20. Hutan

922 150 3
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang pemuda menggemaskan tengah sibuk di kamarnya, tangannya yang sedikit tertutup lengan hoodi kebesarannya terus memasukkan berbagai benda ke dalam tas sekolahnya dengan rapi, entah itu senjata atau apapun, semua dia kemas ke dalam tas.

Di samping tas sekolahnya, terdapat sebuah tas lagi berisi pakaian Jeno, dan peralatan mandi beserta kebutuhannya yang lain. Jeno tak membawa serta boneka dan bando kesayangannya, karna menurutnya itu akan rusak di saat misi. Karna Jaehyun sudah membeli Magic Home, jadi dia tak perlu lagi membawa selimut, Magic Home sudah menyediakan segalanya.

Magic Home adalah rumah instan, buatan Institute Perakitan, Jeno juga tak mengerti bagaimana proses pembuatannya, yang dia tau, Magic Home itu seperti rumah pada umumnya, jika kalian pernah melihat rumah pohon Doraemon, mungkin sedikit mirip, hanya saja Magic Home itu dari besi dan lebih lengkap isinya, tempat tidurnya sendiri sangat tebal dan lembut itu cukup nyaman, juga di lapisi dengan pelindung yang kokoh, agar tak dapat di hancurkan dari luar.

"Nono? Ayo berangkat!" Sebuah suara panggilan membuat Jeno buru buru menutup tas nya dan langsung membawanya.

"Iya!" Teriaknya keluar dari kamarnya dan berlari kecil membawa dua buah tas di tangannya. Sesampainya dia di ruang tamu, ternyata yang lain sudah berkumpul dengan masing masing orang membawa dua tas, wajar saja, tas sekolah sendiri itu tas khusus untuk peralatan elektronik dan senjata, tas satunya untuk barang barang pribadi.

Kelimanya langsung saja mengendarai mobil menuju Hutan di pinggir kota, kali ini perjalanan mereka memakan waktu sekitar 2,5 jam.

Kelimanya menatap pohon pohon setinggi 5 meter di atas mereka dengan kaget, mereka memang dengar bahwa hutan di sini cukup menyeramkan, namun mereka tidak menyangka bahwa akan semenyeramkan ini.

Pohon pohon setinggi 5 meter atau lebih menjulang dimana mana, rumput yang masih basah oleh embun memiliki ketinggian sepinggang mereka, suara kicauan burung dan serangga memenuhi suasana. Gemerisik dedaunan dan derit ranting membuat suasana entah mengapa semakin menyeramkan.

"W-wow..." Gumam Haechan tak menyangka.

"Keliatan kalo hutan ini jarang di masuki manusia" Haruto mengeluarkan Elektrik Board dan pen nya, mulai menebas rerumputan di hadapannya, yang lain langsung mengikuti, mereka menaiki elektrik board sembari membersihkan rumput di jalan yang mereka lalui dengan cepat.

"Kita mau letakin Magic Home nya dimana?" Jaehyun menoleh, menatap semua timnya.

"Di tengah hutan aja Hyung" jawab Jisung tanpa ekspresi di wajahnya.

"Oke, ayo"

Mereka semakin mempercepat gerakan menuju ke tengah hutan, untung saja tak ada binatang buas ataupun hambatan di sepanjang jalan. Di tengah hutan itu gelap, lebih gelap daripada saat berada di Gunung Pembuangan, dan udaranya juga sangat dingin, ketika mereka memeriksa tablet masing masing, tak ada signal sama sekali, yah wajar saja, mereka berada di hutan yang terletak di pinggir kota.

Jaehyun mencari tempat luas untuk meletakkan Box Megic Home, menekan tombol di atasnya, lalu mundur, tak lama box tersebut berubah, mulai membentuk sebuah rumah yang terbuat dari aluminium, di lapisi oleh cahaya elektrik yang berguna sebagai perisai dan lapisan emas putih, itu kokoh dan elegan, penerangannya juga sangat terang.

Tik... Tik...

"Hu?" Jeno mendongak, menatap tetesan air di tangannya.

"Masuk, kayanya mau hujan" seru Jaehyun lebih dulu masuk ke dalam Magic Home, Jeno, Jisung, Haechan dan Haruto dengan cepat mengikuti, tak lama setelahnya Hujan deras mengguyur hutan tersebut, bau basah tanah dan dedaunan membawa udara yang menyegarkan dan lembab.

Udara hangat langsung menyambut ketika Jeno masuk ke dalam Magic Home, dia dengan takjub menatap sekelilingnya, itu bersih dah rapi, dominan berwarna biru dan putih.

"Walaupun nih rumah ada penghangatnya, ternyata masih dingin ya, apa karna tempatnya yang lembab?" Haechan menggosok tangannya, berjalan ke dapur, berniat untuk membuat segelas coffe.

"Bisa jadi" angguk Jaehyun duduk di sofa, Jeno berjalan keliling untuk melihat lihat seisi Magic Home, itu memiliki lima kamar dengan kamar mandi dalam, satu dapur dan ruang tengah untuk tempat berkumpul, di sanalah Jaehyun sedang duduk. Lalu ada tangga untuk naik ke atas, di atas ternyata terdapat area santai yang terlihat hangat, atapnya terbuat dari kaca, hingga dapat memperlihatkan suasana di luar.

"Bayi, duduk sini" Jisung memanggil Jeno yang baru saja turun dari area dua, Jeno dengan cepat berlari menghampirinya, duduk di pangkuan Jisung secara langsung.

"Manja banget~" ucap Jisung tersenyum tipis, memeluk tubuh Jeno yang berada di pangkuannya, menepuk nepuknya pelan.

"Jiejie~ Nono punya rahasia!" Jeno berbisik pelan tepat di telinga Jisung, membuat tubuh Jisung sedikit menegang, namun dengan cepat dia rilekskan.

"Apa?"

"Minggu lalu Minmin ngajak Nono pacaran!" Jeno memasang tampang seriusnya yang terlihat imut.

"Ha?" Seru Jisung tak percaya.

"Terus?"

"Nono tanya, apa itu pacaran? Minmin bilang, itu sepasang orang yang Kaya Daddy sama Mommy, bisa buat Nono kecil setiap hari!"

"What the f?!"

"Ssttt! Denger dulu!" Jeno dengan kesal menutup mulut Jisung menggunakan tangannya, lanjut bercerita.

"Nono bilang ke Minmin, Nono gamau punya Nono kecil, lagipula Minmin aneh suka senyum senyum sendiri waktu liatin Nono!" Jeno memasang tampang cemberutnya, mendengar cerita Jeno membuat Jisung tak tau harus bagaimana, bocil satu ini benar benar berbahaya.

"Baby... Pacaran itu bukan gitu..." Suara lembut Jisung yang berat memasuki telinga Jeno, Jeno menatap Jisung dengan alis berkerut.

"Terus gimana?" Tanyanya bingung.

"Orang yang pacaran itu harus saling mencintai dulu, Mencintai itu ketika Kamu merasa berdebar debar di deket dia, kamu tiap hari kangen dia, kamu suka banget sama dia apapun yang dia lakuin, kamu merasa sakit di sini waktu dia cuekin kamu atau dia sama yang lain" jelas Jisung menyentuh dada tempat dimana hati berada dengan ringan.

"Woah! Terus bisa langsung pacaran?!" Jeno dengan antusias menatap Jisung. Jisung menggeleng pelan.

"Belum dong, dia juga harus ngerasain hal yang sama ke kita, kalo enggak, kita harus nyerah biar dia bisa bahagia sama pilihannya, inget, kita gak boleh maksa seseorang buat bisa cinta sama kita" Jisung mencolek hidung Jeno dengan gemas.

"Begitu! Berarti kalau kita mencintai orang lain, kita harus buat orang itu bahagia tanpa mikirin perasaan sendiri ya??? Walaupun sakit?"

"Yup, bener, pinter!"

"Wow! Okay, Nono mengerti!" Jeno tersenyum riang, menyandarkan kepalanya di dada bidang Jisung, keduanya hanya diam dengan suasana harmonis di sekeliling mereka. Sangat menggemaskan bukan?























































Yoit!

Hum hum, apakah akan muncul konflik percintaan?!

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang