Agara menyandarkan badannya pada kursi mobil, rasanya tangan nya tidak sanggup untuk memegang stir mobilnya, tangannya tidak memiliki tenaga sama sekali.
Agara mengetikan nomor telepon seseorang di hp nya dengan susah payah dan sering kali handphone nya terjatuh karena tangannya tak kuat menahan bobot handphonenya.
Setelah berusaha dengan keras untuk mengetik nomor seseorang yang dituju nya, tak lama terdengar nada sambung dari seberang sana.
"Bang jemput gue di bandara dong, tangan gue gak kuat nyetir"
"Ih tolol nya ngapain lo pagi-pagi udah di bandara njir, kenape tangan lo?"
"Habis nganterin Rey, jemput dong, cepat elah bang. Kepala gue sakit banget ini serius"
"Iya bentar, gue siap-siap dulu"
"Iya gue tunggu di parkiran bandara ya, gue pakai mobil yang biasa"
"Okey,"
Setelah itu sambung telpon di putus dari seberang sana, tangan Agara langsung jatuh terkulai di sisi tubuhnya.
"Aduh sumpah ya jelek banget reaksi tubuh gue kalau denger hal yang bikin kaget, kek gak bisa normal aja apa" ujar agara sambil misuh-misuh.
Satu kebiasaan reaksi buruk tubuh Agara jika mendengar hal-hal yang mengejutkan dan di luar dugaan nya, kepalanya akan langsung berdenyut sakit dan tangan nya langsung lemas.
Agara sedikit memijit tangannya agar sedikit bertenaga, tapi tetap percuma tak ada perubahan sama sekali, malahan tangannya semakin tidak bertenaga sama sekali.
Skip
Sekitar 40 menitan menunggu, akhirnya orang yang di tunggu-tunggu pun datang, Yap dia Abara.
Tok tok
Abara mengetuk pintu mobil Agara yang membuat sang empunya yang sedang menutup matanya menoleh ke samping dan menemukan abara yang memberi isyarat untuk membuka pintu di samping Agara, Agara menganggukkan kepalanya yang menandakan bahwa dia sudah membuka pintu mobilnya.
Brak
Abara menutup pintu mobil Agara sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah ke belakang.
"Sorry ya gue lama, tadi pas lo nelpon gue lagi tidur, eh pas gue gosok gigi tiba-tiba gue kepleset anying mana gak sengaja nyenggol air jadinya kesiram deh, ya gue langsung mandi aja soalnya udah basah juga kan pas kesiram airnya. Eh terus pas mesan grab malah abang nya nyasar, mana gue harus lari-lari lagi ke komplek belakang buat nyusul abang nya, sorry ya " Jelas abara dengan menggebu-gebu alasan kenapa dirinya lama datang menjemput Agara.
Agara hanya mengangguk sebagai jawaban dari penjelasan abara, mata nya melihat penampilan abara dari atas sampai ke bawah.
"Bang lo beneran pakai baju begini? Astagaa boleh ketawa gak sih gue anjir, awokawok" Agara sangat gagal fokus melihat penampilan abara yang sangat di luar fashion nya, setau nya abara sangat menjunjung tinggi dunia fashion, abara tak pernah gagal dalam fashion nya.
Tapi liat sekarang apa-apaan gaya abang nya ini, baju tanpa lengan bewarna kuning di padukan dengan celana pendek warna merah dan jangan lupakan sendal nya yang astaga, Agara tertawa sekali melihat sendal yang dipakai abang nya itu, di sebelah kiri sendal Gucci dan di sebelah kanan nya sendal hotel.
Abara dengan kecepatan kilat langsung menundukkan kepalanya ke bawah untuk melihat baju apa yang sedang dipakai nya, abara tercekat, tadi saat di walk in colset dia tidak melihat baju apa yang diambilnya dari lemari nya, dia hanya asal mengambil baju dan langsung menggunakan nya saja karena kepalang khawatir dengan keadaan Agara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn
Teen Fiction"Gue gak mau satupun orang tau kalau lu kembaran gue, paham!" "Abara I won't say as long as it can make you happy, I will be happy too" ⚠️WARNING⚠️ CERITA INI HANYA CERITA FIKSI,CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR, JADI DIHARAPKAN TIDAK DIBAWA KE DALA...