Mikael tidak tahu sudah berapa menit waktu berlalu. Sekarang dia merasa lega karena rasa nyeri di perutnya telah menghilang.
"!!"
Mikael tersentak saat sesuatu yang dingin menyentuh tengkuknya. Sebelum Mikael melayangkan serangan pada siapapun yang melakukan itu sebuah asap tipis menyelimuti tangan Mikael.
"Asap ini. Sepertinya hewan suci itu benar-benar mengawasi diriku," pikir Mikael.
Sementara itu, seseorang yang hampir saja diserang Mikael malah menunjukan senyuman manis dan membawa sebuah keranjang.
"Aku mau memetik beberapa buah. Mau ikut?"
Mikael berpikir sebentar. Mengikuti Farah bukanlah ide buruk, lagi pula ia sendiri tidak ada pekerjaan lain.
"Boleh. Buah apa yang mau kau ambil?"
"Apapun yang terlihat enak dan bagus," jawab Farah cepat.
Alis Mikael berkedut. Pantas saja dia keracunan. Pria itu menghela nafas sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Dalam perjalanan mencari buah yang diinginkan Farah, Mikael mulai memberikan pembelajaran mengenai makanan beracun dan yang tidak secara cuma-cuma. Beberapa jam setelahnya, Mikael pun bisa pulang karena cahaya bulan kembali muncul, membuat para kunang-kunang bisa membuka portal.
"Sampai jumpa lagi, Mikael. Semoga orang-orang tidak khawatir karena kau menghilang seharian." Farah mengucapkan salam perpisahan dengan wajah cantiknya.
Mikael tersenyum tipis. Di tangan kirinya ada keranjang buah. Bentuk oleh-oleh dari Farah.
"Ya, sampai jumpa lagi, Farah."
Farah mematung sebentar saat melihat senyuman di wajah Mikael. Ketika pria berambut biru gelap itu menjauh Farah menjerit tanpa suara.
"Wah! Kau lihat itu tadi Uras! Dia benar-benar tampan saat tersenyum." Farah berbisik pada Uras yang berada tak jauh dari tempatnya.
[Sadarlah Farah, jangan mudah tertipu dengan tampangnya. Manusia itu adalah mahluk yang meski pikiran dan hatinya bisa dibaca mereka terkadang melakukan hal berlawanan. ]
Mendengar itu, Farah hanya tertawa kecil. Dia tidak terlalu mengerti dan tak ingin ambil pusing.
Hingga suatu saat, Farah benar-benar menyesal karena telah menganggap remeh ucapan Uras. Dia harusnya tahu, Uras adalah hewan suci, semua nasihat yang ia ucapkan pasti berasal dari pengalamannya atau pengalaman manusia-manusia lain yang pernah hidup bersamanya.
Beberapa hari setelah perpisahan antara dua jiwa dengan ikatan takdir berwarna merah yang saling mengikat erat itu, mereka kembali dipertemukan oleh sebuah kejadian yang kurang baik.
Pagi itu Farah yang tengah memperhatikan tanaman-tanaman unik di sekitar hutan yang agak jauh dari teritorial Uras tiba-tiba mendapat penyerangan dari beberapa pria berbadan besar. Farah tentunya melakukan perlawanan namun 1 lawan 10 jelas bukan pertarungan yang adil.
Berakhirlah wanita itu di dalam kereta kuda dalam keadaan tangan terikat rantai dan mulut yang disumpal oleh kain.
"Bukankah mereka berlebihan? Aku kan cuman menendang sela di antara kaki mereka saja," batin Farah.
"Uras bilang itu bagian terlemah dari pria yang jika diserang tidak akan sakit dan hanya akan membuat mereka duduk seperti kucing," sambungnya.
Wanita itu mendengus pelan. Farah mengedarkan pandangannya. Selain dirinya, di dalam sini ada lima orang lain yang menjadi sandra juga. Beberapa menit berikutnya kereta kuda itu bergoncang hebat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantastik[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...