30. Pindah

926 161 12
                                    

"BENERAN JENO?!"

Eric berseru heboh ketika melihat Jeno berdiri di depan pintu Mansion saat dia membukakan pintu, dia bahkan hampir pingsan di tempatnya karna terlalu senang.

"Eung... Hallo...?" Sapa Jeno canggung, dia tidak menyangka Daddy nya akan memindahkannya ke Mansion  2, walau dengan sedikit tidak rela, untung saja Mommy nya mengizinkannya untuk kembali ke Mansion.

"H-Hallo... Ayang..."

Bruk!

Ups! Jeno melangkah mundur, dia tidak menyangka Eric akan seperti ini, padahal sudah sering melihatnya di sekolah. Mungkinkah karna Hari ini Jeno mengenakan Hoodie Mocca kebesaran dengan celana panjang longgar yang senada, bando telinga beruang dan Mowwy di pelukannya.

"Wah! Beneran kamu rupanya! Ayo masuk!" Bangchan dengan ramah mempersilahkan Jeno untuk masuk, Jeno mengangguk lucu, menggeret koper dan tasnya masuk ke dalam dengan sedikit kesulitan.

"Biar Aa' bantu Ayang!"

Jaemin dengan cepat mengambil alih barang barang Jeno, Jeno yang terkejut dengan kemunculan tiba tiba pemuda itu tanpa sadar melangkah mundur dengan takut. Uh... Sepertinya Daddy nya memeberi Mansion yang salah.

"Selamat datang Nono!" Renjun berjalan menghampiri Jeno, memeluknya lembut, Jeno balas memeluknya sekilas.

"Weh! Kok mudah amat lo ngegasnya?!" Seru Jaemin melihat Renjun yang dengan santai memeluk Jeno, Renjun memasang tampang sombongnya.

"Gue waras soalnya, gak kaya lo!"

Pedes, Jaemin merasa tertohok langsung sampai ke ginjal, dia juga waras mengerti?! Hanya sedikit random dan tak dapat menahan diri saja oke?!

"Hahaha... Makasih banyak ya udah repot repot nyambut kedatangan Nono, Aku Jeno, panggil aja No-" Jeno terdiam sejenak, membuat yang lain menatapnya penasaran.

Jeno berfikir, mungkin dia harus mengganti nama panggilannya? Dia sedikit tidak senang sekarang ketika di panggil Nono.

"Um... Panggil Baby atau Bayi aja boleh?" Jeno dengan malu melirik semua orang, dia sudah biasa di panggil Bayi or Baby.

"Waduh! WOIYA JELAS BOLEH!" Jaemin langsung saja menyetujuinya, apa sih yang enggak buat ayang Jeno ea.

"Boleh dong, ayo duduk dulu kita ngobrol"

"Makasih, Okay" Jeno mengangguk, mengikuti mereka semua menuju ke arah ruang Keluarga. Tak lupa Felix menggeret Eric yang belum sadarkan diri.

Mereka duduk di sofa ruang keluarga, Jeno duduk dengan kaku di antara yang lainnya, dia masih canggung, tak terlalu kenal dengan mereka.

"Kenapa bisa pindah ke sini?" Tanya Bangchan menatap Jeno, yang lainpun ikut menatap ke arah Jeno semua, ugh Jeno jadi semakin gugup.

"Um... Di suruh Daddy..." Ucap Jeno pelan.

"Bukannya di Mansionnya Doyoung Kamu di manjain banget ya? Kok bisa di suruh pindah?" Renjun mengerutkan alisnya heran.

"Baby nda tau..." Jeno menggelengkan kepalanya dengan polos, dia tidak bohong, dia hanya bercerita sedikit keluhannya dan Daddy nya langsung menyuruhnya pindah, padahal jika tidak pindah pun Jeno tidak masalah di sana.

"Hiks.... Kamu imut banget!" Jaemin dengan gemas mencubit kedua pipi gembul Jeno, membuat mata Jeno sedikit memerah, itu menyakitkan ah! Shib-tit!**

"Jaemin!" Seru Kun menatap Jaemin dengan tampang serius, Jaemin langsung saja melepaskan tangannya dari pipi Jeno, menghendikkan bahunya dengan santai.

"Oke" ucapnya acuh.

"Baby mau kamar warna apa?" Kun beralih menatap Jeno, Jeno terdiam sejenak, dia menyukai Baby Blue, tapi mengingat um, baiklah, dia juga suka Baby Grey.

"Mau warna Baby Grey" ucap Jeno tersenyum lebar.

"Yes! Samping kamar gue!!!" Seru Chenle dengan wajah penuh senyumnya. Rejeki anak sultan ini mah! Asli kagak bohong!

Jadi, kamar Jeno itu berada di tengah tengah antara kamar Chenle dan Haruto, sedangkan di depannya ada kamar Renjun.

Jaemin langsung lesu, dia juga kan ingin bersampingan dengan kamar Jeno! Ck! Baiklah, anggap saja dirinya belum beruntung.

"Oke kalo gitu, Kamarnya nanti tanya Renjun atau Haruto aja" Angguk Kun tersenyum tipis.

"Masih kenal kan sama kita?" Celetuk Hendery menatap Jeno ragu. Jeno dengan malu menggeleng, dia sedikit lupa.

"Kalo gitu kenalin lagi, ini......... Inget?" Jeno mengangguk.

"Inget!" Serunya riang. Sepertinya sifat malu malunya sebentar lagi akan hilang.

"Udah, Renjun antar Jeno ke kamarnya"

"Ayo Baby..." Jeno mengangguk, melambai lucu dengan yang lainnya, lalu membawa barangnya mengikuti Renjun yang juga membantunya membawa barangnya.

"Gemesin banget ternyata" celetuk Felix menutup mulutnya yang menguap lebar. Si gila tidur itu benar benar hahhh...

"Boleh gak sih manggilnya Sayang aja? Gak usah Baby?" Timpal Eric tersenyum lebar, baru sadar sudah mulai berfantasi anak itu.

"Panggil aja, dia gak akan marah, gue yakin" Haruto angkat suara, menatap mereka dengan acuh. Dia sudah sering tinggal bersama Jeno, pemuda itu banyak di kelilingi orang yang menyayanginya, mungkin karna sifatnya yang naif dan menggemaskan, dia jadi banyak di sukai, dan tak segan orang orang terdekatnya memanggilnya Sayang kalau tidak salah.

Jeno pasti sudah terbiasa di panggil begitu, dan tak akan merasa aneh sedikitpun, karna anak itu memang seperti Bayi yang belum dapat merasakan perasaan lain selain kesedihan dan kesenangan. Um, lupakan kesedihan, dia tak pernah melihat Jeno sedih, Jeno selalu tersenyum manis.

"Wah! Bisa di coba!"

Yang lain hanya menggeleng gelengkan kepala mereka melihat tingkah Eric yang sudah biasa menggila seperti Jaemin, mereka berdua itu ternayata sama saja.

.

"Ini kamar kamu"

Renjun mengajak Jeno untuk masuk ke dalam kamar barunya, Jeno masuk ke dalam, mengamati kamar ruangan bernuansa Baby Grey itu dengan takjub, ini lebih bagus daripada Kamarnya di Mansion yang dulu. Dekorasinya simple dan cantik, tidak terlalu kekanak kanakan seperti di Kamarnya dulu.

Banyak boneka berjejer di atas tempat tidur dan juga banyak boneka yang berjejer jejer di sisi dinding, penerangannya tidak terlalu terang, ada lampu warna warni yang menghiasinya, ayunan bed yang cukup besar juga menggantung di dekat balkon, cantik!

"Wah! Suka! Baby suka banget!" Seru Jeno antusias, kamar barunya sangat cantik!.

"Bagus kalau kamu suka, mau di bantuin rapiin barang barangnya?" Renjun meletakkan tas Jeno di samping temat tidur.

"Enggak usah, makasih iya Injun..." Jeno menggeleng pelan, tersenyum tipis. Renjun tak mempermasalahkannya dan mengangguk.

"Oke, kalo gitu kamu beres beres, bentar lagi waktunya Sarapan"

Sebuah tangan hangat mengusak surai hitam pemuda menggemaskan itu, dia mengangguk dengan senyum manisnya. Renjun pun langsung keluar dari kamar Jeno, membiarkan Jeno merapikan barang barangnya.

Tak perlu waktu lama bagi Jeno untuk menata barang barangnya, satu jam kemudian dia sudah selesai. Mengusap butiran keringat halus di dahinya, pada saat ini tepat sekali sebuah panggilan datang.

"Bayi! Waktunya Sarapan!"

"Baiklah!!" Jeno dengan cepat berlari keluar dari kamarnya, menuju ke arah sumber suara yang sangat melengking bak dolphin tersebut. Ternyata sudah berkumpul semua.

"Ayo Sarapan!"













































Yoit!

Waduh, sekarang gantian deh Jeno sama penghuni Mansion 2 wkwkw, abis Penghuni Mansion 1 ngeselin kan?

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang