49. sang naga

424 35 0
                                    

Deruh nafas Alsia menjadi berantakan. Dia memegang luka di bahunya yang tak sengaja terkena racun. Si pembunuh bayaran itu sendiri sudah pingsan akibat tendangan keras di dagunya.

"Nona Alsia! Kita harus bergegas ke desa terdekat!" Pak kusir yang sedari tadi bersembunyi pun muncul dan mendekati Alsia sambil membawa kota pertolongan pertama.

"Tidak perlu ... Mereka ... Sudah datang."

Meski pandangannya kabur Alsia masih bisa merasakan beberapa orang tengah menuju lokasinya dengan kecepatan yang lumayan.

"Sudah waktunya mereka datang," batin Alsia sambil mengingat-ingat rute patroli pasukan pemburu vampir.

"Nona Alsia!" salah satu anggota pasukan pemburu vampir berteriak. Alsia tersenyum tipis kemudian merobohkan tubuhnya begitu saja. Untungnya salah satu pasukan berhasil menahan tubuhnya.

Lalu semua menjadi gelap.

#
#
#

Hal pertama yang Alsia lihat adalah atap kamarnya. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ada Arsa yang duduk di sisi kanan kasur sambil membaca sebuah buku tentang racun.

"Wah! Racun itu benar-benar menyakitkan." Alsia mencoba bangkit namun Arsa lebih dulu menghalanginya.

"Harusnya sekarang kita mengadakan pemakaman untuk kakak. Untungnya Raden memiliki penawar racun yang sangat efektif."

"Ayah tidak membunuh pembunuh bayaran yang aku biarkan hidup bukan?"

Arsa menggeleng pelan. "Sepertinya ayah tahu kakak memiliki rencana lain untuknya, jadi pembunuh itu hanya di kurung di ruang bawah tanah."

Alsia menyeringai dan tertawa kecil. Melihat wajah jahat sang kakak Arsa hanya menghela nafas lelah. Pria berambut hitam itu mengambil sebuah mangkuk bubur dan bersiap menyuapi sang kakak.

"Berapa lama aku tidur?" tanya Alsia di sela-sela makannya.

"Lima hari."

"Kenapa jawabanmu singkat begitu? Apa kau marah?"

"Aku hanya lelah," jawab Arsa sambil menunjukan senyum penuh tekanan.

Dari sanalah Alsia langsung sadar alasan sang adik kelelahan. Mikael pasti marah besar karena ia pulang dalam keadaan setengah sekarat dan orang itu pasti melakukan hal-hal seperti memarahi ksatria penjaga perbatasan dan lainnya.

Lalu orang yang menghentikan Mikael melakukan itu adalah Arsa. Sang ibu pasti terus berada di samping Alsia yang dalam masa sekarat.

"Maaf sudah merepotkan."

"Permintaan maaf diterima."

Alsia kemudian mengambil mangkuk di tangan sang adik. Dia berinisiatif untuk makan sendiri.

Arsa yang kelelahan pun memutuskan untuk berbaring di sebelah Alsia. "Omong-omong, ayah bilang upacara penobatan kakak akan dipercepat dua bulan."

Alis Alsia berkedut. Itu berarti tinggal 3 bulan lagi. Alsia berpikir sebentar, dia tidak menyangka sang ayah akan melakukan hal ini untuk mencegah pembunuh bayaran kembali dikirim padanya.

Tangan perempuan itu terangkat, menyibakkan rambutnya ke belakang. Mangkuk bubur yang sudah habis itu ia taruh di atas meja samping kasur.

Alsia turun dari ranjang dan melakukan sedikit peregangan badan. "Ah, aku tidak sabar memberikan hukuman pada pembunuhan bayangan itu."

#
#
#

Langkah kaki seorang wanita berambut hitam bergelombang yang mengenakan baju berjubah panjang berwarna merah maroon bergema di sebuah lorong besar nan panjang.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang