11. Gunung Pembuangan²

1.2K 219 4
                                    

Tubuh Jeno melakukan flip di udara setalah berhasil menendang robot menjauh dari Haechan dan Haruto, hingga akhirnya mendarat cukup jauh di hadapan robot yang kini menatapnya.

Tudung hoodie yang di kenakan Jeno bahkan sudah terbuka, memperlihatkan rambut hitamnya yang lepek akibat terkena keringat juga sedikit berantakan, wajahnya di balik topeng mengeras, mengulurkan tangannya menembakkan peluru dari pistol elektrik yang dia pegang sembari berlari maju, siap untuk berhadapan langsung dengan robot tersebut yang tingginya mencapai 5 meter.

"Jeno!" Suara Jaehyun terdengar dari kejauhan ketika melihat sosok yang di kenalnya berlari menerjang robot di hadapannya, baru saja mereka sampai sudah di suguhi adegan mendebarkan seperti itu!

Haechan dan Haruto menoleh menatap Jaehyun dan Jisung yang berlari menghampiri mereka, keempatnya dengan cemas mengamati sosok Jeno yang melompat kesana dan kemari.

"Kalian jangan mendekat!" Peringat Jeno pada keempatnya, dia takut di saat dirinya melakukan serangan, mereka akan tiba tiba muncul menghalanginya.

"Tapi itu bahaya!"

Jeno tak menggubris ucapan Haechan, kaki panjangnya dengan sekuat tenaga menendang besi di dada sang robot, membuat sebuah lengkungan lebar terbentuk di sana.

Bang!

Dor!

Jeno menembakkan pelurunya ke arah inti robot yang ternyata setelah beberapa pukulan baru di ketahuinya berada di mata, namun tembakannya meleset akibat sang robot yang dengan cepat menghindar.

Tak berhenti, Jeno menyimpan pistolnya, menarik sebuah pen dari saku celananya, menekan tombol di ujung pen, seketika sebuah tongkat panjang dengan bilah mengkilat di ujungnya muncul di tangan Jeno, terlihat bahwa ada aliran listrik di tongkatnya.

Sang robot yang sudah marah mengayunkan tangan besarnya ke arah Jeno dengan brutal, satu matanya terus mengeluarkan sinar laser yang dapat memotong segalanya dalam sekali lewat.

Clang!

Ctas!

Suara denting besi menjadi backsound keduanya, sedangkan keempat pemuda yang menonton menyerukan kekaguman mereka kepada Jeno di dalam hati, mereka tak menyangka, bahwa seorang Jeno yang seperti bayi, manja dan naif ternyata sekuat ini!

Jeno menggertakkan giginya, berlari memanjat ke tangan sang robot, melompat ke kanan dan kekiri dengan sedikit kesulitan, sampai akhirnya dia sampai di bahu sang robot, bau anyir menyerbunya, ternyata robot ini sudah sangat tua, melihat energinya yang masih kuat, dia yakin jika robot tersebut berada di masa jayanya, Jeno akan kesulitan mengalahkannya. Sosok pemuda itu mengangkat bilang tongkat di tangannya tinggi tinggi dan langsung menusukkannya berkali kali dengan brutal ke arah mata merah robot, yah mata robot itu hanya satu untungnya, jika dua akan menambah banyak usaha.

Clang!

Krieettt...

Cleng cleng cleng!

Robot tersebut langsung tumbang ketika intinya di hancurkan, dengan perlahan jatuh di tanah.

Bam!

Debu beterbangan, mengaburkan pandangan keempatnya yang dengan serius menatap ke depan, menunggu sosok Jeno muncul dari balik debu.

Dan benar saja, Tak lama Jeno muncul di antara debu berjalan ke arah mereka dengan wajah yang sudah tak tertutupi topeng ataupun maskernya, dia bahkan menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya, memperlihatkan dahinya yang di basahi keringat, ekspresi yang dulu manis dan lembut kini di gantikan dengan ekspresi serius dan terengah engah oleh Jeno.

"Gila...." Gumam Haechan menyentuh dadanya, dia menjadi semakin jatuh ke dalam pesona seorang Jeno.

"Hehe..." Jeno memperlihatkan senyum manisnya ketika sudah berdiri di hadapan keempat anggota timnya, beberapa helai rambut basah menjuntai di dahinya, meneteskan keringat ke tanah, membuat pesonanya yang tidak biasa menguar kuat.

"Maaf ya, Nono panik sih tadi..." Ucap Jeno memperlihatkan deretan gigi putihnya, dia mengambil tas yang tadi di lemparkannya sembarang arah, membukanya, mengeluarkan masker oksigen, mengenakannya dan menghirup nafas dalam dalam, setelah cukup Jeno mengambil masker baru, memasangnya tak lupa topeng baru pun dia kenakan, dia membersihkan kacamata misinya dan memilih untuk menyimpannya saja, untung saja tidak rusak.

Kini Jeno berdiri dengan penampilan yang sama persis ketika mereka baru memasuki gunung, bedanya hoodie yang di kenakan Jeno sedikit kotor dan basah karna keringat dan debu.

"Dasar bayi..." Jaehyun menepuk kepala Jeno lembut.

"AAAAA GIMME KISS AYANG UMUMUMU!!!" Haechan dengan gemas memeluk Jeno, tanpa izin mengangkat topeng di wajah pemuda tersebut, mengecup brutal wajah Jeno.

"Ugh um..." Jeno dengan kesulitan menghindari Haechan yang sedang dalam mode cibu, iya Cium Brutal.

"Ugh..." Ketiganya yang menonton mengerutkan alis mereka dengan rumit, benar benar Haechan, walau terhalang masker, tetap tak menghentikan kebrutalan Haechan dalam menciumi Jeno.

"Heee~" Jeno dengan melas menatap Jaehyun dan yang lain, namun ketiganya hanya dapat tersenyum tanpa daya. Tapi...

"Stop lo" Jisung mencubit kerah baju Haechan dengan tampang tenang, dia menarik manusia usil tersebut menjauh dari Jeno, Jeno langsung saja bernafas lega. Sedangkan oknum yang di tarik melirik tajam Jisung yang menatapnya datar.

"Ayo persiapan buat kemah" ucap Jisung santai melepas cubitannya di kerah baju Haechan, mulai membuka tasnya untuk mengeluarkan sebuah bola bulat dengan tombol di atasnya, dia memencet tombol tersebut, lalu melemparkan bola ke tempat yang luas, tak lama bola tersebut bergerak, berubah menjadi sebuah tenda besi yang mengambang di atas tanah.

Jeno langsung saja menerjang masuk ke dalam tenda milik Jisung, udara dingin menyapa kulitnya yang sejak tadi kepanasan, dirinya dengan nyaman langsung memejamkan matanya.

"Nono mau bobo sama Jiejie~" gumam Jeno sebelum akhirnya tertidur lelap.

Jisung, Haechan, Haruto dan Jaehyun saling pandang, mereka menghela nafas panjang dan mulai mengeluarkan tenda mereka masing masing. Sedangkan Jisung melangkah ke arah tendanya, dia membantu tubuh Jeno agar masuk sepenuhnya ke dalam tenda yang lumayan luas tersebut, diam diam tersenyum tipis.

"Kita istirahat dulu" Jaehyun membuka suara, yang lain mengangguk setuju dan mulai istirahat di tenda masing masing.

Jisung duduk di samping Jeno yang tertidur lelap sembari memainkan tabletnya, melihat denah gunung pembuangan, mencari cari tempat yang kira kira dapat menumbuhkan Flower Iron.

Seiring berkembangnya zaman, obat obatan semakin maju, namun walau begitu tetap saja masih banyak penyakit lama yang sulit di sembuhkan, dan hanya terdapat beberapa obat yang dapat memperlambat penyebaran virus penyakit penyakit tersebut. Seperti Flower Iron sendiri adalah salah satu bahan untuk membuat obat obat khusus tersebut, dan memang bunga itu sulit ditemukan.

"Umh... Jiejie~" Jeno dengan linglung duduk, topeng di wajahnya sudah terlepas di sudut, matanya yang mengantuk menatap Jisung yang tengah menyimpan tabletnya.

"Jiejie~" tubuh Jeno beringsut mendekati Jisung dan langsung duduk di pangkuan pemuda tinggi itu,  menyandarkan kepalanya di bahu Jisung, kedua tangannya mengalung di leher pemuda tersebut dan kembali memejamkan matanya.

"Hm..." Jisung bergumam rendah dengan suara beratnya, memeluk pinggang Jeno dan menepuk nepuk punggung pemuda tersebut dengan lembut. Sudut sudut bibirnya terus saja membentuk garis lengkung yang tipis.















































Yoit!

Jadi tiap misi, mungkin Viel bakalan kebanyakan fokus di timnya Jeno ya, tim lain mungkin bakalan Viel ambil dikit

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang