Abara dan Agara hanya duduk santai di sofa ruangan mommy nya,sambil melihat-lihat sekeliling.
Sedangkan Rose sibuk dengan tumpukan kertas-kertas putih yang berserakan di meja kerjanya,kertas nya terlihat sepele jika kita lihat sekilas, tapi tidak dengan jumlah uang yang bisa dihasilkan, angka miliyar bahkan sampai triliun bisa diraih hanya dengan kertas itu saja.
"Senang banget ya jadi mommy,harga satu kertas putih itu aja biasa biayain kita sampai S2" Ucap Abara dengan random nya.
"Iya enak,tapi satu aja kesalahan siap-siap jadi gelandangan kita" balas Agara.
"Kan masih ada Daddy,kasih modal,bikin usaha baru lagi,udah!ngapain bingung,mahal!" Abara tertawa saat melihat wajah sewot kembaran nya.
"Tapi ternyata kita kaya raya juga ya" Kata Agara.
"Iya lah, keluarga Albiru gitu loh" Abara mengibaskan rambutnya sambil tersenyum pongah.
"Sombong lo,tapi pantasan banyak banget ya yang mau hancurin dan rebut posisi mommy sama daddy"
"Ya bener,tapi itu semua resiko para pembisnis" Balas Abara.
"Iyaa salah satu bukti nyatanya aja kita. Semua orang berusaha buat adu domba kita." Agara mendengus akan perkataan nya sendiri, bener-bener membuat emosi nya mendidih
"Eh tapi nih ya gue tiba-tiba kepikiran,kan lo bilang gue pewaris utama kan ya?nah kalau minsalnya kita akur nih dari dulu otomatis gue kan bakalan kasih satu perusahaan buat lo yang kelola dong."
"-- Nah jangan-jangan mereka sengaja adu domba kita sampai gue benci banget sama lo,terus kita dibikin buat rebutan perusahaan ini nantinya sampai kita cuma terfokus rebutan doang, nah disaat perebutan
kekuasaan itu lah orang itu masuk dan boom! dia ngehancurin dua perusahaan besar sekaligus dan ngambil alih perusahaan mommy sama daddy" Jelas Abara panjang lebar.Agara tercengang mendengar ocehan Abara.
"T-tapi bener juga sih kata lo,gue jadi penasaran apa selanjutnya yang bakalan orang itu lakuin disaat rencana yang udah dibangun belasan tahun hancur gitu aja karena kita baikan?"
"Maybe rencanain sesuatu yang diluar akal sehat kita? Dia aja bisa bikin keluarga kita begini, apalagi sekarang dia dalam posisi terdesak kan? Dua pewaris utama bersatu dan dia gak punya peluang sedikit pun buat ngusik perusahaan keluarga kita"
"Gak salah lo jadi kandidat utama pewaris utama bar,lo hebat tapi selama ini lo cuma males liatin siapa diri lo sebenarnya " Agara bertepuk tangan sambil tersenyum bangga kearah kembaran nya.
"Gimana reaksi lo kalau pelaku sebenarnya dalam ruang lingkup keluarga besar kita?" Tanya Agara, semuanya tak luput dari perhatian Rose dia sangat tertarik dengan pembahasan kedua putranya tersebut.
"Terkejut mungkin (?), Tapi gue gak bakal begitu terkejut karena gue pun tau sebenarnya gimana mereka.
Jangan dikira selama ini gue cuma diam planga-plongo. Gue juga tau kalau kita--" Omongan Abara terhenti,mata nya melirik sekilas kearah meja di depan mereka,dan....Brak
Abara menendang sesuatu yang melekat di dekat meja tersebut.
Puing-puing pecahan kamera serta alat penyadap hancur berserakan di lantai hanya dalam sekali tendang.
"--kita diawasi sama seseorang mulai dari awal masuk smp kan?" Abara melanjutkan kata-katanya dengan santai tanpa memperhatikan tampang mommy, sekretaris mommy nya dan kembaran nya.
"Ada 40 lebih alat penyadap di rumah kita, 29 di rumah mommy Jisa dan 45 di rumah bunda" Abara kembali tersenyum santai sambil memakan snack yang berada di pangkuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn
Teen Fiction"Gue gak mau satupun orang tau kalau lu kembaran gue, paham!" "Abara I won't say as long as it can make you happy, I will be happy too" ⚠️WARNING⚠️ CERITA INI HANYA CERITA FIKSI,CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR, JADI DIHARAPKAN TIDAK DIBAWA KE DALA...