57

12.4K 1.3K 29
                                    

Anya duduk menatap pilu pada seseorang yang terbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya, Lian, lelaki itu menerima luka yang paling parah apalagi di bagian kepala. Kini Anya terdiam dan terus mengelus tangan yang bebas infus atau sesekali mengusap wajah tampan yang kini begitu pucat. Ia meringis ngilu saat melihat banyaknya alat yang terpasang di tubuh pacarnya itu.

Dari cerita yang ia dengar dari si kembar serta yang lain saat mereka menemukan Lian dan Anya mereka sudah tak sadarkan diri dalam keadaan saling berpelukan, mereka terlambat datang. Nova dinyatakan sudah tiada dan pihak kepolisian juga menemukan belati yang digunakan Lian untuk membunuh Nova, kasus Anya resmi di tutup tetapi tidak dengan pencarian Judith yang masih berlanjut hingga kini.

Tentang Lian? Pacarnya itu tetap dinyatakan bersalah namun hukuman yang Lian terima di beri sedikit keringanan, lalu sebuah rumah pun ditemukan sebagai tempat penculikan di sana pihak kepolisian tidak menemukan apapun kecuali barang bukti seperti, pisau, cambuk, dan semacamnya. Judith pun dinyatakan sebagai buronan polisi, mengingat jika dia pun terlibat dalam penculikan Anya.

Lauren dan Reina sudah menjenguknya tadi pagi tentunya bersama para Pikachu tak lupa Kaftan, Ridho, Xean dan Tyo.

Ceklek!

"Papah?"

Yang datang adalah Steve dia baru saja kembali dari kantin rumah sakit "gimana keadaan kamu?"

Anya tersenyum "baik Pah, tadi baru aja terapi!"

Steve yang gemas pun mengusak rambut Anya "maaf ya Pah, udah buat anak papah kayak gini." Kepalanya menunduk.

Steve menghela napas berjongkok di depan kursi roda Anya "sudah papah bilang berkali-kali jangan salah kan dirimu, kamu juga korban di sini."

Sungguh Steve ini idaman sekali, dan tentu sangat baik. Awal bertemu pun Steve langsung menanyakan kondisinya, sungguh papah mertua idaman!!

"Kami datang!"

Anya terkejut mendelik sinis pada Pj yang masuk "berisik! Ini bukan rumah lo Pj, inget rumah sakit!" Kepala Pj di pukul Yeye, meringis malu pada Steve yang menggeleng melihat kelakuan teman anaknya.

Pj hanya meringis pelan "iya iya."

"Gimana kabar lo Nya?" Tanya Lou.

"Gue baik, cuman masih belum bisa jalan aja." Jawab Anya seadanya.

"Nya, mau jalan-jalan gak?" Suara Xean datang dari arah belakang Edd.

"Nih bocah masih aja nyari kesempatan!" Cibir Edd "anak daddy udah sold out, sana cari yang lain aja!!"

"Jijik Edi!" Anya berseru geram.

"Akhirnya ~! Kalimat itu gue denger lagi setelah sekian lama." Edd hendak berlari menerjang Anya sebelum bajunya di tarik Yeye "mau ke mana lo?!"

"Hehe."

Anya menatap Xean "kenapa lo malah liatin gue? Ayo, katanya mau ngajak gue jalan-jalan!"

Sontak Xean yang mendengar itu bersemangat keluar sambil mendorong kursi roda Anya setelah pamit pada Steve yang lain ia hiraukan.

Xean mendorong kursi roda Anya pelan sepanjang perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya yang mampu membuat Anya bertanya-tanya kenapa dengan Xean? Tak biasanya dia hanya diam. Xean membawa Anya menuju taman rumah sakit dia duduk di kursi taman sementara Anya dia tempatkan di depannya, tepat menghadap dirinya.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Anya.

Xean diam yang dia lakukan selanjutnya mampu membuat Anya terekejut, Xean merengkuhnya. Memeluknya dengan erat seakan tak membiarkan Anya pergi darinya.

"Gue seneng lo udah baik-baik aja, gue takut kehilangan lo Anya!"

Perlahan Anya membalas pelukan Xean padanya sambil mengusap punggung itu "lebay banget sih lo, tenang gue gak akan pergi. Gue akan selalu ada di sini, bareng lo juga yang lain!!"

Xean merenggut tak suka "ya gue harap lo selalu ada bersama gue... dan yang lain." Ucapnya pelan.

Anya terdiam menatap Xean dengan pandangan teduh "tatap mata gue Xean!"

Cowok itu berpaling Anya menghela napas "Xean~!"

"Apa?" Anya tersenyum saat Xean mau menatapnya "mungkin ini terdengar gak adil buat lo, tapi Xean cobalah buka pintu untuk tamu yang akan datang, karena tamu tak akan masuk jika tuan rumah tak mengizinkan nya masuk!"

Xean terdiam mendengar Anya dia tau perasaannya sampai kapan pun takkan pernah terbalaskan mau bagaimana pun caranya. Anya sudah menetapkan hatinya hanya untuk Lian seorang, Anya sudah membentengi hatinya mustahil untuk orang menerjang dan meruntuhkan benteng itu.

Saat ini, hanya satu pertanyaan yang terlintas di benak Xean. Apakah dia harus mencoba membuka pintu hatinya untuk orang asing?

____

Kini genap sudah 4 bulan berlalu setelah kejadian mengerikan itu, Anya yang sudah kembali beraktifitas setelah berhasil menyelesaikan terapinya. Bahkan beberapa hari lalu ia sudah kembali sekolah, namun sangat di sayangkan Lian masih belum membuka matanya.

Anya akan rutin datang setelah pulang sekolah bersama para sahabatnya. Mereka terkadang akan menginap jika hari libur, menonton film atau melakukan hal lain di sebelah ruangan yang ditempati Lian.

Hari hari berikutnya terasa begitu sepi, terkadang Anya masih bisa memimpikan kejadian penculikan itu. Seperti baru kemarin terjadi, juga tentangnya yang kembali menjadi Jihan dan bertemu Anya.

Masih belum bisa percaya jika dunia novel yang selama ini ia yakini benar-benar nyata, ya contohnya saat ini ia menjalani kehidupannya di sini. Bersama orang-orang yang ia sayangi—

Anya meletakkan bunga chocolate cosmos di dekat ranjang rumah sakit, menyimpan bunga itu di vas dan setiap satu minggu sekali akan Anya ganti. "Selamat siang Lian, my Snowman!" Anya membubuhkan kecupan singkat di kening Lian.

Ini sudah menjadi kebiasaan nya saat berkunjung, setelah meletakkan bunga itu di dalam vas Anya duduk tenang di kursi "kamu tau hari ini sangat menjengkelkan, aku terlambat bangun dan aku di hukum!" Bibirnya mencebik mengingat kejadian tadi pagi.

"Awas aja abang kembar akan aku balas!! Beraninya mereka matiin jam weaker ku, Lian kalo kamu bangun tolong marahin mereka ya? Pukul aja sekalian gak papa kok, aku ikhlas beneran." Celotehan Anya tak berhenti sampai Anya sendiri merasa lelah dan cukup.

Diam cukup lama, keheningan memenuhi ruangan itu hingga isakan kecil keluar dari bibir Anya "Lian, ayo dong bangun. Kamu gak kangen gitu sama aku? Pacar kamu yang cantik dan imut ini? Bangun ya aku gak mau loh jadi janda!"

Anya menyeka air matanya dengan punggung tangan "terus juga kalo udah bangun jangan sampe amnesia ya? Gak mau aku dilupain kamu kayak di film-film itu, iya aku tau kepala kamu di jahit sampe botak setengah tapi tenang aja aku masih cinta kok sama kamu. Walau botak kamu tetep ganteng kok, demi apa!"

"Jangan juga malah kamunya ikutan transmigrasi, kamu pergi terus digantiin sama jiwa lain. Ih gak lucu tau, nanti kalo kamu malah benci sama aku terus malah nyari cewek lain?! Jangan yaahh~ pokoknya jangan sampe gitu!"

Jika seseorang mendengar semua ucapan Anya pasti mereka akan mengatai Anya gila.

Anya memekik kaget dan senang saat melihat Lian perlahan membuka mata, Anya cepat melesat keluar memanggil dokter.

"Gimana dok?"

Dokter tersebut berbalik menatap Anya "kondisi pasien membaik, dan dengan ini saya nyatakan pasien telah melewati masa kritisnya, yey!" Dokter itu tepuk tangan dengan sangat riang.

Anya mengernyit bingung, dokter ini sehat kan? Beneran dokter kan? Merasa dianggap aneh Dokter itu berdehem pelan, Anya segera menghampiri Lian yang tampak sedang memijit kepalanya.

"Lian, Anya kangen!"

Namun detik berikutnya Anya merasakan seperti sebuah petir menyambar di kepalanya, itu karena satu kata yang berhasil lolos di belah bibir pucat Lian.

"Siapa?!"

________
Tbc
________

Tenang... Lian masih aman.

Stupid Character's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang