cincuenta y dos 🧵

631 74 7
                                    

Gelap. Keadaan basement rumah sakit saat ini benar-benar gelap hanya sedikit cahaya dari lampu mobil saja sebagai penerang, dan di tambah lagi hawa tidak menyenangkan dari orang yang berdiri di depannya ini, yang perlahan seperti akan menguliti nya saja.

Rose. Di sana rose berdiri dengan tangan yang bergetar dan menunduk penuh ketakutan, sedangkan seorang lelaki yang berdiri di depannya menatap jengah ke arah Rose.

"Cih, kenapa jadi begini, saya kira setelah saya berhasil kabur dari wanita tua itu saya akan lumayan kesulitan menghadapi kamu, tapi liat sekarang kamu hanya menunduk seperti ini, mana wajah sombong kamu itu Rose, wajah yang selalu ingin membunuh saya itu mana Rose,"

Rose tetap diam di tempatnya tak menanggapi sedikit perkataan yang di lontarkan oleh Rean,

"Kamu ketakutan huh?! Kenapa, apa karena tidak ada Mark disini, makanya kamu ketakutan seperti ini? Lagian kemana si kaparat itu pergi, setelah bertemu dengan saya di China saat itu dia tidak menampakkan batang hidungnya lagi, sialan sekali si Albiru itu," ucap Rean dengan nada meremehkan.

"Saya tau kamu membuat suatu perjanjian dengan Agara, penuhi perjanjian itu, kamu hanya punya satu bulan dari sekarang, setelah nya jangan harap kamu bisa melihat anak-anak saya lagi,"

Rose mulai mengangkat kepalanya dan menatap Rean dengan wajah ketakutan nya,

"Saya yang membesarkan mereka, dan saya juga yang merawat nya" lirih Rose mencoba sedikit bernegosiasi dengan Rean, dia tau dia salah tapi untuk sekarang jangan pisahkan di dengan anak-anaknya.

"Kamu tidak membesarkan mereka Rose, jangan bermimpi. Seluruh kekayaan yang kalian gunakan untuk menghidupi anak saya hingga sekarang itu harta saya, kekayaan bersih saya asal kamu ingat, bahkan keluarga Aditya dan Albiru sialan itu saja tidak pernah mengeluarkan sepeserpun untuk kehidupan anak saya,"

"Dengar baik-baik nyonya Rose. Kamu tidak pernah merawat putra saya dengan baik, kamu hanya orang yang menghancurkan mental anak saya, kamu juga yang menjauhkan mereka berdua, dan kamu juga orang yang membuat mereka berkelahi, kamu juga yang buat mereka saling iri karena perbedaan kasih sayang yang kamu kasih, kamu yang selalu nuntut Agara untuk melakukan ini itu kalau dia tidak melakukan apa yang kamu perintahkan kamu selalu mukul dia kan, kamu selalu ancam dia kalau tidak menurut maka abara bakalan celaka, kamu juga sengaja kan bikin abara benci sama kembaran nya sendiri,IYA KAN ROSE !! JAWAB " Bentak Rean di akhir kalimat nya, matanya menatap dengan berkaca-kaca ke arah Rose yang berada di depannya, untung keadaan basement gelap, jadi tak ada yang melihat jika mata nya berkaca-kaca, hati nya sangat sakit saat mengucapkan itu, bagaimana tersiksa kedua putranya itu selama ini.

Rose tetap berdiam di tempatnya, tapi perlahan terdengar suara tangisan yang begitu lirih, Rose mencoba menahan suara tangisan nya hingga terbatuk beberapa kali, Rose terus menunduk dengan tangisan yang mulai terdengar jelas, sudah tidak ditahan nya

Sedangkan Rean hanya menatap datar ke arah Rose yang masih menangis tak henti-henti nya.

"Ak-aku juga terpaksa Rean," jawab rose akhirnya meskipun dengan susah payah dan suara lirih yang begitu lirih.

"Cih, terpaksa. Saya tak percaya apapun yang kamu katakan Rose, semua nya sudah jelas,"

"I know, gak akan yang ada percaya sama penjahat seperti aku, kesalahan aku sudah terlalu banyak. Tapi untuk kali ini percaya sama aku, kamu harus hati-hati sama ibu Mark dan papa " rose mencoba sedikit memberitahu Rean yang sebenarnya, percaya lah sebenarnya dari dulu Rose sangat berharap Rean bisa cepat lepas dari ibu mertua nya itu, tapi sekali lagi dirinya terpaksa harus pura-pura tidak setuju jika rean ingin di lepaskan oleh Mark, karena ibu mertua nya yang selalu mengancam nya.

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang