32. privilege (2)

1.2K 144 3
                                    

Alsia bergumam takjub kala melihat tumpukan hadiah dihadapannya. Dia melirik sang ayah dengan senyuman kikuk.

"Ayah, ini hadiahku dan Arsa bukan?"

"Hm? Ini semua," Mikael menunjuk ke semua tumpukan hadiah di depan, "milikmu."

"Bagaimana bisa jadi sebanyak ini? Aku bahkan tidak kenal nama dari seluruh pengirim hadiah ini." Alsia melihat pesan yang ada di salah satu kado.

Mikael terdiam memikirkan sesuatu.

"Mungkin, mereka berniat memiliki hubungan baik dengan calon penerus kekuatan Acandra generasi berikutnya."

Alsia kurang memahami maksud dari kata 'mereka' yang Mikael sebutan. Namun gadis itu memiliki beberapa tebakan.

Gadis itu menyuruh pelayan untuk menaruh semua hadiah yang memenuhi aula ke ruang pribadinya, kecuali hadiah dari orang yang dia kenal. Alsia mulai membuka satu persatu hadiah dari kenalannya.

Beberapa perhiasan mahal, pakaian mewah serta boneka beruang dengan mata dari permata merupakan hadiah dari kakak beradik keluarga Duka Sagala.

Alsia mendapatkan sebuah gelang yang bisa disesuaikan ukurannya serta bisa digunakan menjadi senjata dari Ozkier Kusuma.

"Jangan lupa berikan aku hadiah yang menarik... Aku tidak akan memberikan Raden sebagai hadiah untukmu, tuan muda," batin Alsia membaca pesan dari Ozkier dengan dahu berkerut.

Hadiah berikutnya dari Yoriez Kusuma. Anak itu menghadiahkan sebuah boneka harimau berwarna putih dengan belang hitam.

"Suratnya panjang." Alsia perlu waktu lebih untuk membaca seluruh pesan Yoriez.

Intinya anak laki-laki itu memiliki hutang nyawa pada Alsia dan akan membalasnya suatu waktu bila Alsia membutuhkan bantuannya. Alsia tersenyum senang melihatnya. Setidaknya rencananya berhasil.

"Alsia, kau menyukai warna abu-abu cerah bukan?"

"Hm, iya," jawab Alsia sambil mengangguk.

Mikael memijat dahinya, "ayah minta maaf. Ayah tidak bisa menemukan permata langit yang berwarna abu-abu cerah dan memiliki kekuatan yang kau mau."

Dengan kode tangan, seorang pelayan membawakan sebuah kotak kayu. Isinya adalah satu set perhiasan. Cincin, gelang, anting-anting, serta aksesoris untuk baju. Setiap perhiasan itu memiliki satu buah permata langit.

Bola mata Alsia membulat, "ini hadiahku?"

"Ya. Maaf jika warna permatanya tidak sesuai dengan seleramu."

Sebanyak apa uang yang kau keluarkan untuk ini semua, ayah. Pikir Alsia. Pasalnya satu buah permata langit saja memiliki harga untuk membeli satu buah gunung.

"Sepertinya keluarga ini lebih kaya dari yang aku pikirkan."

#
#
#

Setelah keberhasilan dari rencananya, tahun demi tahun Alsia lewati sambil terus-menerus melatih tubuhnya. Untuk pengalaman sudah ia dapatkan di kehidupan sebelumnya. Usianya telah mencapai 16 tahun.

Alsia saat ini tengah berdiri di dekat sebuah tebing tinggi. Menikmati hembusan angin kencang yang menerpa tubuhnya serta pemandangan terbenamnya matahari.

Suara kepakan sayap terdengar, Alsia menoleh ke belakang. Di antara dahan-dahan pohon, ada seekor burung merpati abu-abu muncul dengan sebuah surah yang diikat di kakinya. Alsia mengangkat lengan, memberikan si burung tempat bertengger.

Kakak, bagaimana kabarmu? Aku harap baik-baik saja. Ibu bertanya kapan kau pulang dari ibukota? Ayah juga berencana menyusulmu ke ibukota jika kau tidak pulang dalam satu Minggu.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang