Di sebuah gunung yang berada jauh dari keramain, suara suara ranting berderit memenuhi suasana malam yang gelap, hanya ada berkas cahaya dari keempat tenda yang berada di puncak gunung, remang remang menyinari kegelapan.
Udara anyir yang menyengat penuh bahaya begitu pekat di sekitar, suhu rendah yang dapat membuat seseorang menggigil menyerbu dimana mana. Saat itu pukul 08.00 PM, Jaehyun keluar dari tendanya, gelang di tangannya bersinar terang menguarkan cahaya cerah menerangi sekitarnya.
"Hm? Belum pada bangun?" Lirih Jaehyun berjalan ke arah tenda di sampingnya, mengetuk ngetuk pintu besi yang tertutup rapat.
Deng deng deng!
Suara ketukan besi terdengar nyaring di tempat yang hanya terdengar suara hembusan angin tersebut, membuat Jaehyun diam diam menggigil karna suhu yang sangat rendah.
Cleng...
"Hm? Jaehyun hyung?" Jisung menatap Jaehyung dengan bingung, dia menguap sejenak lalu memakai masker, kacamata misi, dan jaket, barulah dia keluar dari tenda, namun pergerakannya tertahan oleh tangan Jeno yang menggenggam ujung bajunya.
"Sssttt..." Gumam Jeno melirik Jisung, mengisyaratkannya agar kembali menutup pintu tenda. Jisung mengerutkan alisnya bingung, namun dengan sigap menuruti Jeno, kembali menutup pintu tendanya. Jeno dengan lesu duduk dari posisinya, membuka tasnya dan langsung mengambil tablet di dalamnya, membuka obrolan tim dan mengirim pesan.
Jeno
Kembali ke tenda, tutup rapat pintu tenda dan jangan keluarJaehyun yang kebingungan di luar tenda Jisung menatap pesan di tabletnya menaikkan satu alisnya, namun tetap mengikuti perintah Jeno untuk kembali ke tenda dan mngunci pintu tendanya dengan ketat, begitupun yang lain.
Setelah merasa teman satu timnya semua berada di dalam tenda, Jeno meletakkan kembali tabletnya, menguap lebar dengan malas, dia berkedip menatap Jisung yang juga menatapnya dengan polos.
"Di luar banyak robot salah program, bahaya, udaranya juga semakin nyengat" Jeno mencoba menjelaskan mengapa dirinya melarang mereka untuk keluar tenda, instingnya itu sangat kuat, dia dapat merasakan banyak mata merah mengelilingi perkemahan mereka.
"Ha?" Jisung dengan tak percaya mengambil tabletnya, melihat titik koordinat mereka yang ternyata memang banyak di kelilingi titik titik merah, bisa bisanya dia tidak memeriksa terlebih dahulu keadaan sekitar sebelum keluar, untung saja Jeno dengan cepat melarangnya, jika mereka keluar, mungkin dapat mengalihkan perhatian robot robot itu kepada mereka.
"Besok pagi kita ke sini" Jeno menunjuk salah satu lokasi di peta Gunung pembuangan dari tablet Jisung.
Jisung menekan lokasi tersebut, dan langsung memperlihatkan gambaran keadaan di sana, dia mengeritkan keningnya ketika melihat banyaknya tumpukan besi berkarat yang bahkan sampai mencair dimana mana, dia yakin, baunya akan lebih kuat daripada sekarang, padahal bau udara yang sekarang saja sudah membuat mereka kesulitan bernafas. Dia yakin, tempat itu adalah tempat dengan pembuangan terbanyak.
"Ini... Terlalu bahaya..." Gumam Jisung menatap Jeno.
"Jiejie lihat ini... Semakin banyak besi, semakin besar kemungkinan Bunganya tumbuh!" Jeno dengan riang tersenyum menunjuk gambar sebuah bunga berwarna perunggu yang diam diam tertiup angin malam, bersinar di bawah cahaya bulan.
"Bayi ternyata sehebat ini ya..." Ucap Jisung menatap Jeno dengan senyum tipis di wajahnya.
"Nono banyak belajar waktu di rumah dulu"
"Kalo cara menyayangi Jiejie, Nono belajar enggak?" Jisung terkekeh dengan suara beratnya, jarang sekali dia menggoda begini.
"Hu? Sayang Jiejie? Um... Begini...?" Jeno beringsung ke arah Jisung, lalu memeluknya, mengusap usap surai putih Jisung dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trace ✓
RandomJeno, seorang pemuda polos yang naif dengan pesona yang tak ada habisnya tiba tiba saja memulai kehidupan barunya di dunia luar, setelah sekian lama di kurung bagai benda berharga di rumahnya. Pemuda dengan penuh rahasia yang sulit untuk di lihat it...