cincuenta 🧵

576 61 8
                                    

Sudah lima hari, keadaan Agara semakin memburuk, dia akan mengamuk kepada siapapun orang yang mencoba memasuki ruangannya, dan sudah tiga hari juga Agara menolak semua makanan yang diberikan pada dirinya, dia menolak makanan atau apapun itu memasuki lambungnya.

"Agara, kamu mau sembuh kan? Ayo makan sayang, sayang ayo nak makan dulu," bujuk Rose di balik pintu.

Rose menghela nafas berat, sudah 1 jam dia berdiri di balik pintu ruang inap Agara, membujuk supaya agara mau memakan makanan nya.

"Agara ..... Kamu mau apa sayang, mommy bakal nurutin semuanya, apapun itu asal kamu mau makan dan sembuh nak," putus Rose akhirnya, dia sudah memikirkan ini berhari-hari, dia akan menuruti semua apa yang diinginkan oleh Agara, termasuk jika ingin bertemu dengan Rean sekalipun, mau seberapa kuat dirinya menahan Agara dan Abara tetap disisinya semua nya akan berakhir sia-sia.

Dia tau ini semua berawal dari kesalahannya, dia penyebab semua ini terjadi.

Tak lama setelah itu terdengar suara seseorang yang berjalan mendekati pintu,

Cklek ~

Pintu terbuka, setelah 5 hari pintu itu tak pernah terbuka, sekarang pintu itu akhirnya terbuka, Rose membulatkan matanya kaget saat melihat keadaan Agara yang sangat berantakan, badannya jauh lebih kurus dari biasanya, pipi yang tirus rambut yang berantakan dan poni yang mulai menutupi mata nya.

Agara diam, sedari awal dia membuka pintu dia tetap menatap ke arah bawah, enggan untuk bertatapan dengan Rose.

"Sayang, mom-" rose terdiam saat Agara mengelak saat dirinya ingin menyentuh lengan Agara.

"Say– Jangan di tutup nak," cegah Rose saat Agara kembali ancang-ancang ingin menutup pintu kamarnya.

"Agara mau apa nak?" Tanya Rose akhirnya.

Cukup lama Agara terdiam, sampai akhirnya satu permintaan meluncur dari mulutnya, "M-mau kalian mengakui semua kejahatan yang k-kalian lakukan ke p-polisi" lirih Agara dengan vokal yang gagap dan takut-takut kepada Rose.

Rose tertegun mendengar nya, dari semua kemungkinan yang dipikirkan nya, tentang apa yang akan Agara minta, tidak terpikir kan jika Agara akan meminta ini kepada dirinya. Bahkan ini tidak masuk ke dalam kemungkinan yang akan Agara minta, sungguh jantung nya terasa nyeri disaat yang bersamaan.

"G-gar?" Panggil rose pelan, dengan nada tak percaya.

Agara tetap bergeming di tempat nya, masih menatap ke arah bawah.

"Agara," panggil rose sekali lagi.

Agara tetap diam, berdiri dengan posisi yang sama.

Rose menatap ke arah lain dengan mata yang berkaca-kaca, dia menyeka sudut matanya saat dirasa cairan bening itu akan mengalir ke pipinya.

Apakah begini rasanya sakit yang dirasakan oleh Alana? Atau mungkin ini belum keseluruhan nya.

"Agara? You're serious," rose kembali memastikan untuk kesekian kalinya, Agara menganggukkan kepalanya pelan.

"Agara kamu–"

"K-kalau gak bisa gak usah kesini lagi, t-tinggalin aku sendiri," nada suara Agara semakin pelan,

"O-oke , Mommy follow what you want. Tapi kamu harus makan sekarang, kamu harus sembuh dulu ya" ucap Rose sambil membawa nampan di tangannya masuk ke dalam kamar inap Agara yang terbilang sangat gelap, dia rasa Agara tidak bisa tidur di tempat segelap ini tapi kenapa sekarang anak bungsunya ini berani.

Rose menaruh nampan di tangannya kemudian berjalan ke arah jendela kamar Agara yang tertutup.

Sedangkan sang empunya kamar duduk diam di atas kasurnya, masih dengan posisi yang sama, kepala yang menunduk ke bawah.

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang