34. Menanam

917 156 6
                                    

Suara tawa menggema di halaman Mansion 2, terlihat sepuluh orang pemuda tengah asik menanam bunga dengan tangan mereka sendiri, padahal sudah ada robot untuk menanam agar mereka tidak kotor, tapi apalah daya orang orang yang kurang kerjaan ini, jadi biarkan saja lah ya.

"Hahaha Kamu cemong Ayang!" Jaemin tertawa keras melihat wajah Jeno yang terkena tanah, bajunya bahkan ikut kotor, ya mau gimana lagi, udah tau mau menanam, tapi pakai baju begitu.

"PILIK!!!"

"Ha?" Felix yang tengah tidur di gazebo mendongak dengan bingung, melihat Jeno di kejauhan tengah cemberut, dia dengan malas bangkit, menghampirinya.

"Kenapa hum?" Tanya Felix tersenyum tipis.

"Baby minta tolong ya... Tolong bawa Lowwy sama Bando nya Baby ke kamar Baby..." Mata hitam Jeno menatap Felix dengan tatapan penuh harap, Felix yang gemas melihatnya dengan mudah mengangguk.

"Oke"

Felix mengambil boneka anjing putih di pangkuan Jeno yang untungnya masih sangat bersih, sepertinya Jeno sangat menjaganya, lalu melepas bando Jeno, merapikan rambut pemuda tersebut yang sedikit berantakan dan berkeringat.

"Terima kasih!" Jeno tersenyum manis dengan wajah cemongnya. Felix dengan santai mengangguk, membawa barang Jeno masuk ke dalam Mansion, sedangkan Jeno lanjut menggali tanah untuk menanam dengan Jaemin dan Eric yang terus berkicau di sekitarnya.

"Minmin! Irik!" Seru Jeno menggembungkan pipinya kesal, bagaimana tidak kesal? Jaemin dan Eric sejak tadi mencolek colek wajahnya menggunakan tangan penuh tanah miliknya, Jeno kan jadi makin cemong semua!

"Utututu Bayi Atu gemes banget!" Bukannya berhenti, Jaemin malah mencubit gemas kedua pipi Jeno, Jeno hampir menangis kerna kedua bocah itu.

"INJUN! RURU!" Seru Jeno frustasi, dia sudah sangat kesal di ganggu sejak tadi.

Renjun yang tengah merapikan bunga dengan guntingnya menoleh mendengar teriakan si kecil, begitupun dengan Haruto yang tengah menanam pohon hias ikut menoleh. Keduanya langsung memelototi Eric dan Jaemin.

"Jaem, Eric! Lo mending menjauh dari Jeno!" Renjun dengan galak mengarahkan guntingnya ke hadapan dua insan tersebut.

"Galak amat mas" celetuk Eric yang langsung di sambut oleh tendangan di tulang keringnya, membuatnya melolong kesakitan.

"ADUH! Buset lo ya!" Seru Eric kesal.

"Apa? Kesel lo? Sama kaya lo gangguin Bayi!" Renjun mendengus, ingin mengarahkan guntingnya ke arah Jaemin yang langsung kabur.

"Hung! Nono marah!" Ucap Jeno duduk di tanah dengan bibir yang di majukan, matanya sudah merah, seperti baru saja di ganggu oleh om om mesum.

"Le! Chenle!"

"Apa?" Chenle mendongakkan kepalanya dari balik semak semak, menatap Renjun dengan bingung.

"Jagain Baby, di ganggu mulu nih sama si duo Mesum, gue mau selesain rapiin mawar hitam dulu"

"Dengan senang hati!" Seru Chenle dengan gembira langsung meninggalkan tugasnya, menghampiri Jeno yang masih pundung.

"Kalian! Deket Jeno awas aja!" Haruto menatap dingin dua pemuda yang terus menatapi Jeno dengan sengit. Dua bocah itu benar benar sulit di atur! Melebihi bocil tetangga. Renjun kembali ke pekerjaannya.

"Sini... Kita nanam bareng..." Chenle menggeser tubuh Jeno untuk lebih dekat dengannya, Dia mengambil benih tanaman yang masih kecil, menanamnya di Plant Box sebelum di pindah ke dalam tanah selama satu bulanan, agar tidak mati ketika di tanam di tanah nantinya.

"Baby mau duduk di sini..."

Jeno memindahkan Plant Box di hadapan Chenle menjauh, lalu duduk di antara kaki Chenle yang kosong, dia takut di ganggu ErJaem kembali.

"Oke, kalo gitu deketan dikit, tangan Chenle gak sampe ke Box nya nanti"

Tangan Chenle terulur meraih pinggang Jeno, menariknya mundur, lalu dia sedikit membungkuk ke depan untuk melihat Plan box di depan Jeno, membuat punggung Jeno menempel tepat di dadanya. Tiba tiba saja jantungnya menjadi berdebar debar, aroma wangi Jeno yang segar membuat beat jantungnya semakin tak karuan, pantesan aja Jaemin sama Eric mesum banget kalo di samping Jeno, aroma tubuhnya emang buat mabuk fikir Chenle mencoba membuang fikirannya.

"Ele? Kenapa berhenti?" Jeno menoleh, menatap wajah Chenle yang berada tepat di sampingnya dengan bingung karna tiba tiba saja tanggannya berhenti menanam tanaman di Plant box. Chenle tersadar dari lamunannya, menggeleng cepat.

"Gapapa, Baby aja ya yang nanam?"

"Um? Baiklah!" Meski bingung, Jeno tetap mengangguk dengan semangat. Chenle tersenyum tipis, kedua tangannya yang tak bekerja beralih memeluk perut Jeno dengan nyaman.

"Yo! Ada yang panas tapi bukan matahari" Felix yang barusan kembali dari dalam Mansion tersenyum menyeringai ke arah Eric dan Jaemin yang terus emnatapi Jeno dan Chenle.

"Mau tau cara deket sama Jeno?" Dengan cepat kedua pemuda itu menatap Felix, mengangguk angguk layaknya anak ayam.

"Cukup kalem kaya yang lain, gak usah terlalu excited gitu, jadi takut Jeno nya"

Setelah itu Felix menghendikkan bahu, pergi ke arah Gazebo untuk melanjutkan acara tidurnya, meninggalkan Eric dan Jaemin yang saling pandang dengan tampang berfikir. Mari kita coba!

Felix akan kaget karna perkataannya ternyata dapat mengubah banyak kepribadian keduanya di masa depan. Mari kita ucapkan terima kasih kepada Felix. Yey! Suruh terima kasih malah yey.

"Bunga bunga yang kecil~ tumbuh tumbuh yang subur~" Jeno terus bersenandung riang, sembari tangannya menepuk nepuk tanah di plant box tempat dia menanam bibit bunga dengan rapi, sedangkan di belakangnya, Chenle tengah memeperhatikannya sembari memeluknya erat. Haduh, bucin amat ya kalian sama Jeno, kali kali bucinin Viel gitu kek ⊙﹏⊙.

"Eh, Chenle sama Jeno, tolong kalian ke Mansion seberang, minjem Flying Shower! Selang kita rusak di potong Hendery" suara teriakan Bangchan membuat Jeno dan Chenle menoleh.

"Gak sengaja Hyung!" Seru Hendery menghela nafas tak berdaya, dia benar benar tak sengaja memotong selangnya ketika tengah memotong rumput menggunakan pen nya. Bangchan tak menggubrisnya, dia malah menunggu jawaban Jeno dan Chenle yang saling pandang.

"Oke Hyung" angguk Chenle, Jeno pun ikut mengangguk.

"Gak usah, biar Hyung sama Jeno aja" Kun muncul di belakang Chenle yang sudah ingin beranjak pergi.

"Kenapa emangnya?" Tanya Chenle mengerutkan keningnya.

"Anak kecil di larang tau" Kun asal jawab, menggendong Jeno lalu dengan cepat pergi menggunakan elektrik board miliknya.

"HYUNGGG!!! CURANG LO YE!" Teriak Chenle mendengus kesal, main ambil Jeno segala! Gak sadar diri apa kalo udah tua, eii Chenle ini mulutnya emang ya, Akhlak Opso. Masih dapat Chenle dengar suara tawa Kun dari kejauhan, membuatnya semakin kesal.

"Kita jalan jalan" ucap Kun pada Jeno di gendongannya, Jeno yang masih kotor sedikit mengernyit, harusnya Kun membiarkannya mencuci tangan dan Mencuci muka terlebih dahulu kan???!

"Kak Kunkun, Nono kotor..." Lirih Jeno tepat di telinga Kun, membuat Kun sedikit merinding.

"Nanti numpang cuci di Mansion Doyoung" Jeno mengangguk.

"Ukay..."


















































Yoit!

Ehew, Jeno mau ketemu ex wkwkw pcrn aja blm, udh ex aja ┬─┬ノ( º _ ºノ)

See u~

No Trace ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang