37. upacara kedewasaan

536 36 2
                                    

18 adalah angka keberuntungan di kerajaan Zamri. Sebuah kerajaan kecil yang berada di ujung barat laut benua biru. Setiap anak yang usianya telah mencapai 18 tahun akan memulai debut sosialnya sekaligus upacara kedewasaan di istana kerajaan tanpa terkecuali.

Alsia acandra, putri satu-satunya keluarga Count Acandra yang menguasai wilayah di bagian Tenggara. Tak banyak rumor mengenai keluarga ini di ibu kota, karena itulah keluarga ini diwaspadai. Mereka terlalu misterius.

Buk!

"Apanya yang misterius! Mereka memang tidak menyukai keluarga Acandra sejak lama!"

Bentak Alsia kesal sambil melempar koran ke sembarang arah. Raden yang sedang membersihkan pun mengambil koran itu dan membacanya sekilas.

"Nona, dalam koran ini, katanya upacara kedewasaan tahun ini akan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya."

Perempuan berambut hitam panjang itu mendengus pelan. "Lalu? Paling mereka hanya menambah berlian pada seluruh dekorasi ruangan."

"Bukan," bantah Raden. "Mereka akan membuat pertunjukan lelang secara legal di istana kerajaan, sehari setelah pesta kedewasaan."

"Wow."

"Barang-barang yang dilelang berupa permata langka, barang-barang antik, dan ... Manusia binatang dari berbagai ras."

Nada bicara Raden merendah di kalimat terakhir. Dia merasa kesal pada pihak kerajaan yang menganggap rendah mahluk dari ras lain. Namun, tak ada yang bisa dirinya lakukan sekarang.

"Mereka gila," ucap Alsia sambil memainkan pena di tangan kirinya.

Ketukan pintu terdengar. Matilda, pelayan pribadi Alsia pun membukakan pintu. Ada seorang pelayan datang memberitahukan sebuah kabar dan membawa kotak kayu kecil di tangannya.

Matilda mengambil kotak itu lalu memberikan pesannya.

"Nona, Tuan muda Yoriez Kusuma datang untuk menemui anda," ucap Matilda.

Alsia yang sedang membaca laporan pun menghentikan kegiatannya. Dia bangkit dari sofa tunggal lalu berjalan keluar menuju ruang tamu.

"Baiklah, taruh kotak itu di ruanganku."

Matilda menganguk patuh pada perintah Alsia kemudian pergi menuju arah yang berbeda dengan nonanya. Sedangkan Raden mengekor pada Alsia.

Pintu ruang tamu terbuka. Ada pria tampan berambut silver kemerahan sedang duduk di sofa panjang. Melihat kedatangan Alsia, pria itu melambaikan tangannya dan tersenyum manis.

"Lama tidak bertemu, Alsia. Aku langsung kemari ketika kau mengirim surat."

Alsia duduk berhadapan dengan putra kedua dari Duke Sasir Kusuma itu. Pelayan datang dan menuangkan teh dingin pada cangkir Alsia dan teh panas untuk Yoriez. Sementara Raden masih berdiri di belakang Alsia.

"Maaf merepotkanmu. Ayah akan merantai pintu dan jendela kamarku selama sebulan jika ketahuan keluar tanpa ijin lagi."

Yoriez tertawa kecil. "Tidak masalah, Alsia. Omong-omong aku ingin berterima kasih karena saran yang kau berikan padaku dulu untuk pergi merantau ke kerajaan suci Sloane. kini, aku bisa mengendalikan kekuatan ini lebih jauh."

Tangan Yoriez yang mengepal sedikit mengeluarkan cahaya orange. Alsia ikut senang melihat kemampuan Yoriez yang berkembang.

"Apa sekarang kau memiliki gelar ksatria suci?"

Yoriez menggeleng pelan. "Tidak, aku menolak gelar itu tapi mereka malah memberiku gelar kehormatan Suryasa."

Alsia sedikit terkejut mendengar berita itu. Pasalnya, di kerajaan Zamri jika ada bangsawan yang mendapat gelar kehormatan dari kerajaan lain maka bangsawan itu tidak berhak mewarisi posisi penerus keluarga.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang