Alsia bisa merasakan tatapan penasaran dari pasukan pemburu regu 17 yang tertuju pada Arputih.
Pantas saja Raden merasakan hal aneh, rupanya dia bukan manusia seutuhnya. Pikir Alsia.
"Roh setengah manusia, pasti kau telah menjalani hidup yang berat, nak," kakek Hugo berujar. Suaranya cukup lembut dan penuh kasih-sayang.
Mengingat posisinya sebagai ketua regu membuat Alsia terpikirkan akan sebuah kalimat dari seeorang di masa lalu. Waspadalah pada orang tua yang memiliki profesi di mana orang-orang bisa mati muda. Jelas sekali kakek Hugo bukanlah orang biasa.
"Apa itu spesies roh setengah manusia?" Anak laki-laki bermata biru cerah itu akhirnya berani bersuara. Rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya.
Kakek Hugo melirik Alsia sekilas. Melihat jika Alsia tidak masalah akan ocehannya, Kakek Hugo pun mulai menjelaskan.
"Hanya sedikit informasi yang saya ketahui tentang spesies Roh. Selain langka, konon katanya mereka hidup di alam yang berbeda dengan kita. Mereka hidup di alam gaib, sebuah alam tempat tinggal para mahkluk yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Roh bisa merubah bentuk tubuh mereka sesuai keinginan.
Selain itu mereka memiliki kemampuan untuk merasuki tubuh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Mereka juga kerap dikaitkan dengan hal-hal seperti dewa kematian dan jiwa-jiwa orang mati."
"Salah," Arputih segera menyela penjelasan Hugo.
"Dewa kematian bukan Roh. Itu Malaikat. Jiwa orang mati juga. Mereka urusan malaikat maut."
Hugo mendengarkan ucapan Arputih dengan seksama. "Maksudmu, Malaikat maut-lah yang mengurus jiwa orang yang sudah mati bukan dewa kematian."
"Dewa itu malaikat paling terang."
"Bagaimana soal hantu dan roh terkutuk?"
Arputih mengedarkan pandangannya ke sekeliling hutan. "Jiwa tersesat lama akan jadi Arwah, Hantu, Roh terkutuk. Mereka di alam gaib dan di sini."
"Hm ... Lalu, apa yang menyebabkan jiwa orang mati tersesat begitu lama?"
"Mati tidak sesuai jadwal, hasrat ingin hidup, dendam, urusan belum selesai, tumbal."
"Begitu ya, terima kasih sudah membagi pengetahuan itu, Nak."
Kakek Hugo melirik ke arah anak laki-laki berambut abu-abu yang kelihatannya malah mengantuk setelah mendengarkan perbincangan keduanya.
"Ya, intinya Roh setengah manusia itu manusia yang memiliki kemampuan Roh, atau Roh yang bisa memiliki wujud manusia."
Beliau pun memberikan kode pada anak buahnya untuk mendirikan tenda. Kakek Hugo pun melihat kondisi Alsia dan raden yang tidak menganatuk sama sekali.
"Rapa, Arputih, pergilah tidur. Ini waktunya para mahluk nokturnal beraktifitas," ujar Alsia dengan tatapan kosong ke arah api unggun.
"Ah, iya," Rafhael membalas singkat lalu diantar pergi ke tenda bersama Arputih oleh salat satu pemburu.
"Nona Alsia," panggil Raden.
"Kau jaga mereka, aku tetap di sini." Alsia menatap para pemburu vampir yang sudah siap. "Lakukan tugas kalian seperti biasa."
Para pemburu termasuk Hugo menundukkan kepalanya sedikit. Detik berikutnya mereka menghilang tanpa suara sedikitpun. Raden juga ikut pergi ke tenda, menjaga dua orang itu sesuai perintah Alsia.
Alsia sendiri masih berada di tempatnya. Duduk santai dengan salah satu pergelangan kaki berada di atas lutut dan tangan yang menopang dagu. Dalam keheningan malam ini, ada pertarungan senyap yang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantasía[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...