Alsia kini tengah berada di taman istana kerajaan. Dia memang ingin pulang secepatnya ke rumah tapi, ia tak ingin menganggu waktu Arsa bersama calon istrinya.
Alasan kenapa Alsia bisa berada di teman penuh bunga ini adalah karena ia mengikuti putra mahkota yang pergi ke sini bersama seorang perempuan muda. Dengan bakat mengendap-endapnya, putra mahkota bahkan tak merasa jika ia sedang diikuti.
Hal yang terjadi di antara kedua orang itu selanjutnya membuat Alsia tersentak.
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di belakangku, perempuan sial," putra mahkota mencekik leher perempuan berambut merah itu.
"Akh... Saya, tidak tahu ... Apa yang anda, katakan."
Sring!
Putra mahkota menarik pedang yang ada di pinggangnya. Detik berikutnya kepala perempuan itu terlepas dari tempatnya. Kalung batu ruby di lehernya hancur ketika bersentuhan dengan ujung pedang.
Alsia tetap diam di tempatnya sembunyi. Dari dalam lubuk hatinya Alsia sedikit menyesal karena tidak membawa alat sihir perekam.
"Andai saja di kerajaan ini memiliki handphone yang lebih muda dibawa. Aku bisa memfoto kejadian ini dan menjadikannya sebagai kelemahan putra mahkota," batin Alsia.
Pangeran bermata hitam pekat itu memperhatikan darah yang berada di pedangnya. Ia mengangkat pedang itu dan mulai menjilati darah perempuan tadi.
"Orang gila," pikir Alsia.
"Ah ... Darah manusia benar-benar yang terbaik," ucap putra mahkota.
Dibantu cahaya bulan, Alsia bisa melihat ekspresi yang dimiliki putra mahkota saat menjilat darah itu. Itu ekspresi yang membuat Alsia mengingat masa lalunya. Tentang seorang psikopat gila
Alsia pun memutuskan untuk pergi dari taman.
"Dia bukan vampir tapi berperilaku seperti vampir. Mungkin aku harus melakukan semacam kudeta di kerajaan ini. Jangan sampai Putra mahkota membantu si pemimpin vampir untuk menguasai kerajaan Zamri, cukup dunia bawah saja yang dikuasainya," pikir Alsia.
.
.
.Di dalam aula, Alsia langsung bisa menemukan tempat Arsa berada. Pria itu sedang berbincang dengan Ira Sagala dan Dirga Irmana. Mereka berdua sama-sama mengenakan topeng berwarna biru namun dengan motif yang berbeda.
"Ah ... Nona Alsia, senang bertemu dengan anda," ujar Dirga.
Alsia membalas salam Dirga dengan singkat lalu berbisik pada Arsa. "Apa kau sudah mau pulang?"
"Ah, apa kakak sudah mau pulang?"
Melihat Arsa yang balik bertanya membuat Alsia tahu jika anak itu masih mau berada di sini. Alsia tersenyum kecil.
"Lupakan, aku akan pulang duluan. Kau bisa berada di sini lebih lama lagi."
"Tidak apa-apa?" Arsa kembali bertanya dengan wajah khawatir.
Alsia menepuk pelan pundak sang adik. "Tidak apa, memangnya hal buruk apa yang bisa kualami."
Setelah mengatakan itu Alsia berjalan keluar dari aula. Awalnya tidak ada kejadian aneh apapun selama perjalanan di kereta kuda. Alsia hanya menikmati angin malam sembari bertahan dari rasa kantuk.
Tok!
Tok!
Pintu kereta kuda di ketuk. Alsia langsung merasakan keanehan. Lama perjalanan dari istana menuju kediaman Acandra di ibu kota adalah 3 jam, dan kereta ini baru melakukan perjalan selama 1 jam. Sesuatu jelas ada yang tak beres.

KAMU SEDANG MEMBACA
Became The Side Character's Older Sister
Fantasy[Vote dulu sebelum membaca] [Dan kalo bisa jangan lupa follow] Karnika, salah satu fans dari antagonis sebuah novel. dia meninggal karna bom bunuh diri. bukannya pergi ke neraka atau surga karnika malah terlahir kembali di dalam novel favoritnya itu...