Mark dan rose berlari di sepanjang koridor rumah sakit, memanggil para perawat Agara segera membawa brangkar untuk putranya.
"Kenapa lelet sekali, kalian kira saya menggaji kalian untuk berkerja lelet seperti ini!" Bentak Mark kepada dokter dan beberapa perawat yang sudah mengambil alih tubuh Agara.
"M-maaf t-tuan Mark, sa–"
"Diam. Kamu makin memperlambat waktu saja, cepat periksa keadaan anak saya. setelah ini menghadap ke kantor pusat" ucap Mark marah, kenapa para pekerja di rumah sakitnya ini lambat sekali, lain kali dia akan meninjau langsung rumah sakit ini.
Para perawat dan dokter dengan buru-buru mendorong brankar Agara ke unit gawat darurat.
_
_"Tuan Mark dan nyonya rose, bisa ikut keruangan saya, saya ingin membahas kondisi tuan muda"
Rose dan Mark yang sedang dalam keadaan cemas dikagetkan oleh suara dari dokter yang menangani Agara tadi, tangan Mark masih tak henti-henti nya mendial nomor putra sulungnya, perasaan nya sangat khawatir, pasti abara juga kesakitan.
"Bisa dok,"
"Mari, silahkan"
Sekarang kedua orangtua tersebut sedang duduk dihadapan dokter yang menatap kedua nya dengan perasaan sedikit bersalah.
"Bagaimana dengan kondisi anak saya dok," tanya rose
"Sebelum menjawab nya, saya ingin bertanya terlebih dahulu tuan dan nyonya, apa yang terjadi sebelum tuan muda pingsan nyonya?"
"T-tadi sebelum pingsan, Agara sempat mengamuk melempar semua barang dan memukuli dirinya sendiri dok"
"Sudah berapa lama tuan muda seperti itu nyonya?"
"Sekitar satu bulan belakangan,"
"Apakah terjadi sesuatu peristiwa yang menyakitkan sebelum ini terjadi nyoya?" Tanya sang dokter.
Rose diam, dia ragu untuk menjawab pertanyaan dokter muda di depannya ini.
"Sebelum ini, Agara dan kembaran nya sempat bertengkar hebat dan membuat kembaran nya pergi dari rumah dokter" Jawab Mark angkat bicara, Mark memutuskan untuk bercerita sedikit kesimpulan nya saja, karena dia rasa ini sangat penting.
Dokter muda tersebut kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Sebelumnya tuan dan nyonya saya ingin menyarankan, alangkah lebih baik nya tuan muda di bawa ke psikiater,"
"Hah, M-maksud nya dok?" Tanya Mark tergagap, rasa nya jantung nya seperti berhenti berdetak mendengar perkataan dokter di depannya ini.
"Tadi tuan muda sempat siuman dan mengamuk, tuan muda menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung, karena tuan muda terus mengamuk saya akhirnya memberikan obat bius agar tuan muda kembali tenang,"
"Dok saya mohon jangan bercanda,"
"Saya tidak bercanda nyonya, sebaiknya tuan muda di bawa ke psikiater saja, saya khawatir jika terlalu lama tidak ditangani oleh ahlinya, kondisi tuan muda bakalan lebih memburuk "
"Dok, bilang kalau semua ini bohong. Anak saya itu baik-baik saja, dia anak yang kuat," bentak rose dengan mata yang berkaca-kaca.
Dokter muda tersebut hanya menghela nafas pelan, "Nyonya berdasarkan dari yang saya lihat tadi, kemungkinan besar tuan muda Mengidap Gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang merupakan salah satu jenis depresi berat. merasa sangat tertekan hingga membuat moodnya menjadi hancur dan kesehatan menurun."
"Salah satu penyebab nya adalah dari Kehidupan Sehari-hari, seperti Pengalaman atau kenangan yang menyakitkan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan gangguan depresi mayor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn
Teen Fiction"Gue gak mau satupun orang tau kalau lu kembaran gue, paham!" "Abara I won't say as long as it can make you happy, I will be happy too" ⚠️WARNING⚠️ CERITA INI HANYA CERITA FIKSI,CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR, JADI DIHARAPKAN TIDAK DIBAWA KE DALA...