46. Kembali

909 154 27
                                    

"Bagaimana keadaannya Dok?"

Jaehyun dan Bangchan menatap Dokter dengan antisipasi di mata masing masing, menunggu jawaban dari Dokter.

"Ini..." Dokter mengerutkan keningnya dengan rumit, jujur saja pasiennya tidak dalam kondisi yang baik, keadaannya sebenarnya cukup mengkhawatirkan.

"Ada apa Dok?" Tanya Bangchan cemas ketika melihat raut wajah rumit milik sang Dokter.

"Kami akan melakukan berbagai tes untuk mengkonfirmasi keadaannya terlebih dahulu"

"Begitu..."

"Nanti ketika hasilnya keluar, saya akan memberi tau anda"

"Baiklah kalau begitu, terima kasih Dok"

"Baiklah, Saya Permisi" keduanya mengangguk, membiarkan Dokter pergi bersama seorang suster di belakangnya.

Mereka masuk ke dalam ruang rawat Jeno, memperhatikan wajah pucat Jeno yang terlihat damai, anak yang beberapa jam lalu sangat aktif, kini terlihat sangat rapuh, ketika mereka mendekat, bulu mata lentik itu sedikit bergetar, tak lama memperlihatkan sepasang mata hitam yang berkabut.

"Mommy..."

Sebuah suara lirih membuat keduanya saling pandang dengan tatapan rumit, ini pertama kalinya Jeno mencari orang tua nya selain saat pertama kali datang ke Mansion bagi Jaehyun.

"Mungkin besok kita harus balik?" Ucap Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, Bangchan nampak berfikir sejenak dan mengangguk setuju.

"Sorry Jeno gak sempat nginep di rumah lo"

"Gapapa, yang penting kesehatannya dulu" Bangchan tersenyum tipis, mendekat ke ranjang rawat Jeno diikuti oleh Jaehyun.

"Bayi..."

Jeno sedikit tertegun mendengar suara yang sudah dia kenal itu, kepalanya menoleh, dan benar saja! Itu adalah Bangchan dan Jaehyun. Apakah mereka sudah tau? Tapi di lihat dari tampang mereka, sepertinya belum tau.

"Kak Chan... Kak Jaejae..." Sapa Jeno tersenyum tipis, bersiap untung bangkit, namun langsung di tahan oleh Bangchan.

"Baring aja, jangan duduk" ucapnya khawatir. Jeno mengangguk dan kembali berbaring dengan tenang, menatap keduanya.

"Aku kenapa Kak...?" Tanya Jeno bingung.

"Dokter belum kasih tau keadaan kamu, lagi di cek" Jaehyun duduk di kursi samping ranjang rawat Jeno. Diam diam Jeno menghela nafas lega mendengarnya, itu berarti mereka belum tau, tapi kalau sampai Dokter melaporkan hasil lab, pasti semua akan terbongkar, dia harus segera keluar dari Rumah Sakit.

"Kak... Pulang ya... Bayi gamau di sini..." Mata bulat Jeno menatap keduanya secara bergantian dengan wajah melas, keduanya langsung mengerutkan kening, tak tahan dengan tampang menggemaskannya.

"Kamu sakit" peringat Jaehyun.

"Pulang ya? Nono mau ketemu Mommy..." Rengek Jeno dengan manja. Jaehyun mengerti sekarang, ternyata Jeno ingin pulang ke Goldie.

"Gimana?" Bangchan menatap Jaehyun yang tampak bimbang.

"Bayi sehat kok! Cuma kecapean aja ini!" Cemas Jeno menggoyang goyangkan tangan Jaehyun, terus memasang tampang semenyedihkan mungkin.

"Hahhh... Oke..." Akhirnya Jaehyun hanya dapat menghela nafas tanpa daya, dia tidak tahan dengan rengekan Jeno.

"Bangchan..."

"Gue ngerti, gue keluar dulu"

Bangchan merogoh benda pipih di sakunya, berjalan keluar dari ruangan, melakukan pemesanan tiket untuk penerbangan khusus hari ini, lalu menyelesaikan administrasi setelah berdebat dengan Dokter.

Di ruangan, Jeno dan Jaehyun hanya saling diam, tangan Jeno memainkan jari jari tangan milik Jaehyun yang terasa kekar, jari itu besar, sedangkan jarinya terlihat sedikit lebih ramping, apalagi tubuhnya sudah mengurus. Tak lama beberapa suster datang untuk melepas infus dan peralatan medisnya, Jeno mengucapkan terima kasih dan mendengarkan beberapa kata lalu pergi dengan Jaehyun.

Saat keluar dari Rumah Sakit, terlihat Bangchan sudah menunggu di samping mobil, melihat keduanya keluar, Bangchan tersenyum tipis.

"Ayo, pesawatnya 30 menit lagi siap, barang barang udah gue suruh Pelayan buat bawa ke airport" Jaehyun mengangguk, hari itu mereka langsung terbang menuju Goldie dan sampai di Goldie Airport sekitar pukul 17.30

Jeno membawa barangnya dan mengatakan bahwa dia sudah di jemput oleh Kai, dia sempat memberitahu orang tuanya ketika di perjalanan dan mereka menyuruh Kai untuk menjemputlah, jadilah ketiganya berpisah di Airport.

Jeno menghampiri seorang Pria berjaz hitam yang bersandar di sisi mobil dengan elegan, senyumnya mengembang seketika ketika melihat pria tersebut mendongak untuk menatapnya.

"Kaiyi!!" Seru pemuda tersebut melemparkan dirinya ke peluka Pria tersebut dengan senyum lebar di wajahnya.

"Hap! Ugh!" Kai dengan sigap menyambut pekukannya, mendekapnya tak kalah erat.

"Hei... Bikin khawatir saja!" Ucap Kai mengusak surai hitam Jeno, Jeno hanya terkekeh pelan, menaikan kedua kakinya di pinggang Kai, tangannya memeluk leher pria tersebut. Kai menggeleng tanpa daya, menahan tubuh Jeno dengan satu tangan, tangan satunya lagi dia gunakan untuk membawa barang Jeno masuk ke mobil, sedikit sulit masuk ke dalam mobil dengan manusia besar di gendongannya, tapi mau bagaimana lagi hedeh.

"Sudah tau waktu tinggal sedikit, masih saja keluyuran" tegur Kai mengetuk dahi Jeno dengan ringan, wajah Jeno tampak memberengut mendengarnya, dia tak sensitif ketika mendengar keadaannya sendiri, dia sudah memperlakukan hal itu sebagai hal biasa baginya, tapi tetap saja Jeno akan ngambek jika di tegur begitu.

"Karna itu Nono mau jalan jalan! Huh!" Jeno bersidekap dada, membuang wajahnya tak ingin menatap Kai.

"Sayang... Hahhh..." Kai meraih belakang kepala Jeno, menariknya untuk bersandar di bahunya, mengelusnya dengan lembut.

"Nono Kangen Mommy sama Daddy..." Lirih Jeno meraih leher Kai untuk memeluknya. Kai hanya diam mendengarkan sembari menepuk nepuk punggungnya.

"Nono juga Kangen Jiejie... Echanie, Umgyu, Ubin, Injun, Ruru... Semuanya... Nono mau sama mereka terus ya Kaiyi...?" Jeno menoleh, menatap ke atas yang memperlihatkan dagu Kai juga fitur wajah pria tampan tersebut, padahal dia adalah Pamannya, tapi masih muda.

"Tentu, Kamu akan selalu sama mereka sampai akhir kalo kamu mau" Kai menunduk, menatap mata Jeno dengan senyum di bibirnya. Jeno ikut tersenyum tipis mendengarnya.

"Kira kira Nono bisa seperti Mommy dan Daddy tidak ya...? Nono juga mau tumbuh dewasa dan punya keluarga sendiri... Tapi Nono sadar... kalau Nono enggak bisa kaya gitu... Kaiyi..." Suara Jeno semakin pelan, dan akhirnya hanya menyisakan suara nafas yang teratur.

Tangan Kai sudah mengepal erat di punggung Jeno, dia tau Jeno tak banyak mengeluh tentang keadaannya, namun anak seusia Jeno adalah masa yang sedang matang matangnya, masa dimana dia akan bersenang senang dengan teman temannya, masa masa penuh rasa ingin tau dan ingin mencoba hal baru, sudah pasti akan ada rasa enggan di hati anak itu yang sebenarnya.

Mengapa hidupnya begitu buruk? Dia anak yang baik dan kuat, apa karna tuhan menyukainya juga? Karna itu ingin membawa Jeno kembali lebih awal? Dia sudah melihat pertumbuhan Jeno sejak kecil, bahkan menjadi teman bermainnya, dia juga enggan melepaskan Jeno begitu saja. Apakah ada jalan lain untuk membuat Jeno tetap bertahan? Setidaknya hingga umur Jeno mencapai 20 saja sudah baik baik saja. Tapi dia tau, semakin di beri kesempatan, semakin serakah mereka, bisa jadi saat tuhan membiarkan Jeno hidup sampai usia 20, dia akan meminta tambahan waktu lagi haha




























































Yoit!

Gaes, pilih happy end dengan Jeno pilih salah satu atau sad end dengan Jeno tak terselamatkan?:v

Viel udh mikirin gimana end nya sih, cuma bimbang aja, maunya gini, tapi mau gitu juga😔🤳

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang