33. privilege (3)

1.1K 130 6
                                    

Hanya butuh waktu tujuh belas menit bagi para preman untuk menangkap dan memukuli perempuan berambut coklat itu. Alsia memandang kejadian ini dengan tatapan datar. Air mata keluar dari mata perempuan itu karena rasa sakit dari tendangan para preman.

"Dasar tikus pencuri! Sudah berapa kali kau mencuri barang milik kami, hah!"

"Kali ini akan kami buat kau tidak bisa mencuri lagi!"

"Aaahk!" Perempuan itu berteriak ketika punggung tangannya diinjak dengan keras.

"Jika sekali lagi kau berani mencuri akan aku potong tanganmu!"

Setelah mereka melayangkan beberapa serangan lagi mereka akhirnya pergi meninggalkan perempuan itu sendirian. Perempuan itu mengubah posisi tubuhnya ke posisi terlentang. Tangannya terangkat, menutup matanya yang mulai berair.

"Sialan, mereka benar-benar kejam," ucapnya lirih.

"Maksudmu para preman itu?" Alsia keluar dari tempat persembunyiannya dengan wajah yang tertutup tudung jubah.

Perempuan itu hanya melirik sekilas kemudian kembali menatap langit malam berbintang, "bukan mereka ... namun para bangsawan."

"Bangsawan? yah, beberapa dari mereka memang licik, sih. Mereka sudah menipumu?" Alsia secara perlahan mendekati perempuan itu.

"Bukan urusanmu," balasnya ketus.

Alsia berjongkok, "padahal aku mau membantumu, loh," dia pun membuka tudungnya dan tersenyum tipis, "sebagai seorang bangsawan, aku juga bisa membantumu."

Perempuan itu langsung bangkit dan menatap Alsia sinis, "apa yang kau inginkan dariku?"

"Semuanya." Alsia menunjuk perempuan itu dengan senyuman manis di wajahnya, "Aku ingin semua yang kau miliki. Tubuhmu, kesetianmu, dan nyawamu."

Ucapannya tadi memang blak-blakan dan Alsia sendiri sudah sadar akan itu. Hanya saja, putri dari keluarga Acandra ini cukup percaya diri berkat bantuan dari permata langit yang dibawanya. Permata langit berwarna kuning, kekuatannya bisa menghilangkan perasaan putus asa dari orang yang ditunjuk si pemilik.

"Aku akan membantumu keluar dari jurang keputusasaan dengan syarat tubuhmu, kesetiaanmu serta nyawamu akan berada di tanganku. Bagimana? kalau kau menolak juga tidak apa-apa, aku akan mencari bibit unggul yang lain."

Raut wajah Alsia tidak bisa dibaca oleh perempuan itu, namun dia tahu jika ucapan Alsia bukanlah omong kosong.

"Baiklah, tapi kau harus membantuku menyelamatkan keluargaku yang diculik oleh bangsawan di ibukota."

Semangat di dalam mata hijau perempuan itu membuat Alsia tersenyum tipis.

"Aku Alsia Acandra, siapa namamu?"

"Neri."

"Baiklah, Neri. Beritahu aku informasi apapun mengenai bangsawan yang kau incar itu."

" ... Bangsawan itu gemuk, dia sering datang ke rumah hiburan, lalu bawahannya memanggil dia dengan sebutan tuan baron. Kalau tidak salah orang-orang sering menyebutnya 'si babi busuk penyuka hiburan'."

"Julukan yang cukup menghina tapi itu sangat membantu," pikir Alsia.

Ia berdiri dan kembali mengenakan tudungnya.

"Aku sudah tahu bangsawan mana yang kau maksud. Ayo pergi." Alsia mengulurkan tangannya.

Neri memiringkan kepalanya, "pergi ke mana?"

"Kemana lagi? Tentu saja ke rumah bangsawan yang kau incar. Waktuku tidak banyak di sini."

Alsia memeriksa sakunya kemudian memberikan sebuah topeng berbahan kayu pada Neri. perempuan bermata hijau itu meneguk ludah.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang