41. lelang

66 12 0
                                    

Menurut Alsia barang-barang yang dilelang kali ini kebanyakan memiliki kualitas tinggi, namun tetap tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali. Pikirannya selalu tertuju pada anak yang hendak dijual di pasar gelap itu.

"Kau tidak membeli apa-apa, Alsia?" Yura bertanya dengan wajah khawatir.

Alsia melirik perempuan berambut merah muda pucat itu sekilas.

"Aku kurang suka perhiasan, kecuali jika itu pemberian dari orang-orang terdekatku."

Ucapan Alsia membuat Yura sedikit terharu. Pasalnya perhiasan yang pernah ia hadiahkan kini dipakai oleh Alsia.

"Alsia, katakan padaku jika sewaktu-waktu kau butuh uang. Aku akan selalu memberikannya padamu!"

Yura yang tiba-tiba bersemangat membuat Alsia heran dan kebingungan.

"Hah? Ah, terima kasih."

Terkadang, sifat polos dan naif Yura membuat Alsia merasa bersalah saat mencoba memanfaatkannya. Itulah kenapa Alsia paling tidak suka berhubungan dengan orang polos dan naif.

Suara pemandu acara lelang kembali terdengar. Kali ini ia menyebutkan nama barang yang membuat Alsia sedikit tertarik.

"Barang berikutnya adalah buku dongeng berjudul 'kisah tanpa batas'!"

Para penonton serta penawar di sana pun tertawa. Beberapa dari mereka tak menyangka jika barang seperti itu benar-benar dilelang. Sebuah buku dongeng yang bahkan tidak dikenal.

Alsia menatap lekat sampul buku yang terbuat dari kulit hewan berwarna coklat gelap itu. Tangannya terangkat mengampil papan penawar dan langsung mengangkatnya sambil berkata.

"30 Inroin."

"Penawar pertama dari nomor 11. Apa ada penawar lain?"

Tak ada jawaban. Buku dongeng berjudul kisah tanpa batas itu pun didapatkan Alsia dengan muda. yura menatap temannya dengan mata penasaran.

"Kau benar-benar membeli buku dongeng itu, Alsia?"

"Yup, aku ingin melengkapi koleksi buku dongeng di rumah," jawab Alsia sambil tersenyum tipis.

Sebenarnya ada alasan lain lagi. Mirip seperti kasus budak dengan harga murah itu. Ada sesuatu yang membuat buku itu terlihat seperti barang murah dan tidak berharga di mata orang-orang, bahkan para ahli barang antik sekalipun.

Di mata Alsia, buku dongeng itu memancarkan sebuah asap tipis berwarna putih kebiruan. Awalnya Alsia pikir itu hanya efek panggung atau semacamnya, namun anehnya asap tipis itu perlahan bergerak menuju tempat ia berada. Seolah memberikan pesan tersembunyi.

Setelah lelang selesai, Alsia pergi ke tempat hiburan malam dengan menyembunyikan identitasnya.

"Sepertinya akhir-akhir ini aku terlalu sering aktif di malam hari," gumam Alsia.

Perempuan itu tengah duduk di salah satu meja dengan segelas es teh di tangannya.

Identitas baru yang sudah ia kenakan tiap pergi ke tempat ini sejak usianya 16 tahun membuat Alsia tak perlu khawatir tentang hama penganggu. Sekarang Alsia dikenal dengan nama Ian. Alsia juga mengubah warna rambut dan matanya menjadi hijau gelap.

"Hei, manusia nokturnal. Senang bisa melihatmu setelah sekian lama."

Tiba-tiba seorang wanita bermata kuning madu muncul dan menepuk punggung Alsia beberapa kali.

Alsia tersenyum tipis, "aku juga senang melihatmu baik-baik saja, Kertiel. Kupikir kau sudah tertangkap oleh pasukan kerajaan."

Kertiel tertawa, "hahaha ... Selagi bukan pasukanmu yang mengincarku, aku tidak akan tertangkap," ucapnya dengan percaya diri.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang