treinta y cinco🧵

642 71 10
                                    

Rean terbangun dari tidurnya saat dirasa sang Surya sudah mengintip malu-malu dari balik gorden nya. Rean membuka matanya perlahan,
Rean melirik nakas di samping nya yang terdapat jam, jam menunjukkan pukul 05.00. Rean bangun terlalu pagi.

Matanya tak sengaja melihat kalung yang masih di pegang nya.

Rean menatap kalung yang di pegang nya itu dengan seksama, seperti nya dia melupakan sesuatu tentang kalung itu, Rean memutar kalung itu dan Gotcha! Ketemu.

Berlian yang berada pada mata angsa liontin kalung itu terdapat sebuah alat yang bisa menghubungkan kalung yang di pegang nya dengan kalung yang masih di pegang salah satu anak kembarnya.

Alat tersebut bisa mencakup dengan jarak yang sangat jauh meskipun pemilik nya berada di tempat yang berbeda-beda dan jauh kalung itu bisa menghubung kan suara jika salah satu pemilik nya mengaktifkan nya.

Rean menekan berlian itu dengan harap-harap cemas, karena dirinya sungguh tidak bereksptasi besar dengan alat itu karena sudah tidak dipakai selama bertahun-tahun.

"Semoga kalian dengar suara ayah" Gumam Rean penuh harapan, sudah cukup selama belasan tahun dirinya di sandra disini, dia tidak tau bagaimana keadaan anak-anak nya sekarang. Apakah baik-baik saja?

Semua di ambil dari nya, hal yang paling berharga di hidupnya hal yang paling di takuti nya jika itu pergi dari hidup nya, yaitu, anak dan istrinya. Dan penghianat itu berhasil menghancurkan nya.

Dia tidak masalah jika harta nya, rumah, perusahaan, semua aset-aset penting nya, mobil motor, jika itu diambil, dia tidak papa. Dia bisa merelakan nya, dia bisa mencari lagi nanti nya. Tapi bagaimana dengan anak dan istrinya? Apakah orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu sanggup mengembalikan dua hal yang paling berharga itu?

Jika tidak mengingat kalau anak-anak nya masih ada di tangan mereka,
mungkin Rean sudah lama mengakhiri semua nya dan pergi menyusul Alana ke atas sana. Dia bener-bener tersiksa disini.

Rean termenung mengigat kembali perkataan terakhir kesayangan nya,"Sayang, tolong bertahan demi anak-anak ya, ambil mereka lagi. Mereka berhak tau siapa orangtua kandung mereka, tolong jaga anak-anak kita dan diri kamu ya. Terimakasih atas semuanya sayang, kamu dan anak-anak hal paling indah dan berharga untuk aku, meskipun nantinya kita gak bisa kumpul sama-sama, ingat aku akan selalu ada di hati kamu dan anak-anak, bye my love"

Rean menoleh ke arah nakas di samping nya, kemudian membuka bagian bawah nakas tersebut.

Di sana terdapat sebuah buku tebal ah lebih tepatnya sebuah album tebal.
Dengan sampul yang bewarna hitam dan sedikit hiasan bintang di samping nya, dan disana berjudul, "Ryker family"

Itu album yang berisi keseharian Alana semenjak mengetahui kalau Agara dan Abara kecil akan hadir kedunia, buku yang memang sudah di persiapkan bahkan sebelum si kembar lahir. Hanya buku itu yang tersisa untuk nya, sebagai kenangan yang bahkan tidak akan pernah terulang lagi.

Rean rindu sekali dengan kedua putranya, ayah mana yang tidak rindu jika sudah dipisahkan bertahun-tahun lama nya tanpa tau bagaimana wajah kedua anaknya sekarang, orang-orang penghianat itu bener-bener memutus hubungan nya dengan kedua anaknya.

Rean membuka album tersebut,

Halaman pertama, disana terlihat foto Alana dengan senyum manisnya disertai tangan yang memegang sebuah balon, foto itu menjadi saksi seberapa bahagia nya Alana dan Rean mengetahui bahwa mereka akan menjadi orangtua. Pose sederhana dengan Rean yang memeluk Alana dari samping sambil mencium perut Alana.

Halaman kedua, terlihat Alana sedang memakan buah mangga di ruang tengah sambil tertawa, itu pertama kalinya Alana mengidam di tengah malam. Dengan Rean yang basah kuyup karena kehujanan mencari mangga pada malam hari.

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang