Ketika sampai di rumah, hari sudah gelap, semua orang langsung masuk ke kamar masing masing untuk membersihkan diri, begitupun dengan Jeno. Pemuda menggemaskan itu masuk ke dalamnya membawa sebuah boneka Doggie dengan senyum lebar di wajahnya.
Itu adalah boneka Doggie pemberian Kun dan yang lainnya setelah berdebat panjang ingin membelikannya boneka apa, tentu saja Jeno pasti akan sangat menyukainya, bahkan sudah menamai boneka itu sebagai Lowwy! Itu sangat lucu!
Jeno memeluk erat boneka barunya, meletakkannya dengan hati hati di tengah tengah Nowwy dan Mowwy, itu akan menjadi boneka kesayangannya! Setelah merasa puas, Jeno segera mengambil handuknya, memasuki kamar mandi. Pemuda itu menatap pantulan wajahnya di cermin, aura bahagia terpancar dari wajahnya yang bersinar, Jeno tersenyum tipis melihat pantulannya, kemudian dia mencuci wajahnya menggunakan sabun pencuci muka khusus miliknya, itu untuk membersihkan make up tipisnya.
Setelah membilasnya, Jeno kembali menatap pantulan wajahnya di cermin, buliran air menetes dari wajahnya yang kini terlihat pucat dan lesu, dia kelelahan lagi. Jeno menghendikkan bahunya acuh, lalu mulai membersihkan dirinya secepat kilat, memakai pakaian tidurnya yang kebesaran, lalu berlari ke bawah sembari bersenandung.
"Nono punya boneka baru~ Nono beri nama Lowwy~ Lowwy imut dan Lucu~ Nono senang sekali~ Lowwy gukgukguk~ hihi..."
"Dor!"
"AKH!"
BRUK!
"BAYI!"
Renjun buru buru menghampiri Jeno yang terguling di tangga terakhir dengan panik, padahal dia hanya iseng mengageti Jeno tanpa niat, dia tak menyangka bahwa Jeno akan terkejut.
"Astaga! Kenapa Bayi bisa jatoh???" Bangchan yang baru saja ingin menuruni tangga dengan cepat menghampiri Renjun yang tengah membantu Jeno untuk bangun.
"Ehe... Mian Hyung, gue gak sengaja ngagetin dia" ucap Renjun terkekeh canggung.
"Eung..." Jeno menyentuh dahinya yang terasa menyakitkan dengan sedih.
"Kamu gak papa?" Tanya Bangchan dan Renjun bersamaan dengan cemas ketika mendengar lenguhan Jeno. Jeno mengerucutkan bibirnya.
"Lantainya empuk, jadi gapapa!" Sungut Jeno membuang muka, sudah tau jatuh, masih di tanya. Keduanya langsung tertegun mendengar ucapan Jeno, tak tau apakah harus tertawa atau menangis.
"Ha ha ha... Maaf, Renjun gatau kalo Baby bakalan kaget" tawa canggung Renjun meraih tangan Jeno dengan lembut, meniup telapak tangan Jeno yang memerah.
Jeno hanya diam membiarkan telapak tangannya di tiup oleh Renjun, sembari menatap Bangchan yang juga tengah menatapnya.
Tuing!
Jeno mengedipkan matanya yang berair dengan polos, pantulan dari cahaya lampu membuat matanya terlihat berkilauan, berkaca kaca, sangat menggemaskan. Bangchan jadi terpana melihatnya.
"Kamu mau ngapain turun?" Tanya Bangchan mencoba memecahkan suasana yang menurutnya terasa aneh.
"Um... Mau buat susu hangat..." Ucap Jeno tersenyum manis, melipat kakinya ke kiri dan ke kanan.
"Ayo Kakak temenin, udah malem ini" Bangchan bangkit berdiri, mata bulat Jeno mengikuti gerakannya, lalu menoleh menatap Renjun yang sudah selesai meniup tangannya, dia mengangguk, bangkit berdiri.
"Tapi gendong ya?" Jeno memperlihatkan deretan gigi putihnya, tangannya yang berbalut baju tidur lengan panjang itu terulur ke arah Renjun. Oke, yang ngajak siapa yang di mintai gendong siapa, Bangchan Fine, suer.
Renjun tentu saja sangat senang dimintai gendong oleh Jeno, dia langsung saja mengulurkan tangannya, menggendong Jeno ala Koala. Walaupun tubuh Renjun sedikit kecil, tapi begitu begitu tenaganya tak perlu di pertanyakan.
Ketiganya pun berjalan ke arah dapur bersama, Bangchan menyerahkan diri untuk membantu Jeno membuat susu hangat, Jeno sih oke oke saja, duduk manis di pangkuan Renjun.
"Widih rame"
Jeno menolehkan kepalanya, ternyata itu adalah suara Hendery yang memasuki dapur dengan santainya, terlihat rambutnya masih basah, sebuah handuk tersampir di lehernya, dia hanya mengenakan celana pendek tanpa mengenakan baju, membuat Jeno sedikit terdiam, menatapi perut Hendery. Sedangkan Bangchan sibuk sendiri, dan Renjun hanya melihat surai hitam Jeno sembari memainkannya.
"Nda pake baju!" Celetuk Jeno dengan polosnya menunjuk ke arah Hendery yang hendak membuka kulkas.
Clang!
Bangchan dan Renjun langsung menoleh dengan cepat setelah mendengar ucapan Jeno. Hendery yang menjadi sasaran kaku di tempatnya, menatap ketiganya dengan canggung.
"Y-ya...?" Lirih Hendery menaikkan satu alisnya dengan bingung. Bangchan mengambil panci stainless yang tadi tak sengaja di jatuhkannya, lalu mengangkatnya tinggi tinggi.
"Pake baju gak lo?!" Seru Bangchan bersiap melemparkan panci di tangannya.
"E-eh?? Salah gue apa?" Hendery mundur dengan panik.
"Ada Bayi Hendro, sono pake baju!"
Kalau hari hari biasa sebelumnya sih mereka akan acuh tak acuh, namun sekarang ada Jeno di antara mereka yang harus tetap di jaga kepolosannya. Hendery menoleh, menatap Jeno yang berkedip kedip tanpa dosa menatapnya, um lebih tepatnya menatap perutnya, tiba tiba wajah Hendery memerah karna di tatapi begitu, dia dengan buru buru berlari menuju kamarnya. Bangchan sampai geleng geleng melihat kelakuannya, diapun melanjutkan kesibukannya.
"Matanya hum!" Renjun menepuk hidung Jeno menggunakan jari telunjuknya dengan lembut. Jeno segera tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum malu.
"E-Enggak kok! Baby cuma kepo aja!" Seru Jeno dengan telinga memerah, dia hanya penasaran dengan perut Hendery yang terlihat bagus, itu saja!
"Mau lihat punya Renjun juga?" Goda Renjun mengedipkan matanya sembari menyeringai. Spontan kepala Jeno langsung menggeleng.
"E-enggak! E-enggak usah!" ucapnya dengan malu menyembunyikan wajahnya di leher Renjun, membuat Renjun terkekeh geli dengan tingkahnya.
"Oke kalo gitu" Pemuda tersebut menepuk nepuk punggung Jeno dengan sayang.
"Nih udah, sekalian Kakak buatin bubur, biar hangat badannya abis bepergian"
Bangchan menyerahkan nampan ke hadapan Jeno dan Renjun, lalu melepas celemek yang dikenakannya.
"Gue tinggal ke atas dulu" ucapnya Mengusak surai Jeno, lalu beranjak ke kamarnya. Jeno dan Renjuk mengangguk, menatap kepergiannya.
"Mau makan di sini atau di kamar?"
"Um... Di sini aja"
"Oke"
Renjun menggeser nampan berisi bubur dan susu milik Jeno, lalu mendudukkan tubuh Jeno ke atas meja bar di hadapannya.
"Biar Renjun suapin" Jeno mengangguk, memperhatikan Renjun yang dengan hati hati meniupkan bubur untuknya. Jeno benar benar bahagia hari ini.
"Buka mukutnya"
Aaaa am!
Sepasang mata hitam itu berbinar binar merasakan hangatnya bubur buatan Bangchan yang terasa sangat enak di mulutnya.
"Enak?" Tanya Renjun lembut.
"Um!" Angguk Jeno antusias, memperlihatkan jempolnya kepada Renjun.
Sepasang manusia berada di dapur saat tengah malam, yang lebih tua tengah menyuapi yang lebih muda dengan penuh kasih sayang, sedangkan yang lebih muda menerima suapan yang lebih tua sembari sibuk sendiri bergoyang ke kanan dan kiri, seakan tengah menari dengan senandung pelan di bibirnya.
Pemandangan yang sangat lucu! Itu terlihat menggemaskan bagaimanapun kalian melihatnya! Seakan di dunia ini tak ada yang dapat mengusik kesenangan keduanya.
Yoit!
Duh Neno gemes banget sih sayang (ᗒᗩᗕ)
See u~
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trace ✓
RandomJeno, seorang pemuda polos yang naif dengan pesona yang tak ada habisnya tiba tiba saja memulai kehidupan barunya di dunia luar, setelah sekian lama di kurung bagai benda berharga di rumahnya. Pemuda dengan penuh rahasia yang sulit untuk di lihat it...