Dos🧵

2.4K 202 19
                                    


"Arghh anjing lepasin gue"

Abara meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan pemberontakan saudara kembarnya.

Abara terus menyeret agara kearah kamar mandi yang ada didalam kamar mereka,

Bugh

Suara tubuh Agara yang terbentur dengan bilik shower menghasilkan ringisan dari mulut agara karna punggungnya menghantam dengan keras bilik shower.

Abara hanya tersenyum sampai kedua mata nya menyipit. Sangat senang melihat penderitaan kembarannya, tapi itu hanya bertahan sebentar, tatapan Abara langsung berubah menjadi tatapan tajam dari sebelumnya.

Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, punggung abara juga merasakan sakit, tapi dia menutupi itu dengan senyum meremehkan kearah kembaran nya, apapun rasa sakit yang dirasakan agara itu akan berdampak besar juga kepadanya begitupun sebaliknya.

'sakit banget punggung gue'-batin abara nenglangsa.

"Senang-senang ya lo disini, kapan lagi kan seorang agara tidur di kamar mandi?"

Agara tak membalas perkataan abara, dia fokus menahan rasa sakit di punggung nya yang malah bertambah menjadi berkali-kali lipat dari perut, punggung, dan pipinya.

"Eres un niño débil, niño mimado"
(Lo lemah, lo anak manja).

Setelah mengatakan itu abara berbalik dan mengunci pintu itu, membiarkan kembarannya terkunci di dalam.

"Akh Sa-sakit banget tolong, punggung gue sakit" Ringisan terus keluar dari bibir pucat itu, rasa sakit ditambah dinginnya kamar mandi membuat badannya menggigil hebat. Tulang nya seperti di remukan lalu di perburuk rasa dingin yang semakin menyiksanya.

Untuk mengnetralisir rasa sakitnya, Agara menggigit bibirnya untuk membagi rasa sakit yang dialaminya.

_
_
_
_
_

Tak terasa sudah 2 jam lebih Agara terkurung di dalam kamar mandi, dan masih dengan posisi yang sama tanpa ada pergerakan sama sekali dengan mata yang sudah tertutup dengan sempurna.

Perlahan mata itu terbuka, mata indah yang memancarkan rasa sakit, kecewa dan marah di dalamnya, mata yang juga menyimpan beribu-ribu luka di dalamnya. Mata yang menyiratkan rasa lelah dan frustasi.

Selama 2 jam Agara berusaha untuk menetralkan rasa sakitnya yang tak kunjung reda dan malah semakin parah.

Agara berusaha menggerakkan tubuhnya untuk berdiri dengan hati-hati dan pelan mendekat kan dirinya kearah pintu kamar mandi, bersandar pada dinding samping di pintu, mengetuk nya sambil memanggil nama abara berulang kali.

"Abara tolong" lirih Agara dengan bibir yang sudah pucat pasi.

Tak terdengar satu pun sahutan.

"Abara tolong bukain pintunya, sakit"

"Ab-abara, tolong b-buka, badan gue sakit bar"

"Sakit bar tolong. Sakit banget gue gak kuat"

"Abara disini dingin"

Sedangkan abara yang mendengar suara dari arah kamar mandi hanya melirik malas, "Berisik banget si bangsat, ganggu aja" Abara melempar ponselnya dengan kesal.

Saat ingin berteriak menyuruh agara diam, suara lirih terakhir Agara membuat abara mematung.

Deg

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang