24. pesta

1.1K 123 2
                                    

Kedatangan keluarga Acandra di ibukota tentunya mengundang perhatian dari pihak lawan. Beberapa sudah mengirimkan mata-mata untuk sekedar mengawasi keluarga itu.

Pagi hari. Mikael mengatakan pada kedua anaknya jikalau dirinya memiliki rencana agar orang-orang menganggap hubungan keluarga Acandra kurang baik pada orang asing dengan berakting.

"Tidak! Aku tidak mau berpura-pura memiliki hubungan buruk dengan ibu," Alsia menolak mentah-mentah saran sang ayah.

"Ya, aku juga sependapat dengan kakak," ujar Arsa mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mendengar itu Mikael tak ambil pusing, "baiklah, lakukan sesuka kalian. Ayah juga berpikir untuk segera menghilangkan rumor itu secepatnya agar kesehatan ibu kalian tidak terganggu."

"Harusnya ayah melakukannya dari dulu," kata Arsa.

Mikael mengangkat bahunya, "ibumu sendiri yang melarang ayah menghilangkannya. Dia bilang itu hiburan."

Alsia sedikit paham dengan perasaan sang ibu. Jika memiliki pacar yang di kenal akan sifat kejam dan kasar namun bersikap baik serta lembut pada diri sendiri pastinya menyenangkan.

.
.
.

Alsia sarapan bersama dengan Arsa dan sang ibu. Mikael sudah berangkat ke istana untuk memberikan beberapa laporan pada raja. Makan malam kali ini terasa sunyi. Wajah Alsia sedikit suram karena tatapan para pelayan pada dirinya.

"Alsia," sang ibu memanggil di tengah-tengah makan malam, "apa kau sudah mengobati lukamu?"

Alsia menyentuh luka di bawah mata bagian kanan, "yup. Sekarang sudah tidak terasa apa-apa."

Farah tersenyum lembut, "jangan lupa untuk memberikan lukamu salep."

"Semoga aku mengingatnya."

Sementara itu di dalam istana kerajaan Mikael tengah berjalan dipandu oleh pengawal menuju ruang kerja sang raja. Begitu memasuki ruang kerja Mikael disambut dengan tatapan permusuhan dari Duke Armansya, penguasa wilayah Selatan.

Raja sendiri sedang duduk di kursinya, menatap Mikael dengan tatapan merendahkan.

"Count Acandra, aku dengar keluargamu juga datang ke ibukota kali ini. Apa itu benar?"

"Ya," jawaban yang singkat dari Mikael.

Mikael menyerahkan berkas laporannya secara langsung ditambah juga dengan laporan mengenai kematian Marquess Sagala.

"Marquess Sagala sudah mati. Sayang sekali, anak-anaknya masih kecil. Apa dia sudah menentukan posisi penerusnya?"

"Ya."

Alis sang raja sedikit berkedut, tak senang akan balasan singkat Mikael.

"Count, bagaimana jika kau dan keluargamu tinggal di ibukota lebih lama? Dua hari lagi putra mahkota akan berulang tahun. Anak-anakmu bisa bertemu teman baru."

Alsia tidak akan mau hadir dalam pesta penuh kemewahan itu, kalau Arsa sih, mungkin saja. Pikir Mikael.

"Tentu, saya akan menyuruh mereka berdua untuk datang."

Mikael pun berjalan keluar setelah memberikan salam singkat. Di lorong, pria berambut biru tua itu bertemu dengan sesama bangsawan wilayah Tenggara, Duke Sasir Kusuma.

"Yo, Mikael, sepertinya seseorang sudah membuat suasana hatimu jadi buruk," ucapnya dengan senyuman lebar.

Mikael menghela nafas berat, "begitulah."

"Omong-omong, kenapa kau ada di sini, Sasir? Aku mendengar rumor jika kau mulai dekat dengan bangsawan di ibukota," Mikael menjeda ucapannya.

"Apa itu benar?"

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang