2 bulan telah berlalu. Alsia sedang duduk diam di kamarnya, membiarkan para pelayan heboh sendiri di belakangnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan secara resmi dinobatkan sebagai penerus kepala keluarga Acandra.
Bola mata berwarna biru cerah bak langit di siang hari itu menatap pantulan dirinya dari cermin.
"Wah, sekarang aku benar-benar menjadi wanita dewasa yang cukup cantik, ya," batin Alsia berbangga diri.
Setelah selesai melakukan beragam persiapan, Alsia pun melangkah pergi dari kamarnya. Biasanya Arsa sudah menunggu kedatangannya di lorong, namun kali ini Mikael selaku kepala keluargalah yang berdiri di sana.
"Kau jadi lebih mempesona hari ini, Alsia," Mikael memuji dengan tulus.
Alsia tersenyum kecil. "Sudah dari dulu, ayah. Sampai sekarang aku sedikit penasaran kenapa tidak ada pria bangsawan yang berani mengirimkan surat lamaran."
"Apa ayah tahu sesuatu tentang itu?"
Mikael tersentak mendengar pertanyaan sang putri mengingat dirinyalah yang telah membakar seluruh surat lamaran untuk Alsia sampai sekarang.
Alsia sendiri sudah tahu akan hal itu, dia cuman ingin melihat wajah sang ayah jadi gugup.
Upacara penobatan berlangsung seperti pada umumnya. Alsia akan datang setelah seluruh tamu undangan telah datang bersama Mikael yang merupakan kepala keluarga.
Jika dalam keluarga kerajaan sang pangeran atau putri akan diberikan sebuah mahkota maka di keluarga bangsawan biasa sang kandidat akan diberi sebuah perhiasan yang menjadi lambang keluarga.
"Kalau tidak salah ayah sudah pernah memakaikanku bros berlambang keluarga Acandra ini saat pesta kedewasaan di ibukota. Ya sudahlah, aku lebih tertarik dengan tradisi baru tentang rusa ajaib yang dikatakan ibu," pikir Alsia.
Pesta penobatan berlangsung semalam penuh. Alsia beberapa kali hendak kabur namun ditahan oleh sang ayah.
"Kau harus membuat hubungan baik dengan calon penerus keluarga bangsawan yang lain," ucap Mikael.
Ayah sedang menderita di sini dan kau juga harus ikut menderita. Itulah maksud lain dari raut wajah Mikael yang dilihat oleh Alsia.
#
#
#Keesokan harinya. Wilayah Tenggara telah memasuki awal-awal musim penghujan yang membuat suhu udara menurun. Di halaman belakang kediaman Acandra.
"Apa harus malam-malam sekali perginya?" tanya Alsia pada sang ayah yang sedang menyiapkan kuda.
"Ya," jawab Mikael singkat.
Alsia memandang ke atas. Terlihat bulan sedang bersinar dengan terang, berbeda dengan bintang-bintang yang cahayanya tertutup oleh awan tipis. Farah yang baru datang bersama Arsa melihat ke arah sang putri dan berjalan mendekat.
"Itu karena cahaya bulan dan suasana malam memiliki semacam magis yang membuat indra seseorang lebih peka, dengan begitu kau akan lebih muda bertemu dengan Uras."
Tangan Farah terangkat untuk membenarkan syal yang dikenakan Alsia.
"Uras? Ayah bilang kita akan bertemu rusa menyebalkan. Jadi, sesuatu yang mau kita temui itu manusia atau apa?" Tanya Alsia yang sedang malas untuk berpikir di tengah malam.
"Uras, kalau tidak salah itu nama hewan suci penjaga Hutan Kelabu di salah satu buku yang pernah aku baca."
Alsia menatap sang kembaran dengan tatapan tak percaya. "Sebenarnya berapa banyak buku dongeng yang telah kau baca?"
"Banyak." Arsa tak menyebutkan nominal pastinya karena dia sendiri tidak yakin dengan jumlahnya.
"Itu benar, kok. Uras adalah salah satu dari 12 hewan suci dan dia adalah keluarga lama ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantasy[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...