Tres 🧵

2.1K 168 26
                                    

Bunyi langkah kaki abara
mengalihkan lamunan agara, pemuda itu melihat kearah kakak kembarnya yang sudah terlihat rapih.

Abara mengambil ponsel, dompet, serta kunci mobil nya, abara berjalan kearah lemari untuk mengambil hoodie nya karna di luar cuaca sedikit mendung.

"Abara lo beneran mau pergi?" Tanya agara memastikan untuk kesekian kalinya, meskipun dia tau jawabannya akan tetap sama.

"Lo gak liat?" Abara menatap malas ke arah agara.

"Lo tega gitu ninggalin gue?"

"Why not? jangan ngomong seolah-olah gue sama lo sedekat itu ya"

"Kita harusnya dekat bar, gue itu kembaran lo, adek lo, tapi tingkah lo seolah-olah gue ini bukan kembaran lo, bahkan lo jauh lebih sayang orang lain daripada kembaran lo sendiri"

"Jangan atur-atur gue, ini hidup gue. mau gue sayang sama siapa aja seterah gue"

"Lagian juga mending gue sayang orang lain yang jelas-jelas gak pernah ngelukain gue, dan satu lagi gue bahkan gak pernah anggap lo ada, bagi gue lo cuma anak tunggal yang dimanja dan gak bakal ngerti rasanya jadi gue"

"TAU APA LO TENTANG HIDUP GUE HAH, SEDANGKAN LO AJA SELALU SIBUK SAMA URUSAN LO!" Agara berteriak hingga urat-urat lehernya menonjol.

"Jangan ngomong seolah-olah lo yang paling tersiksa disini abara" lanjut nya lirih.

"Nyatanya iya kan? Semua orang juga tau kali kalau lo anak manja, anak kesayangan lagi"

"Gue benci banget sama lo. Gue juga mau daddy sama mommy sayang ke gue agara, bukan cuma lo.lo ngerebut semua kasih sayang mommy sama daddy dari gue.

"Semua usaha udah gue lakuin untuk dapat perhatian mereka, gue berusaha buat jadi pintar kayak lo, tapi nyata nya,mereka tetap banggain lo dan gak pernah lirik gue sekalipun" Abara berucap dengan nada sendu lalu duduk di atas tempat tidurnya sambil menundukkan kepala.

Setelah itu tak terdengar lagi suara dari kamar anak kembar itu, meraka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Abara hidup gue gak seindah bayangan lo, mungkin ada saat nya nanti semua kebenaran nya bakal terungkap, dan satu lagi mommy sama daddy itu sayang banget sama lo abara"

"Iya cuma sama lo" lanjut agara membatin.

"haha Apa yang bakalan terungkap? terungkap kalau sebenarnya kalau gue bukan kembaran lo? keknya gue cuma anak angkat di rumah ini"

"Gila lo. Lo itu kembaran gue, bahkan apa yang gue rasain juga lo rasain kan?"

"Ah, lo banyak bacot. lo buang-buang waktu gue aja, bangsat!" Abara berdiri dan melangkahkan kedua tangan tungkai jenjangnya keluar rumah.

Agara yang melihat itu segera menyusul, melupakan semua rasa sakitnya yang bertambah 2 kali lipat karna berdiri tiba-tiba.

"abara maafin gue, tapi cuma ini cara nya supaya lo gak pergi ketemu mereka" guman Agara menyusul langkah kaki abara yang sudah jauh.

"Abara!" teriak Agara mengalihkan perhatian abara yang sudah tepat berdiri di depan pintu utama.

"Ck, apalagi sih, ganggu banget lo. sialan"

Agara tak memperdulikan balasan perkataan abara, dia terus melangkah maju mendekat kearah abara

"Lo gak boleh pergi kemana-mana, lo harus diam di rumah"

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang