42. kemping (1)

477 31 0
                                    

"Hah ..."

Alsia menghela nafas untuk kesekian kalinya. Di dalam kereta kuda yang berkendara menuju daerah pinggiran ibu kota, terdapat Alsia yang tengah bersandar pada kursi dengan kedua kaki terangkat di kursi sebrang. Ada juga Raden yang merasa sedikit prihatin dengan kondisi Alsia.

"Nona, sepertinya anda butuh istirahat."

"Aku akan beristirahat jika semua berjalan lancar."

Raden terdiam. Dia pikir, membuatkan cemilan atau minuman yang enak saja belum tentu bisa memperbaiki suasana hati Alsia. Jelas sekali jika jiwa perempuan ini sedang kelelahan.

Di sepanjang perjalanan pun Raden terhanyut dalam pikirannya untuk setidaknya membuat Alsia sedikit santai. Sedangkan Alsia memutuskan untuk tidur dalam perjalanan yang memakan waktu setengah hari ini.

Seolah terdapat alarm dalam kepalanya, Alsia terbangun tepat beberapa menit sebelum kereta sampai di kediaman seorang bangsawan bergelar Baron yang merupakan kaki tangan Kertiel. Alsia pun menurunkan kaki dan memperbaiki posisi duduknya.

Pintu kereta kuda terbuka, Alsia turun dibantu oleh Raden. Lalu muncul seorang pria berambut biru muda dengan pakaian bangsawan memberikan salam pada Alsia.

"Senang bertemu dengan anda, Nona Alsia. Saya selaku kepala keluarga Baron Opium mengucapkan selamat datang. Anda bisa memanggil saya Gizmo."

Alsia termenung sesaat ketika melihat tampilan fisik Baron Gizmo Opium itu. Dia punya wajah imut yang bertabrakan dengan badan kekarnya. Untuk Raden sendiri, fokusnya tertuju pada rambut nakal yang terlihat seperti antena di kepala Baron Opium.

"Aku ingin mancabutnya," batin Raden menahan diri.

"Tidak perlu banyak basa-basi," tegas Alsia.

Baron Gizmo tersenyum tipis, "sepertinya saya harus berusaha lebih keras agar anda memperlakukan saya seperti seorang teman lama." Dia berkata sambil menuntun Alsia ke dalam kediamannya.

Alsia mendengus pelan, "saya sudah memilikinya."

"Bukankah tidak masalah menambah teman baru? Kita bisa saling mengirim surat dan melakukan beberapa kegiatan menyenangkan bersama."

"Terdengar merepotkan."

Gizmo terkekeh kemudian tersenyum. Bukan senyuman senang namun senyuman kecut. Sikap Alsia mengingatkan dirinya akan sesuatu yang sedikit menyeramkan.

"Anda benar-benar anak orang itu."

"Maksudmu ayahku?" tebak Alsia.

Gizmo mengangguk pelan. "Kalau saya boleh jujur, Nona sangat mirip dengan Tuan Count. Sikap yang kalian berdua tunjukan pada orang terdekat, orang asing, dan musuh itu sama persis."

"Aku sering mendengar ucapan tentang kemiripanku dengan ayah," balas Alsia.

Seringai tipis terbentuk di wajahnya, "aku jadi penasaran bagaimana reaksi musuh-musuh ayah di medan perang dulu ketika bertemu diriku."

"Hahahaha, aku yakin mereka akan menggigil ketakutan lagi," kata Gizmo.

Mereka pun tiba di ruangan Gizmo. Alsia duduk di sofa panjang dan Gizmo duduk di sebrangnya. Raden berdiri di belakang Alsia, seperti biasanya.

"Jadi, soal pasar gelap itu akan dibuka besok tepat tengah malam. Anda membutuhkan kartu ini untuk bisa masuk." Gizmo menyerahkan sebuah kartu putih dengan serangkaian motif berwarna emas.

"Lalu, jika ingin membeli sesuatu di sana, saya sarankan untuk menggunakan uang koin langsung, bukan dengan stempel atau kartu nama keluarga. Mereka bisa saja menduplikasinya dan melakukan hal-hal buruk."

Became The Side Character's Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang