Setelah Yoriez pergi Alsia segera menuju ke tempat adiknya berada yaitu ruangan pribadinya. Alsia mengetuk pintu beberapa kali. Begitu masuk mata biru cerahnya melihat sang adik tengah berdiri melamun sembari menatap sekuntum bunga Anyelir putih dengan tatapan penuh rindu.
Alsia memiringkan kepalanya. "Apa aku menganggu waktu pribadimu, Arsa?"
Mendengar suara sang kakak Arsa pun tersadar dari lamunannya. Dia langsung menyembunyikan bunga Anyelir putih itu di belakang punggungnya.
"Kakak! Kapan kau datang? Bukankah aku sudah bilang untuk mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke ruanganku."
Alsia memutar bola matanya malas, "sudah kulakukan. Aku kemari untuk bertanya satu hal."
"Apa?"
Perempuan berambut hitam itu melirik meja sang adik. Ada sebuah surat dengan lambang sebuah keluarga bangsawan yang tidak Alsia kenali dan juga sebuah nama.
Alsia mengingat-ingat kembali alur cerita dalam novel untuk menemukan seseorang dengan nama yang tertera di surat itu. Detik berikutnya ia menunjukkan senyuman menyebalkan.
"Hoo, sepertinya kau tidak sabar bertemu dengan calon istrimu itu."
Arsa tersentak. Semburat merah memenuhi pipinya. Dia memalingkan pandangannya dari sang kakak.
"Aku penasaran. Apa dia akan mengingat ingatan di kehidupan sebelumnya? Seperti kelima temanmu itu."
Alsia berjalan mendekat ke meja Arsa. Dia pun membaca nama yang tertera di surat itu.
"Tidak," Arsa menatap seduh pada bunga Anyelir putih itu, "dia tidak mengingatnya. Hanya kami berenam yang memilikinya."
"Malangnya," ucap Alsia menepuk pundak sang adik beberapa kali.
"Ah, apa kakak sudah memiliki pasangan untuk upacara kedewasaan?"
Alis Alsia terangkat, "kau tidak akan mengunakan kesempatan dansa pertamamu dengan perempuan itu?"
Laki-laki bermata ungu itu tersenyum tipis dan menggeleng singkat.
"Umurnya 4 lebih tua dari kita. Dia pasti sudah berdansa dengan orang lain."
"Nasibmu malang sekali, Arsa. Kalau begitu kita akan pergi bersama-sama. Jangan lupa siapkan topeng."
Arsa keheranan mendengar kalimat terakhir dari sang kakak. Pasalnya tidak ada pesta topeng dalam upacara kedewasaan tahun ini. Sebelum Arsa sempat melontarkan pertanyaan Alsia sudah memberikan jawaban lebih dulu.
"Tidak ada aturan yang melarang kita mengenakan topeng bukan? Aku hanya ingin tampil sedikit berbeda."
"Terserah kakak sajalah."
#
#
#Seminggu sebelum upacara kedewasaan. Alsia tengah membaca surat dari Neri yang berada di wilayah Selatan. Surat itu berisikan informasi tentang daftar para budak yang hendak dilelang di pasar gelap.
Dari semua daftar itu ada satu yang menarik perhatian Alsia.
Seorang budak dengan harga setara dengan harga sepotong roti dan segelas susu. Ini harga paling murah untuk seorang budak bagi Alsia. Padahal, dari potretnya Alsia pikir harganya mungkin 1.000 Inroin¹ atau lebih.
1 Inroin bisa digunakan untuk membeli satu buah roti kecil di dunia bernama Erkira ini. Mata uang ini kebanyakan berbentuk koin aluminium, mulai dari nilai 1 sampai 100. Untuk nilai di atas seratus sampai 1.000 menggunakan koin tembaga. Dari 1.000 sampai 10.000 menggunakan koin berbahan Kuningan.
Koin yang menggunakan bahan emas bernilai 1 juta Inroin.
"Apa mata mereka bermasalah?"
Acara lelang di pasar gelap akan dilaksanakan sebulan setelah upacara kedewasaan. Awalnya Alsia sendiri tidak tertarik dengan lelang pasar gelap namun keputusannya berubah ketika membaca laporan dari Neri ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantasy[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...