treinta y dos🧵

719 77 17
                                    

Suasana terasa mencengkeram usai pernyataan Agara tadi, baik Agara maupun Abara tidak ada satupun yang membuka mulut.

Agara sibuk dengan makanan nya sedangkan Abara masih diam dan menatap kosong kearah depan nya.

"Gak perlu kaget, harusnya dari awal lo udah bisaa nebak kali" Ucap Agara santai dan menyalakan rokoknya.

Abara yang melihat itu semakin terkejut dan menatap tajam ke arah Agara.

"Gar, lo udah gila....." Ucap Abara tak menyangka.

Agara menghembuskan asap rokoknya sambil memainkan handphone, tak menggubris sedikit pun perkataan Abara.

"Lama banget, si Galaxy dari dulu selalu nyusahin. Muak gue liat tuh orang satu, hilang aja tuh orang. Benci banget gue liat nya"
Agara berdecak marah sambil bermain hp, dan sesekali membuang abu rokok nya ke asbak yang terletak di depannya.

Karena kawasan restoran nya memang boleh untuk merokok.

Plak

Rokok yang semula berada ditangan Agara, kini sudah jatuh tergeletak di lantai.

Agara menatap tangannya datar dan beralih menatap Abara yang sudah berdiri di samping nya.

"What's your problem?" Ucap Agara tajam.

Agara menepis dengan keras tangan Abara yang masih berada di atas tangannya.

"Lo yang apa-apaan begini? Lo kira keren ngerokok gini, stupid"

"Bac-" Omongan Agara terpaksa terhenti karena dering ponsel dari handphone Abara.

Mommy is calling.....

Abara mengambil ponselnya dan berjalan sedikit menjauh dari Agara.

Agara hanya menyaksikan dari kursinya sambil menatap tak bersahabat ke arah Abara.

"Sok peduli banget si anjing "

Abara kembali ketempat setelah berbicara sekitar 5 menitan dengan mommy nya.

"Pulang. Daddy sama mommy pergi ke rumah sakit sama mommy Jisa buat anterin bang Galaxy "

"Cih, nyusahin bener dah tu orang"

"Jangan ngomong gitu"

"Kenyataan nya kan? Gak mak, gak bapak, gak anak nya. Nyusahin semua"

"Gar jaga omongan lo"

"Gue ngomong sesuai fakta"

"Tapi itu terlalu sakit kalau di dengar orang nya gar"

"Gue gak peduli. Bahkan satupun dari mereka gak pernah dengerin gue.  Mereka milih tutup telinga"

"Masih banyak waktu untuk berubah pikiran de-"

"Gue gak akan berpikir dua kali buat hancurin mereka"

Abara menghela nafas berat, dan melanjutkan perkataannya tadi.

"Kalau lo jadi gini karena gue, hancurin gue ajaa. Gue gak papa, tapi jangan mereka gar."

"Gue tau sebanyak apa luka, kesedihan dan rasa kecewa yang lo pendam. Gue tau sedikit nya rasa yang lo rasain karena  juga kerasa sama gue."

"Tapi gar jangan melangkah terlalu jauh, jangan jadiin semua ini alasan buat lo jadi jahat."

"Gue tau gue gak pantas buat bicara gini. gue juga gak tau seberapa sulit nya lo jalanin hari-hari lo selama ini dek--"

"–Tapi tolong apapun yang beralaskan balas dendam gak akan pernah berakhir bahagia, gue contoh nya"

"Lo anak baik, lo pantas hidup tenang dan bahagia tanpa rasa dendam"

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang