15. utusan (1)

2.1K 216 0
                                    

"Saya kemari untuk membawa anda ke kerajaan suci Sloane."

Mendengar hal itu Alsia langsung memasang wajah kesal. Dia menoleh dan langsung memberikan tatapan tajam pada anak laki-laki itu.

"Hah!"

.

.

.

"Aku tidak paham maksud ucapanmu itu." Alsia bangkit dari duduknya.

Anak laki-laki itu masih memasang senyuman terbaiknya, "saya diutus untuk membawa anda ke kerajaan Sloane."

"Atas dasar apa?"

"Karena anda memiliki energi suci yang sangat murni, bahkan lebih murni dari beberapa petinggi kerajaan. Dengan energi suci seperti ini jelas anda adalah orang yang terpilih oleh dewa." 

"Tidak mau."

"Eh?" penolakan yang tiba-tiba dari Alsia membuat anak itu tersentak.

"Ta-tapi, ini adalah perintah dari Tuan Count, jadi ..."

"Hei," Alsia mengeluarkan tatapan membunuh yang sudah lama tidak ia tunjukkan, "kau masih terlalu muda untuk membohongiku."

Alsia memberi kode pada Raden untuk memberikan dirinya sesuai yang bisa dijadikan senjata. Raden yang langsung paham akan kode itu pun memberikan Alsia sebuah tongkat kayu pendek.

"Eh, i-ini tidak seperti yang anda pikirkan, nona muda."

"Gaya bicaramu yang gelagapan itu sudah menjelaskan semuanya," Alsia mendekati anak laki-laki itu.

Tap!

Kini jarak antara keduanya hanya tinggal selangkah. Anak laki-laki itu meneguk ludahnya sendiri.

"Dia tidak akan memukulku bukan? Ya, tentu dia tidak akan melakukannya. Melukai utusan dari kerajaan suci Sloane sama saja dengan menyatakan perang."

Melihat reaksi serta gelagat anak laki-laki itu, Alsia bisa tahu apa yang dipikirkannya.

Alsia mengayunkan tongkat kayu tadi tepat ke arah dagu. Suara pukulannya cukup keras. Raden yang melihat dari kejauhan bersiul pelan, dia kagum atas keberanian Alsia.

"Ugh!" Anak laki-laki itu meringis sambil memegang dagunya.

Alsia berniat melakukan serangan yang kedua, namun Raden segera bertindak dan menahan lengan Alsia.

"Nona muda, melukai utusan dari kerajaan suci sama saja dengan pernyataan peperangan, loh."

Raden mengatakan itu dengan nada yang terkesan seperti penasehat kerajaan. Urat kekesalan muncul di wajah Alsia.

"Harusnya kau mengatakan itu sejak awal," Alsia tersenyum paksa.

"B- beraninya kau, memukul seorang utusan kerajaan seperti diriku! Asal kau tahu saja, karena ramalan dari kerajaan Sloane keluarga Acandra bisa mendapatkan berkah yang luar biasa!"

Anak laki-laki itu menaikkan nada bicaranya. 

Alsia Alsia terangkat, "ramalan?"

Anak laki-laki itu tersenyum remeh, "sepertinya kau belum di beritahu ya. Dahulu, muncul ramalan jika keluarga Acandra telah ditakdirkan untuk membunuh raja Vampir."

Alsia berfikir sebentar, dia kemudian diam-diam tertawa remeh, "sepertinya pemimpi keluarga Acandra terdahulu adalah orang bodoh."

"Lalu? Memangnya kenapa? Keluarga Acandra hanya di takdirkan untuk membunuh raja vampir, bukan umtuk mempelakukan utusan Kerajaan suci seperti dewa."

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang