6. keluarga Acandra (3)

4.1K 304 2
                                    

tidak bisa diharapkan, kau sudah menghabiskan waktu selama 6 tahun dengan sia-sia, Alsia.

Sejujurnya ini bukan pertama kali Alsia memarahi serta kecewa dengan dirinya sendiri. Dulu dia sering melakukannya. Alsia menggaruk lehernya tanpa sadar.

"Mari pikirkan kembali dengan seksama," Alsia menyibakkan rambutnya kebelakang saat pandangannya sedikit terhalang oleh anak rambut.

Ia merenung sejenak, sejak kapan sikap Arsa mulai lebih dewasa? Padahal Alsia merasa baru beberapa hari yang lalu Arsa masih menangis karena kejahilan yang ia lakukan.

Jelas Arsa mulai berubah, dia menjadi lebih suka menghabiskan waktu membaca buku daripada bermain bersama Alsia. Arsa juga sudah bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, dia tak ambil pusing serta kebingungan seperti Alsia.

"Mungkin setelah hari dimana kejadian ular itu," tebak Alsia.

Untuk saat ini Alsia berfikir, dia bisa menemukan bukti yang lebih jelas jika bertanya pada pelayan di rumah.

"Arsa!/kakak!"

Kedua saudara ini saling memanggil secara bersamaan.

"Kau duluan," ucap Alsia cepat.

"Ayo kita cari pohon pelangi yang lain, mungkin saja kita bisa menemukan pohon yang memiliki getah berwarna biru!"

Arsa mengatakan itu dengan penuh semangat serta senyuman gembira diwajahnya. Alsia tersenyum, bukan karena senang tapi karena ia makin curiga.

"Hari ini kau lebih bersemangat ya," Alsia tersenyum senang sampai keduanya matanya tertutup.

Sebelum sempat membalas, Alsia kembali bersuara.

"Padahal ayah akan menghukum kita jika ketahuan bermain di dalam hutan," sambungnya dengan wajah pasrah.

"!!" Arsa tersentak, dia baru ingat seberapa seram sang ayah ketika marah.

Wajah Alsia juga ikut suram saat memikirkan jika jatah cemilannya akan dipotong, lagi.

"Omong-omong, kita harus cari kemana lagi?" Tanya Alsia, pikiran negatif telah hilang dalam sekejap dari otaknya.

Arsa melihat ke bawah, lebih tepatnya ke arah akar pohon pelangi yang terlihat mencuat ke luar.

"Seingatku akar pohon pelangi saling terhubung satu sama lain, karena kita mencari pohon yang getahnya berwarna biru berarti kita cari saja akar yang berwarna biru."

"Oke," Alsia membalas singkat.

Jawabannya saja terdengar tidak meyakinkan, apalagi orangnya. Alsia sebenarnya tidak mencari akar atau apapun itu. Dia hanya sekedar melihat ke kiri-kanan, memeriksa di mana lokasi vampir yang bersembunyi tadi.

Begitu Arsa menemukan yang ia cari dirinya langsung memanggil sang kakak. Alsia tidak punya pilihan lain selain mengikuti. Keduanya tidak perlu berjalan lama untuk menemukan pohon pelangi yang lain.

Arsa kembali memukulkan batu ke batang pohon itu. Senyuman gembira muncul di wajah Arsa saat mengetahui getah yang keluar berwarna biru. Segera, ia menggunakan kulit pohon untuk menampung getah pohon.

Sementara itu, Alsia yang memperhatikan gerak-gerik sang adik akhirnya terpikirkan akan sesuatu.

"Hal-hal seperti reinkarnasi dan memutar waktu mungkin bukan sesuatu yang umum di tempat ini, tapi itu bukan berarti tidak ada."

Mata berwarna biru terang milik Alsia sedikit menyala di bawah bayang-bayang pohon. Tanpa sadar senyuman kecil terbentuk di wajahnya.

"Hei Ar-" ucapan Alsia terhenti kala terdengar suara geraman dari arah belakang diikuti dengan suara hembusan angin yang kuat.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang