama ataupun si pemilik nama, Anya benar-benar mengacaukan pikiran seorang Killian. Tapi anehnya kenapa Anya seolah biasa saja saat bertemu dengannya? Biasanya para gadis akan menjerit atau selalu mencoba menarik perhatiannya. Tapi Anya? Dia benar-benar berbeda dari gadis mana pun.

"Malam" sapanya pada sang papah yang tengah sibuk dengan ponselnya duduk di kursi meja makan sambil menunggu hidangan makan malam tersaji.

Lian menghela nafas lelah melihat sapaannya tak digubris menarik kursi dan duduk disebelah papahnya "masih marah?"

Steve Stevenson, papah Lian melirik melalui ekor matanya "cih, menurut ente?"

Papahnya kekanakan, Lian lagi-lagi menghela nafas "cuman perkara sate anak didiemin berbulan-bulan!"

Steve menggebrak meja menggunakan ponsel— ngomong-ngomong itu ponsel keluaran terbaru.

"Cuman? Kamu bilang cuman? Eh papah kelaparan nungguin kamu beli sate tapi ternyata kamu malah makan sate pesanan papah! Sakit gak hati papah, sakit Lian~!" Steve memegang dadanya.

Memutar mata jengah "kan setelahnya Lian ganti pah, bahkan 100 tusuk! Masih kurang?"

"Bukan masalah kurangnya tapi kamu tuh yang gak amanah!"

Bi Juli mulai menghidangkan menu makanan untuk makan malam, menggeleng kecil mendengar perdebatan antara tuan dan tuan mudanya.

"Bi~ kok gak ada sambel? Ih gak like deh" Steve menatap Bi Juli meminta jawaban.

"Tuan sambelnya ada di sana" Bi Juli menunjuk dengan sopan semangkuk sambel tepat dihadapan Lian.

"Oalah, tak kirain gak ada sambel."

Bi Juli pamit pergi, meja makan besar yang hanya diisi dua orang itu fokus memakan makanannya denting piring yang berbunyi menemani kesunyian diantara keduanya.

"Lian" panggil Steve.

"Hm?"

"Jawab tuh yang bener, papah ini orang tua kamu. Cih dasar punya anak gak peka!" Omel Steve.

Lian lagi-lagi menghela nafas, coba hitung sudah berapa kali dia begitu. Lelah menghadapi papahnya yang kekanakan "iya pah."

Steve tersenyum puas "besok malam ada acara perusahaan yang harus papah hadiri dan kamu harus ikut!"

Lian mengangguk lantas pamit pergi, dia tak bisa menolak sebab sejak dia lahir takdir nya sudah diputuskan. Lagipula Lian tak ada keinginan untuk mengubah jalan hidupnya, Steve menatap nanar kepergian anaknya.

Rumah yang dulu sempat ramai kini sepi layaknya tak berpenghuni, Steve diam-diam merindu dengan suasana hangat rumahnya yang dulu.

____

Brakk!!

"ABAAAAAANG!!" Anya membuka pintu kencang dan masuk ke dalam kamar Dian dengan membawa boneka kesayangannya tanpa tau malu langsung pergi ke arah kasur dan tidur di sana.

Dian yang tengah belajar hanya menggeleng maklum "ada angin apa lo ke kamar gue?"

"Bosen" bibirnya mengerucut tubuhnya berguling-guling sampai selimut melilit tubuhnya. Anya seperti ulat bulu~!

Stupid Character's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang