14. Darurat

1.2K 193 4
                                    

Ni deh, biar gak kena gantung ( . ◜‿◝ )
Cerita ini udh sampe part 24 btw (๑♡⌓♡๑)

Jeno mengedip kedipkan sepasang mata hitamnya yang sayu, menatap langit langit tanah di atasnya, kini dia sendirian di lorong bawah tanah ini, masih dalam keadaan awalnya, yaitu dalam mulut sang kelopak bunga, Jisung tidak berani melepaskan kelopak bunga yang menembus tubuhnya, takut tak dapat menangani pendarahan hebat, akhirnya Jisung menyarankan untuk memanggil tim medis ke sini segera, jadilah dia di tinggal dan Jisung berlari keluar mencari bantuan. Jeno bagai patung, dia hanya diam membeku di tempatnya, karna saat dirinya bergerak, perasaan sakit akan langsung menyerbu.

Di sisi lain, langit sudah berubah gelap ketika Jisung keluar dari dalam lubang, dia terengah engah dengan baju yang sudah compang camping ternoda darah, dirinya berlari mencari keberadaan teman satu timnya.

"JAEHYUN HYUNG! HAECHAN! HARUTO!" Teriaknya cemas, dia yang biasa tenang kini tak dapat tenang karna keadaan kritis Jeno.

"Eh? Kaya suara Jisung?" Haechan melirik Haruto dan Jaehyun di sampingnya, mereka sedang berada di dalam tenda milik Jaehyun, berencana untuk tidur bersama sembari merencanakan rencana esok hari.

"Kayanya emang iya, ayo cek, dari suaranya pasti gawat" Jaehyun dengan terburu buru keluar dari tendanya, dari kejauhan dapat dia lihat sosok berantakan Jisung yang berlari ke arah mereka.

"Jisung!" Seru ketiganya dengan cepat menopang tubuh Jisung yang hampir terjerembab.

"Panggil tim medis, Jeno... Jeno dalam keadaan bahaya,!" Jisung terengah engah, mendudukkan tubuhnya di tanah.

"Hah?! W-woi cepet hubungi Institute medical!" Haechan berseru panik, dia berjalan mondar mandi dengan cemas. Jaehyun segera mengeluarkan Smartphone nya, namun suara tut tut menyambutnya, dia menatap kosong layar handphone miliknya.

Tidak ada signal!

"Gak ada signal!"

Keempatnya langsung saling memandang dengan horor.

"Fa-Agh!" Haechan mengacak rambutnya kasar, di gunung di larang mengumpat.

"Kita coba selamatin Jeno sendiri kalo gitu! Cepet?" Haechan meraih tasnya, berlari cepat ke arah lubang tampat Jeno jatuh berada, di sana masih ada tangga milik Jisung, dengan cepat dia melangkah turun, diikuti oleh Haruto, Jaehyun dan juga Jisung yang tertatih tatih.

Drap drap drap drap drap!

Suara sepatu di lorong menggema keras, keempatnya terburu buru menghampiri lokasi Jeno atas arahan Jisung, dengan cepat mereka sampai di tujuan, dan langsung kaget melihat tubuh Jeno yang sebagian berada di dalam mulut kelopak bunga mutasi, sedangkan beberapa duri tajam yang besar dan panjang nampak menembus dari punggung Jeno ke perut.

"Ugh..." Haechan menahan gejolak di perutnya, menghampiri Jeno yang ternyata telah memejamkan kedua matanya, dia dengan panik menempelkan telinganya di dada Jeno.

Deg... Deg... Deg...

Suara lemah jantung milik Jeno menimbulkan helaan nafas lega dari Haechan, dia dengan cepat membuka tasnya, mengambil medicine box yang mereka dapatkan dari paket tim, itu cukup besar dan lengkap.

"Kalian bantu angkat kelopak bagian atas dulu!" Titah Haechan di turuti oleh mereka dengan cepat, dirinya melepas jaket yang di kenakannya, bersiap menekan pendarahan Jeno, di tangan kanannya sebuah suntik yang dapat mempercepat pembekuan darah dengan cepat dia suntikkan di sekitar luka Jeno.

Jleb!

Ssrrr!

"Ugh..."

Ketika kelopak bagian atas berhasil tercabut, tiga buah lubang di tubuh Jeno dengan cepat menyemburkan darah, Haechan dengan cepat menutupnya menggunakan jaektnya.

"Pinjem jaket kalian!"

Jaehyun dan Haruto dengan cepat melepas jaket mereka, sedangkan Jisung dengan khawatir menatap wajah pucat Jeno yang mengerut kesakitan. Jaketnya sudah robek karna pertempuran.

Haechan menerima jaket milik Jaehyun san Haruto, meletakkannya di pundak dan paha Jeno yang berlubang cukup besar.

"Tekan jaketnya!"

"Um!" Angguk keduanya serempak.

Tangah Haechan yang terus bergetar semakin cepat menyuntikkan anestesi kepada luka Jeno, dia tak perduli berapa banyak yang telah dia suntikkan hingga akhirnya pendarahan Jeno mulai mereda, Haechan dengan cepat mencari jarum di medicine box, membersihkan luka Jeno yang mengerikan menggunakan alkohol dan menjahitnya dengan cepat, wajahnya terlihat pucat, dia menjahit depan belakang karna memang gigi tumbuhan mutasi itu menembus tubuh Jeno.

3 jam kemudian, Haechan duduk terengah engah, dirinya dengan cepat mengambil masker oksigen dan menghirup nafas dalam dalam, ini pertama kalinya dia melakukan penanganan darurat level tinggi seperti ini, dia harap dirinya tak melakukan kesalahan, yah walaupun jahitannya sedikit tidak rapi, dia menuangkan obat juga menaburkan bubuk obat agar luka cepat mengering, laku membungkusnya menggunakan perban.

"Fyuh... Sekarang tinggal cabut duri yang dari belakang hahh..." Lega Haechan menyandarkan tubuhnya di dinding kelelahan.

"Biar gue" Haruto dengan cepat mengambil tempat Haechan, memakai sarung tangan medisnya, Haechan mengangguk lemah, dia juga sudah tak kuat.

"Jaehyun hyung, angkat tubuh Jeno, sisa lo yang paling kuat di sini" Jaehyun mengangguk, bersiap mengangkat tubuh Jeno.

"Jisung siap siap tahan pendarahan Jeno!" Jisung dengan cepat mengambil jaket yang sudah ternoda darah, bersiap di dekat Jeno.

"1... 2... Angkat!"

Jreb!

"Ukhuk!"

Jisung dengan cepat menahan darah Jeno yang mengucur dari punggung, Jaehyun memindahkan Jeno ke tempat yang lebih luas, menjauh dari kelopak bunga bergigi yang penuh noda darah Jeno. Kening Jeno mengerut menyakitkan.

Haruto dengan sigap kembali menyuntikkan anestesi ke luka Jeno, membersihkannya dengan alkohol, lalu menjahitnya secepat kilat.

4 jam kemudian, Haruto membalut luka Jeno menggunakan perban, lalu membersihkan luka luka kecil Jeno dan memberinya plester, tangan kanan Jeno yang tadinya berada di mulut kelopak bunga mutasi memar dan kemerahan, Haruto memberinya bubuk obat dan obat merah, membungkus tangan Jeno menggunakan perban sepanjang hingga bahu, ke dada, leher sampai pinggang dan sebelah paha kanan Jeno semua berbalut perban.

"Hahh... Akhirnya!" Semua orang bernafas lega, Jaehyun memeriksa detak jantung Jeno yang masih lemah, dengan cepat menggunakan masker oksigen pada Jeno.

"Kita harus cepet keluar dari sini!" Ujarnya menatap anggota timnya, merapikan peralatan kembali ke dalam tas.

"Haechan di depan, gue di belakang, Jaehyun Hyung gendong Jeno di tengah sama Jisung, ayo!"

"Um!" Mereka mengangguk setuju, buru buru keluar dari dalam lubang dengan sedikit kesulitan, lalu berlari menuruni gunung pembuangan secepat kilat.

"Eh tunggu!" Haechan berhenti berlari, membuat yang lain ikut berhenti.

"Gue baru inget! Kan kita punya elektrik board maemunah!" Ternyata benda ini yang terlupakan olehnya sejak kemarin rutuk Haechan dalam hati.

"Lah?! Kok lo gak bilang?!" Haruto dan yang lainnya menatap Haechan tajam.

"Lupa! Soalnya masih di paket box!" Haechan buru buru membuka tasnya, mengeluarkan kotak paket tim, menekan tombolnya lalu melihat ke kotak paling bawah, terdapat lima buah benda berbentuk kotak pipih, dengan tombol di atasnya.

"Nih!" Haechan membagikannya kepada yang lain dengan cepat.

"HAECHAN SIALAN!"

"Ehe Mian...!"















































Yoit!

Bagaimana kah kira kira keadaan Jeno?!

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang