22. Double Nono

978 145 10
                                    

Kini Jeno tengah sibuk mengambar di tabletnya sembari membaringkah diri di sofa, mereka baru saja selesai makan malam. Tak lama muncul lah sosok Sunoo menghampirinya dengan senyum riang.

"Kak Jeno!" Sapanya duduk di karpet berbulu tepat di hadapan sofa yang Jeno tempati.

"Nono-ya~" Jeno menoleh, tersenyum manis untuk menyambut sapaan Sunoo dan lanjut menggambar.

"Kak Jeno gambar apa?" Sunoo dengan penasaran menjulurkan kepalanya, ingin melihat gambaran Jeno.

"Um? Nono gambar bunga!" Jeno mengubah posisinya menjadi duduk, sedangkan Sunoo berada di depan kakinya.

"Woah! Bagus!" Seru Sunoo ketika melihat gambar bunga di layar tablet Jeno, tanpa sadar tangannya memainkan kaki Jeno.

"Tablet aku malah drop..." Desah Sunoo menggoyang goyangkan kaki Jeno.

"Tinggal tunggu sampai daya penuh!" Jeno menepuk nepuk kepala Sunoo dengan lembut.

"Kalian ngapain?" Haechan lihat kedua pemuda menggemaskan itu dengan heran, yang satu duduk di karpet dengan lesu, satunya lagi duduk di sofa dengan riang.

"Hu? N-"

"Kak Echanie..." Sapa Sunoo tersenyum lembut, memotong ucapan Jeno. Haechan mengangguk tersenyum tipis.

"Bayi gak boleh nakal sama Nono, Di ajak duduk di sofa dong Nono nya, dingin nih udah malam" Ucap Haechan menatap Jeno, Jeno lantas mengerutkan alisnya, dia tak suka di katakan nakal, namun karna Haechan benar, dirinya tak menawari Sunoo untuk duduk di sofa, akhirnya dia hanya diam.

"Oiya! Nono lupa! Nono-ya~ ayo duduk di samping Nono~" Jeno dengan ramah menepuk nepuk sofa kosong di sampingnya, Sunoo tersenyum lebar dan mengangguk, berdiri dan mendudukkan dirinya di samping Jeno.

"Nah gitu, pinter" Haechan mengusak gemas surai Jeno dan ikut duduk di samping Jeno. Jeno langsung pindah ke pangkuan Haechan.

"Kamu ini..." Haechan mencubit pipi Jeno sembari tersenyum tipis.

Sepasang mata mengamati interaksi keduanya dalam diam, menyadari pandangan Sunoo, Haechan menjadi canggung, apalagi Sunoo masih sangat muda.

"Bayi, Duduk sendiri, ada temennya, masa gak malu?" Haechan menatap Jeno. Jeno mendongak, menatap Haechan sekilas, lalu menatap Sunoo yang terus menerus menatapnya, sedikit ragu, namun akhirnya mengangguk.

"Um... Baiklah" ucap Jeno lesu, turun dari pangkuan Haechan. Haechan kembali mengusak surai Jeno, membuat Jeno kembali tersenyum manis.

"Apa gakpapa kalau udah besar masih minta pangku?" Suara Sunoo membuatnya di tatap oleh dua pasang mata, dia memasang tampang polosnya yang terlihat kebingungan.

"Gapapa dong, asal yang di pangku menggemaskan kaya kalian" goda Haechan mengedipkan sebelah matanya, Sunoo langsung tersipu melihatnya.

"Kok kalian Kak? Kan bukannya cuma Kak Jeno aja yang duduk di pangkuan Kakak?" Sunoo terkekeh pelan menjawab ucapan Haechan.

"Hahaha... Ya kan kamu juga boleh kalo mau di pangku juga" Wajah Sunoo kembali bersemu mendengar ucapan Haechan, dia tanpa sadar memukul bahu Haechan.

"Kakak bercandain Nono ya?!" Seru Sunoo menggembungkan pipinya yang chubby, membuatnya semakin mengembang lucu.

"Loh? Ngapain bercanda, beneran serius Kakak ini" Haechan memasang tampang seriusnya, Sunoo menyipitkan matanya dengan tak percaya.

"Nih sini kalo gak percaya!" Tangan Haechan menepuk pahanya, mengisyaratkan Sunoo untuk duduk di sana.

"Bener ya??? Awas kalo boong!" Ancam Sunoo dengan wajah imutnya, Haechan terkekeh pelan dan mengangguk, Sunoo dengan ragu bangkit, lalu duduk di pangkuan Haechan.

"Wow! Ternyata di pangku nyaman ya!" Seru Sunoo membulatkan matanya yang berkilauan.

"Jelas dong! Apalagi kalo di pangkuan Kakak Kkk~"

Keduanya terus mengobrol ria, melupakan Jeno yang berdiri di samping mengamati keduanya, Entah kenapa Jeno tiba tiba merasa canggung berada di antara mereka, dirinya diam diam melangkah mundur, meninggalkan keduanya, menuju Area dua dengan tablet di tangannya.

Jeno dengan lesu membaringkan tubuhnya terlentang di atas karpet bulu yang lembut, menatap dedaunan di luar dari balik atap kaca, dia membuka tabletnya, memainkan game yang tadi sore sempat dia mainkan dalam diam.

Di area tengah, Haruto baru saja keluar dari kamarnya ketika melihat pemandangan Haechan dan Sunoo tengah tertawa riang dengan Sunoo yang berada di pangkuan Haechan, dia menaikkan sebelah alisnya heran, tadi saja Haechan sangat waspada, sekarang sudah akrab saja, tumben Jeno tidak menempel dengan Haechan, biasanya anak itu akan meminta pangku Haechan jika melihat Haechan, mungkinkah Jeno sudah tidur?. Haruto menghampiri keduanya, duduk di sofa seberang mereka dengan malas, sibuk dengan tabletnya, melihat lihat tanaman herbal yang harus mereka temukan.

"Eh ada Kak Ruru!" Sapa Sunoo melihat Haruto duduk di sofa. Haruto mengangguk, tersenyum tipis, walau agak tidak nyaman dengan nama panggilan yang biasanya hanya di ucapkan oleh Jeno, mungkin Jeno yang mengajari Sunoo untuk memanggilnya begitu, dasar anak itu.

"Ada yang liat tablet gue?" Jisung tiba tiba saja datang dengan wajah penuh tanya.

"Tadi sore gue lihat di atas" jawab Haruto acuh.

"Oke, thanks" ucap Jisung melirik Haechan dan Sunoo sekilas, lalu melangkah ke area 2. Dia ingat, sepertinya saat ke Area 2 dia melupakan tabletnya di sana.

"Hm?"

Jisung sedikit terkejut ketika melihat ada seseorang yang tengah tertidur di area 2, dia melangkah pelan ketika mengenali sosok tersebut, dan benar saja, itu adalah Jeno! Pantas saja dia tak melihatnya di pangkuan Haechan, ternyata dia ketiduran di sini, Jisung tersenyum geli melihat wajah polos Jeno yang tertidur lelap.

Layar tablet di sampingnya masih memperlihatkan game ikan yang sering Jeno mainkan akhir akhir ini karna bosan. Niat Jisung yang hanya ingin mengambil tabletnya kini berubah, dia meraih tubuh Jeno, mengangkatnya, lalu dirinya duduk di sebuah Kursi santai dengan Jeno berbaring di dadanya. Tangannya dengan lembut menepuk nepuk punggung Jeno yang hampir terganggu tidurnya.

"Sssttt... Tidur lagi" lirih Jisung di telinga Jeno, Jeno yang awalnya akan membuka matanya lantas kembali memejamkan matanya.

"Jiejie..." Gumam Jeno tersenyum tipis di sela sela tidurnya, mencari posisi nyaman memasuki mimpi panjang.

Yang satu sibuk dengan fikirannya sembari menatapi pemandangan dari balik atap kaca, yang satunya lagi tengah tertidur di pangkuan dengan lelap, suasana yang tercipta terasa sangat harmonis, di tambah lagi langit tiba tiba saja menjatuhkan air matanya, menambah suasana antara keduanya menjadi semakin nyaman.

Selama di hutan, akan selalu turun hujan yang cukup deras, entah itu memang cuacanya atau karna banyak tanaman di hutan yang menyebabkan sering terjadinya penguapan, mengakibatkan hujan sering sekali turun.

Jisung bersenandung pelan, menyanyikan sebuah lagu sebagai pengiring tidurnya Jeno, pemuda tinggi itu tak berhenti menepuk nepuk punggung Jeno selembut mungkin, agar Jeno dapat terus tertidur nyenyak.

Tak terasa, Jisung pun ikut mengantuk, dia memeluk erat tubuh Jeno, lalu ikut memejamkan matanya.

"Good Night Baby..."







































Yoit!

Sungno (๑♡⌓♡๑)

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang