55. Sakit

957 145 13
                                    

"Nah... Ini Mowwy nya"

Hendery menunjukkan Mowwy yang terlihat compang camping ke di hadapan Jeno. Melihat boneka kesayangannya robek dan kotor, bibir Jeno bergetar, sudah ingin menangis lagi.

"Nanti minta Renjun buat jahitin Mowwy, jangan nangis..." Hendery mengusak surai hitam Jeno dengan senyum lembut di bibirnya. Jeno dengan sedih mengangguk, mengusap matanya yang sedikit basah.

"Ayo masuk, waktunya sarapan. Bentar lagi juga waktunya berangkat" Hendery menggandeng tangan Jeno, membawanya untuk masuk ke dalam Mansion.

"Makasih iya Kak Ery..."

"Hahaha... Sama sama bayi~"

.

"Jaemin jangan jailin Jeno mulu, Renjun sama Haruto tolong awasi Jeno"

Sebelum berangkat, Kun terus saja memberi wejengan pada ketiga pemuda itu, bukannya ketiganya yang memberi wejangan, tetapi malah Kun lah yang mengomel ini dan itu.

"Iya iya, berangkat sono Hyung" Jaemin mendorong tubuh Kun untuk segera masuk ke dalam mobil. Kun menghela nafas panjang, mengangguk masuk dalam mobil diikuti dengan Chenle dan Hendery dengan lambaian tangan. Mobil tersebut langsung segera berangkat.

Setelah itu, mereka masuk ke dalam Mansion, duduk di ruang keluarga. Jeno dengan cepat menghampiri Renjun dengan Mowwy di tangannya.

"Injun... Mowwy..." Lirih Jeno menunjukkan boneka beruangnya itu kepada Renjun. Renjun yang tadinya ingin sibuk dengan tablet miliknya lantas mendongak, menatap boneka kotor yang sobek di tangan Jeno, lalu beralih menatap ekspresi menyedihkan di wajah Jeno. Dia meletakkan tebletnya.

"Kenapa bisa rusak Mowwy nya?"

"Minmin..." Jeno naik ke pangkuan Renjun, duduk di pangkuannya dengan lesu, memeluk leher Renjun dengan bibir mengerucut.

"Yaudah, nanti Injun jahit, sekarang simpan dulu aja Mowwy nya" Renjun mengambil Mowwy dari tangan Jeno, lalu menyimpannya di bawah meja, Jeno hanya mengangguk, menghirup aroma tubuh Renjun dalam dalam, tangannya yang tak dapat diam memainkan telinga Renjun.

"Ngapain lo rusak tuh Mowwy?" Haruto menatap Jaemin dengan alis berkerut.

"Gak sengaja, tadinya si Bayi kepleset, mau gue tolongin, pas udah di tolongin eh bonekanya malahan yang kena nasib naas kelempar di bunga bunga, bukan salah gue kan?" Jelas Jaemin menaikkan sebelah alisnya, mencomoti biskuit di atas meja.

"Ada ada aja" Haruto menghela nafas panjang.

"Ukhuk!"

Haruto dengan cepat menatap Jeno yang terbatuk dengan waswas, Renjun yang di peluk bahkan mengerutkan alisnya, dia menepuk punggung Jeno.

"Kenapa bayi?" Tanya heran. Jeno hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengangkat wajahnya.

"Eh demamnya udah turun?" Hampir saja Haruto lupa kalau Jeno sedang demam, ini karna Jeno terlalu santai, membuatnya berfikir bahwa Jeno sudah baik baik saja. Jaemin ikut menatap Renjun dan Jeno. Renjun menyentuh dahi Jeno.

"Kayanya makin panas, pantesan gue gerah di peluk bayi, orang suhunya tinggi banget ini. Pasti gara gara nangisin Mowwy" ucap Renjun dengan wajah khawatir.

"Shhh!" Renjun tanpa sadar mendorong kepala Jeno menjauh dari lehernya, menatapnya sengan kaget, bagaimana tidak kaget, jika tiba tiba saja perasaan basah panas terasa mengenai lehernya.

"Bayi!" Haruto buru buru menghampiri Jeno yang terdorong cukup keras. Jaemin bahkan membulatkan mulutnya dengan linglung.

"Kenapa? Dimana yang sakit? Dimana yang gak nyaman?" Cemas Haruto mengangkat tubuh Jeno ke gendongannya, suhu badannya benar benar terlalu tinggi. Haruto menyisir surai Jeno menghunakan jemarinya, mengusap wajah merahnya yang tak normal, masih dapat Haruto lihat sedikit noda merah di ujung bibir Jeno membuatnya tertegun.

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang