cincuenta y tres 🧵

611 61 6
                                    

"Tuan muda, mobil nya sudah siap"
Abara yang sedang termenung pun terlonjak kaget akibat suara sang seorang sopir yang tiba-tiba berbicara dengan nya.

Abara menghela nafas kasar, tak mengindahkan ucapan sang sopir, Abara malah memandang  ke sekeliling rumah baru yang sudah beberapa bulan belakangan ini di tempati nya.

Rumah kedua orangtua kandung nya, rumah ini jauh lebih luas dan besar dari rumah mommy dan Daddy nya, tapi sayang, rumah ini terasa sepi sekali, dalam rum– ah ralat mansion lebih tepatnya terasa sangat hening, matanya beralih menatap ke arah bingkai foto pernikahan kedua orangtuanya, lalu di bawahnya terdapat satu lemari full foto bayi dirinya dan Agara, lemari yang dilapisi oleh emas di sekelilingnya, di beberapa sudut dinding pun juga di penuhi oleh foto dirinya dan Agara.

Tapi sayang nya di mansion sebesar ini hanya di tinggali oleh dirinya dan sang ayah yang sekarang terlihat sangat sibuk untuk mempersiapkan sesuatu.

"Pak, ayah pergi kemana?" Tanya abara kepada sopir kepercayaan ayah nya.

"Tuan besar sedang ada urusan dengan kenalan nya tuan muda," jawab sang sopir dengan sopan.

"Pak anterin saya ke rumah mommy saya pak," pinta abara.

"Maaf tuan muda bukan nya saya tak mau, tapi tuan besar untuk saat ini melarang tuan muda untuk bertamu ke kediaman keluarga Albiru,"

"Pak, saya cuma mau ketemu sama kembaran saya pak, kalau bapak gak mau saya bisa pergi sendiri" ucap abara sedikit memaksa.

"Maaf tuan muda saya tidak bisa, nanti tuan besar marah,"

"Saya cuma mau ketemu adik kembar saya pak, kenapa di larang-larang sih, saya gak suka disini karena rasanya masih canggung, saya cuma mau ketemu sama adik saya pak, bantuin saya"

"Tuan muda maafkan saya, ini perintah langsung dari tuan besar, saya tidak berani membantah. Sebaiknya tuan muda sekarang berangkat ke sekolah, nanti di sekolah kan tuan muda bisa bertemu dengan tuan muda Agara,"

"Yasudah lah pak, ayo anterin saya" ucap abara mengalah, lagian tak ada gunanya juga bernegosiasi dengan orang kepercayaan ayah nya. Tuan muda terhormat Ryker tersebut berjalan dengan langkah malas keluar dari mansion nya.

_
_
_

Tak butuh waktu lama, mobil mewah keluarga Ryker pun mulai memasuki lingkungan sekolah, banyak pasang mata menatap penasaran ke arah mobil mewah tersebut, kira-kira siapakah gerang orang yang berada di dalam mobil tersebut itu pikir mereka.

"Pak, saya buka pintu sendiri aja. Nanti bapak gak usah jemput, saya pulang sendiri, nanti saya yang bilang ke ayah," ucap abara.

"Baik tuan muda, semoga hari tuan muda berjalan dengan baik,"

Abara beralih membuka pintu mobilnya, yang mana langsung banyak pasang mata yang tertuju padanya.

Abara hanya menatap acuh kepada semua orang yang menatapnya, sudah jadi santapan sehari-hari jika banyak orang yang memperhatikan nya, salah nya menjadi siswa famous.

Saat perjalanan menuju kelas, di koridor di lantai satu, untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan dia kembali melihat adik nya, itu Agara yang sedang berjalan di depan nya, tapi ada yang berbeda kali ini, Agara terlihat sangat berbeda, rambutnya di warna menjadi blonde dengan tataan rambut di buat keatas menampakkan jidat nya, jangan lupakan Agara yang biasanya berpenampilan rapi kini terlihat lebih urak-urakan. Dia merindukan asik kembarnya.

"Agar–" Belum sempat Abara memanggil adik nya, tiba-tiba ada suara teriakan yang memanggil namanya.

"ABARA AKHIRNYA LO MASUK SEKOLAH JUGA BANGSAT, GUE KANGEN TAU," Dari arah belakang seorang pemuda berlari dan langsung merangkul abara dengan senyum lebar nya.

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang