52. Mikael Acandra (2)

26 4 0
                                    

Farah dan Mikael pun tiba di kawasan Hutan Kelabu, nama baru untuk Hutan Cemara dahulu.

Mikael tersenyum penuh kemenangan, dengan ini maka ucapan Farah tentang hutan pohon Cemara di Timur Laut jelas merupakan sebuah kebohongan.

Ketika pria bermata biru cerah itu hendak mengeluarkan beberapa kata Farah lebih dulu melangkah ke sebuah batang pohon bekas penebangan.

Farah membisikkan kalimat dengan bahasa aneh. Lalu ribuan kunang-kunang muncul dan juga hembusan angin kuat.

Pemandangan yang awalnya hutan penuh abu pun berubah menjadi hutan rimbun. Mikael tak bisa menahan rasa terkejutnya.

"Apa ini sihir? Tapi kutukanku tidak mengeluarkan reaksi apapun," pikir Mikael sambil melihat sekeliling.

Mata biru cerah itu pun menatap lekat pada sosok Farah yang tersenyum penuh keyakinan. Mikael menghela nafas pelan, dia jelas tahu apa yang ingin Farah dengar dari dirinya.

"Baiklah baiklah, aku minta maaf sudah menuduhmu berbohong dan menodongkan pedangku sembarangan," ucap Mikael.

Farah berjalan mendekati Mikael dan mengulurkan tangannya.

"Ada dia ingin minta kompensasi?" pikir Mikael.

"Ayo, akan aku antar kau menemui temanku yang membuat hutan ini menjadi tersembunyi."

Oh, tebakan rupanya Mikael salah. Pria itu pun menerima uluran tangan Farah. Dia memperhatikan wanita itu mulai dari ujung rambut hingga kaki. Pakaiannya sederhana tapi di beberapa sisi terdapat pernak-pernik dari permata murni.

"Sepertinya teman wanita ini bukan orang sembarangan," batin Mikael.

"Oh ya, kita lupa berkenalan. Namaku Farah. Siapa namamu?" Farah bertanya sambil menatap Mikael sekilas kemudian kembali fokus pada jalan.

"Mikael Acandra."

"Nama belakangmu cukup keren. Kalau tidak salah itu diambil dari kata Chandra yang artinya bulan bukan?"

Dari kalimat pertama Farah, Mikael jadi tahu jika wanita ini jarang pergi ke desa. Rumor tentang dirinya yang merupakan salah satu pahlawan perang bahkan sudah diketahui oleh penduduk di desa-desa pedalaman.

"Entahlah, aku tidak tertarik dengan hal semacam itu."

"Aku juga," balas Farah singkat.

Setelah beberapa menit berjalan langkah Farah terhenti. Di depan keduanya kini terdapat sebuah sungai kecil. Farah melepaskan gandengan tangannya dan menunjuk ke arah seberang sungai yang dipenuhi kabut tipis.

"Lihat ke sana. Itu temanku."

Mikael awalnya mengeryit bingung. Ketika matanya melihat ke arah seberang lama-kelamaan muncul sebuah sosok yang ia tebak adalah teman Farah.

Bola mata Mikael membesar saat mengetahui rupa teman Farah.

"Rusa? Tidak, auranya bukan seperti rusa biasa. Itu mirip dengan kekuatan suci. Hewan ini pasti Hewan suci," pikir Mikael.

"Uras, lama tak bertemu." Farah langsung menyeberangi sungai dan memeluk rusa dengan bulu putih bersih itu. Tak mempedulikan roknya yang basah.

[Farah, apa kau lupa soal jangan membawa orang luar masuk sembarangan?]

Mendengar itu Farah tersentak. Dia kemudian tertawa kecil. "Maafkan aku."

Wanita itu melirik Mikael yang masih di seberang sekilas kemudian berbisik. "Habisnya wajahnya cukup tampan."

[Kalau kau mau aku bisa berubah menjadi pria yang lebih tampan dari dia.]

"Tapi kau kan bukan manusia," balas Farah.

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang