Nih ya yang minta jangan di gantung, malah makin kena gantung hayooo lohhh(‘◉⌓◉’)
Di sebuah lorong bawah tanah yang gelap gulita, udara menyesakkan menyapa indra penciuman Jisung, pemuda tinggi itu mengerutkan alisnya dengan erat, berjalan mengikuti jalan setapak di hadapannya, sedangkan di sisinya terdapat genangan yang mirip seperti sungai, hanya saja warna air si sana terlihat hitam pekat dan tercium bau korosif yang kuat. Sembari berjalan dengan gelang sebagai penerangan, dia berdoa dalam hati agar Jeno baik baik saja.
Di sisi lain, Jeno dengan pucat terbatuk batuk di sebuah sudut, untung saja tasnya masih tetap ada padanya, tidak terpisah darinya. Jeno dengan cepat mencari masker oksigen di dalamnya, menghirup nafas dalam dalam, dengan lelah menyandarkan tubuhnya di dinding tanah, tak memperdulikan hoodienya yang sudah kotor dan berantakan.
Dia belum makan sejak kemarin, belum mandi, dan banyak lagi, tubuhnya panas, keringat mengucur deras dari balik baju yang di kenakannya, sebenarnya sulit menutup ketat dirinya begini di tempat seperti ini, tapi dia harus tetap mengenakannya, jika saja dia memiliki baju lab anti zat berbahaya, itu akan lebih baik mungkin.
Suara letupan letupan air yang seakan mendidih menemani kesendirian Jeno, dia menatap sungai hitam di seberangnya dalam diam, lalu merapikan barang barangnya, mengeluarkan tablet dari dalam tas. Mencari cari informasi, namun jaringan kosong, sepertinya di bawah tanah tak dapat menjangkau signal. Dia menghela nafas panjang, menyalakan gelangnya dan bangkit mencari jalan keluar.
"Nono rindu Nowwy dan Mowwy..." Gumam Jeno sendu, menatap kanan kiri dengan waspada, dia barusan sepertinya merasakan sesuatu mendekatinya. Jeno berbalik, namun tak ada apa apa di belakangnya, dia berbalik lagi, masih tak ada apapun.
"JENO!"
"Hu? Jiejie?!" Jeno berbalik dan berlari tergesa gesa, namun.
Bruk!
"Ssshhh!" Jeno menarik nafas tajam ketika dia merasakan sesuatu menarik kakinya, membuat tubuhnya jatuh ke tanah yang keras begitu saja, dia mendongak, entah darimana sebuah tanaman dengan bau tak sedap muncul begitu saja di hadapannya setinggi kurang lebih 5 meter, kelopaknya penuh gigi yang dapat membuka menutup, sulur hijau tuanya merambat dimana mana.
"Tanaman mutasi!" Seru Jeno pucat, tempat berbahayaemang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman seperti ini.
Srek!
Bam!
"Ukhuk!"
Tubuh Jeno dengan ganas di banting oleh sulur tanaman tersebut, dia menggertakkan giginya, mencoba lepas dari jeratan sulur di kakinya.
Srek!
"?!"
Jeno menutup matanya erat, mempersiapkan tubuhnya yang melayang untuk bersentuhan kembali dengan tanah, dan benar saja.
Bam!
"Ukh..." Jeno menyipitkan matanya, melirik tasnya yang sudah terlempar, dia menggertakkan giginya berusaha meraih pistol di saku celananya.
Dor! Dor! Dor!
Srek!
Dbum!
"Akh! Ukh-ukhuk!" Buru buru Jeno melepas topeng dan maskernya, menumpahkan seteguk darah merah segar dari mulutnya, dia buru buru bangkit, meraih tasnya dan menjauh dari tanaman tersebut dengan tertatih tatih, tanaman itu meraung marah karna di tembak, sulurnya memanjang mengejar Jeno.
Jeno dengan lihai melompat ke kanan dan kekiri, terus menembakkan pelurunya ke arah tanaman mutasi tersebut, namun tembakannya tak berefek, dia mengerutkan alisnya, menyimpan pistolnya, lalu menarik pen yang dia gunakan di pertempuran sebelumnya, menekan tombolnya, tubuhnya berlari maju memotong setiap sulur yang ingin menjeratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trace ✓
De TodoJeno, seorang pemuda polos yang naif dengan pesona yang tak ada habisnya tiba tiba saja memulai kehidupan barunya di dunia luar, setelah sekian lama di kurung bagai benda berharga di rumahnya. Pemuda dengan penuh rahasia yang sulit untuk di lihat it...