cuarenta y cinco🧵

681 69 8
                                    

⚠️Guys harap dibaca pelan-pelan dan tidak di skip karena ini salah satu chapter penting di book ini, atau bisa juga disebut salah satu inti dari book ini okeyy.

Happy reading 💖


"bohong. Apalagi kebohongan yang bakal gue terima setelah ini agara," ucap Abara dengan nada tajam nya,

"Ini yang katanya 'jangan pernah bohong ya bar sama gue' liat sekarang nyatanya lo kan yang bohongin gue apalagi dengan masalah sebesar ini, cih, kemarin nangis-nangis lo bilang kalau kita kembar dan jangan ada yang bohong, sial " lanjut abara yang masih menatap tajam kearah agara yang hanya menatap nya dengan santai, jangan lupakan cigarette yang berada di ujung bibirnya.

"Cuma ini yang bisa gue lakuin bar, gue gak punya pilihan lain"

"Lo bakalan punya pilihan lain kalau lo mau ngomong sama gue bangsat!" Bentak abara kasar, " lo pasti sadar kan kalau lo punya banyak pilihan tapi liat, lo lebih milih jalan ini karena rasa dendam dan kebencian kan, jawab gue bajingan. jawab!!" Lanjut abara kasar.

"Udah bar. Sekarang itu udah gak penting, mending lo tanda tangani surat ini" ucap Agara sambil meletakkan tumpukan berkas-berkas penting perusahaan di depan abara yang terikat di sebuah kursi.

Abara hanya diam, mata nya menatap ke bawah, rasanya enggan sekali menatap wajah adik kembarnya itu.

"Huh, jadi ini gak penting? kita ini saudara gak sih gar? Kenapa kesan nya gue gak penting ya di mata semua orang, kalian semua cuma ngincar tanda tangan gue doang kan? Pasti nya kan, jelas banget itu yang paling penting."

"hah, harusnya gue sadar dari awal kalau yang paling penting itu cuman harta. harus nya dari awal gue juga harus sadar diri, gue gak sepenting itu untuk orang-orang kayak kalian" abara menatap ke depan dengan pandangan kosong, mata nya seolah menerawang kejadian beberapa jam yang lalu, yang bisa membuatnya henti jantung.

"Lo gak ngerti bar,"

"Apa sih sebenarnya yang gak gue ngerti dek? Kalau menurut lo emang gue gak ngerti apa-apa, tolong kasih satu aja alasan paling logis supaya gue ngerti"

"lo, lo gak bakal ngerti gimana rasanya jadi gue selama ini bar. Kalau gue ngomongin ini sama aja kesan nya gue gak ikhlas selama ini nolongin lo" lirih Agara sambil mematikan rokok yang ada di tangannya.

"Bilang aja dek, bilang semua yang lo rasain selama ini. Biar semuanya selesai, ini udah cukup Agara. Gue cuma gak mau lo lepas kendali dek"

Agara tersenyum miris kearah abara, mata nya menatap dalam manik abara yang juga menatap nya dengan pandangan sendu. Perlahan satu persatu air mata mulai mengalir dari mata Agara yang kian sayu dan tidak ada ada kehidupan di dalamnya.

Agara terkekeh di sela-sela tangis nya, perlahan kekehan kecil yang keluar dari mumut Agara mulai membesar, tawa menyakitkan yang kian membesar diiringi ribuan air mata yang mengalir dari mata seorang pemuda yang terlihat sangat rapuh saat ini, sosok yang biasanya terlihat kuat dan tidak peduli dengan siang itu menjadi saksi bagaimana miris nya keadaan rumah keluarga Albiru.

"Ahahahah, hahaha. Lo tau gak sih bar, selama ini Mommy dan Daddy selalu nekan dan maksa gue buat selalu tampil sempurna, hebat dalam semua hal itu, semua hanya untuk lo bar, untuk nutupin kekurangan lo,"

"-Mereka jauhin kita berdua, buat lo benci sama gue itu juga karena mereka sayang banget sama lo bar, setiap acara keluarga besar mau di rumah Daddy atau pun mommy mereka selalu nyudutin lo, mereka semua nolak untuk lo jadi pewaris utama, tapi mau sekeras apapun mereka nolak lo itu semua gak bakal berhasil. Karena apa yang udah tertulis gak bisa diubah lagi bar"

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang