"kabur dari pemimpin vampir? Kedengarannya sulit. Haruskah aku bernegosiasi? Tapi apa yang bisa aku tawarkan sebagai balasannya?"
Fino mengangkat telapak tangannya. Jarum darah yang tertancap di tanah menguap.
"Oh, kau juga memiliki kekuatan suci rupanya..."
Alsia menatap tangannya yang memegang tubuh Yoriez yang babak belur. Telapak tangan Alsia mengeluarkan cahaya redup. Luka-luka kecil di tubuh anak laki-laki bermata hijau itu mulai menutup.
Keringat dingin keluar dari dahi Alsia, malam ini terasa sesak tanpa hembusan angin.
Yoriez bangkit dengan tertatih-tatih, tangannya masih menggenggam pedang berlambang keluarga Duke di gagangnya dengan erat.
"Nona muda, kita harus segera kabur," bisik Raden.
Senyuman kecut masih ada di wajahnya, "memangnya bisa?"
"Yah, aku sudah menduganya, maka dari itu aku membawa pecahan permata langit ini," batin Alsia mengambil sebuah lipatan kain dari saku bajunya.
Alsia memikirkan tentang asal usul permata yang pernah digunakan Orifiel untuk menekan kutukannya.
Permata langit, sebuah permata ajaib yang konon katanya datang dari langit.
Berasal dari langit, atau lebih tepatnya tempat tinggal para malaikat. Itu artinya, Alsia yang merupakan keturunan sang malaikat pelindung pasti bisa menggunakan kekuatan dari permata langit meski hanya pecahannya saja.
"Sulit dipercaya jika benda berharga ini ada di gudang penuh debu," pikir Alsia miris.
Permata itu berkontraksi ketika bersentuhan dengan tangan Alsia. Layaknya hal yang terjadi secara alami, Alsia langsung tahu jenis kekuatan apa yang dimiliki oleh batu ini. Sebuah kekuatan yang cukup sering muncul di kisah-kisah fantasi. Mengendalikan emosi seseorang.
Marah, emosi itulah yang paling mendominasi Fino saat ini dari yang Alsia lihat.
"Terima kasih sudah menyelamatkan diriku waktu itu."
Fino tetap diam.
"Aku sedikit terkejut saat tahu jika kakak adalah vampir. Terlebih lagi vampir tingkat tinggi."
"Yaah, karena kau adalah Acandra, pasti kau tidak begitu terkejut dengan identitas asliku ... Mereka punya insting yang tajam."
Keheningan melanda mereka hingga sebuah hembusan angin sepoi-sepoi terasa. Rambut hitam pekat yang seolah menyerap cahaya itu bergoyang sedikit.
Tes!
Setetes darah keluar dari ujung jari Fino. Listra dan bawahan Kertiel bersiap akan serangan yang datang.
Kali ini darah Fino tidak membentuk jarum kecil seperti sebelumnya. Itu hanya seperti gumpalan darah yang melayang.
Seringai tipis terbentuk di wajah Fino, "baiklah, mari lanjutkan pertarungan tadi. Aku tidak masalah meski jumlah kalian lebih banyak."
Gumpalan darah itu melesat menuju lokasi Alsia. Listra yang berdiri di depannya mencoba menangkis serangan itu namun Alsia sudah mengeluarkan perintah lebih dulu.
"Jangan menangkisnya! Menghindar!"
Meski terkejut akan perintah yang tiba-tiba, mereka masih bisa bereaksi termasuk Yoriez yang baru sembuh.
Alsia, Raden dan Listra melompat ke kiri, sisanya melompat ke kanan. Kini mereka bisa melakukan serangan dari dua sisi. Namun, mereka tak sebodoh itu, mengingat Fino bisa melakukan serangan ke segala arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantasía[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...