7. keluarga Acandra (4)

3.8K 291 5
                                    

"Ayah!"

Alsia berlari mendekati sang ayah yang tengah berbicara dengan seorang ksatria di lorong mansion. Mikael yang mendengar itu langsung berjongkok agar sang putri bisa lebih mudah digendong.

"Jangan berteriak di dalam rumah," ucap Mikael.

"Akan kucoba untuk mengingatnya nanti."

Alsia melirik ke arah ksatria wanita yang tadi berbicara dengan ayahnya. Menyadari itu ksatria wanita tadi langsung tersenyum ramah dan memberi salam pada Alsia.

Ksatria itu bernama Listra Jastara. Rambut kuning pucat serta mata berwarna merah muda miliknya seketika membuat Alsia tertarik. Alsia tersenyum ramah saat membalas salam dari Listra.

"Alsia, selama ayah pergi Listra yang akan mengawasimu, jangan buat masalah besar dan merepotkan orang lain."

"Iya."

Jawaban singkat dari Alsia membuat Mikael semakin waspada. Entah masalah apalagi yang henda ia lakukan.

Mikael kemudian berjalan menuju kamar sang istri. Meski kondisinya mungkin terlihat baik Mikael tetap tidak ingin sang belahan jiwa kelelahan.

"Apa Arsa ada di kamar ibu?" Alsia bertanya.

"Iya, dia sering menghabiskan waktunya di sana untuk membaca buku-buku menarik."

"Bukannya di perpustakaan juga ada buku-buku yang menarik?"

"Seolah kau pernah melangkahkan kaki ke perpustakaan saja."

" ... " Alsia tidak bisa membalas karena itu merupakan fakta.

Tidak ada alasan khusus kenapa Alsia tidak pernah ke perpustakaan. Dia hanya malas.

"Besok guru privat akan datang dan memberikanmu beberapa pelajaran dasar."

Wajah Alsia sedikit cemberut, "aku tidak butuh itu! Belajar itu membosankan!"

"Kau kan tidak pernah belajar, Alsia. Selama ini kau cuman bermain dan menjahili adikmu. Sudah waktunya kau untuk mulai bersikap dewasa. Diawali dengan memperbaiki sikapmu itu."

Alsia menghela nafas panjang, dirinya juga sadar. Sudah waktunya untuk menghentikan peran sebagai anak kecil yang bertindak sesuka hati.

"Akan aku usahakan."

Ujung mata Alsia tidak sengaja melihat Listra yang berjalan di belakang, mengikuti langkah sang ayah. Listra langsung memasang senyuman ramah saat matanya melakukan kontak dengan mata Alsia. Itu membuat Alsia ikut tersenyum.

"Baik di dunia ini atau di dunia sana wajah rupawan memang yang terbaik. Sayangnya orang dengan wajah rupawan kebanyakan bermuka dua."

.
.
.

Di kamar Farah terlihat Arsa yang tengah memberi makan burung-burung di jendela. Sedangkan pemilik kamar terlihat menikmati kicauan burung serta hembusan angin.

"Arsa, ibu!"

Alsia turun dari gendongan sang ayah, mendekati sang ibu. Farah memeluk Alsia dengan gemas.

"Anak ibu yang paling cantik! Bagaimana harimu? Apa kau suka dengan tupai terbangnya?"

"Hariku menyenangkan lalu tupai terbangnya kuberi nama hermonso."

"??" Farah tertegun, begitu pun dengan Arsa dan Mikael saat mendengar nama hewa peliharaan Alsia.

Senyuman gembira terbentuk di wajah Alsia, "terdengar seperti bukan nama hewan peliharaan bukan? Aku sengaja menamainya begitu. Hehehe."

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang