51. Aku

755 134 4
                                    

Jeno berbaring di atas tempat tidur, menatapi langit langit kamarnya dalam kegelapan. Haechan yang memperhatikannya di samping beringsut mendekat, mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Jeno. Ini adalah pertama kalinya mereka tidur bersama jika dia tak salah ingat.

"Eung?" Jeno dengan bingung menolehkan kepalanya, Haechan hanya diam dengan mata terpejam.

"Tidur" ucapnya tenang, Jeno mengangguk, merubah posisinya menghadap Haechan, lalu memejamkan matanya.

.

Hari hari berlalu, tak terasa sudah seminggu terlewati begitu saja. Anggota Mansion 1 juga sudah kembali lima hari yang lalu. Meninggalkan Jeno sendirian di Mansion bersama Haruto, karna apa? Karna yang lain sudah mulai misi kembali.

Jeno menatap dirinya di cermin, hari ini dia mengenakan kaos tipis pendek kebesaran yang memperlihatkan selangka lehernya, juga celana longgar selutut, memperlihatkan kulit putihnya yang halus. Tubuhnya sedikit kurus, karna memang akhir akhir ini Jeno merasa sudah tak mampu melakukan banyak hal berat, dia menjadi mudah lelah. Mungkin beberapa minggu lagi dia akan terbaring tanpa tenaga yang tersisa.

Tak biasanya Jeno mengenakan pakaian pendek seperti ini, namun Jeno ingin mencobanya sebelum kesempatannya habis. Akhir akhir ini dia juga memeriksa informasi kontak Profesor muda bernama Winter, dan banyak mengobrol dengan mereka juga Hyuka. Ada alasan tersendiri kenapa Jeno berusaha keras menjalin hubungan dengan Winter yang menyangkut dirinya.

Jeno pernah bertanya, bisakah tubuhnya di rubah menjadi Ae? Winter mengatakan bahwa itu tak dapat dilakukan, bagaimanapun manusia dan robot memiliki struktur tubuh yang berbeda. Jeno juga sempat menanyakan apakah Ae di perjualbelikan, karna dia teringat mata milik Sunoo.

Dari yang Winter katakan, Ae yang salah program biasa mereka lelang di pasar gelap. Mungkinkah Sunoo merupakan Ae yang salah program? Melihat dari sifatnya, sepertinya memang salah program.

"Bayi"

?!

Jeno buru buru meraih selimutnya, namun dengan cepat berhenti. Mengapa? Hanya ada Haruto di Mansion, lagipula Jeno juga ingin pamer dan meminta pendapat! Akhirnya Jeno kembali meletakkan selimutnya, mengambil Lowwy dan membuka pintu.

"Ruru~" sapa Jeno tersenyum manis pada Haruto.

Tapi yang di sapa malah tertegun di tempat menatapi pakaian di tubuh Jeno yang terlihat berbeda dari biasanya, dia sangat terkejut! Apa yang terjadi pada Jeno?!

"Loh...? Baju kamu...?" Matanya memandang Jeno dengan ragu.

"Cocok kah? Bayi jarang pakai baju pendek, jadi lagi pengen aja..." Ucap Jeno antusias. Haruto dengan kaku mengangguk.

"Y-ya... Iya! Cocok banget iya cocok" diam diam dia menenggak ludahnya dengan kasar. Apa apaan tulang selangka di leher Jeno terlihat berkilau, membuatnya sedikit sulit menanggapi. Melihat ekspresi Haruto yang tak wajar, Jeno dengan bingung memiringkan kepalanya, membuat leher jenjangnya semakin terlihat.

"Kenapa Ruru...?" Tanyanya bingung. Haruto dengan cepat menggeleng.

"Enggak papa, mau main ke Mansion 1?"

"Gamau, Echanie, Jiejie sama Kak Jaejae aja yang ke sini..." Geleng Jeno, dengan wajah penuh harap, dia memakai baju pendek, terlalu malas untuk berganti, jadi biarkan mereka yang ke sini.

"Hahh oke, mau sarapan?" Haruto menarik Jeno untuk ikut turun ke bawah. Lagi lagi Jeno menggeleng sembari mengikuti langkah Haruto.

"Nanti aja Ruru, sama yang lain" yang lain itu maksud Jeno adalah Haechan dan dua lainnya, akan lebih enak joka makan bersama.

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang