cuarenta y ocho 🧵

530 57 5
                                    

Setelah keputusan terakhir abara saat itu, abara benar-benar pergi dari rumah, rose sebisa mungkin sudah menghalangi putra pertamanya itu untuk pergi, begitu pun dengan Mark yang baru saja pulang pada malam harinya.

Mark sangat kaget melihat kondisi rumah nya yang berantakan, rose yang dikunci di gudang, kamar kedua anak kembarnya yang berantakan, serta dokumen-dokumen penting perusahaan yang selama ini dicari nya.

Dan abara yang tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal sendiri.

_
_

A month later

Tepat setelah sebulan perginya abara dari rumah, keadaan rumah semakin kacau, Agara yang menjadi sangat emosional dan pemarah serta mudah sekali tersinggung. Mark dan Rose yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membujuk abara untuk pulang, tapi sayangnya abara tak menggubris siapapun orang yang menemui nya.

"Ini semua karena kalian" ketus Agara sambil melempar makanan yang tersaji di depan nya, semua makanan tercecer dilantai, Agara juga membuang peralatan makan nya.

Brak!

Gebrakan meja itu ditimbulkan oleh Mark yang menatap tajam kearah Agara yang juga menatap nya dengan tajam.

"Agara, jangan kelewatan. Kamu makin hari, makin kurang ajar saja" ucap Mark dengan nada yang tajam.

"Nyatanya emang gitu kan? Semua ini karena kalian! Kalian yang misahin aku dari ayah, ibu dan saudara aku juga!!" Bentak Agara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ini sepenuhnya bukan kesalahan kami Agara, kamu bertengkar dengan abara karena keegoisan kamu. BELAJAR MENERIMA KESALAHAN YANG KAMU PERBUAT!" bentak Mark dengan mata yang menatap tajam kearah Agara yang juga menatap tak senang kearahnya, bukan maksud Mark membentak putra nya, tapi dia hanya ingin Agara belajar bisa menerima semuanya dengan lapang dada, dia tidak mau dengan Agara menolak semua kenyataan nya  itu malah menjadi boomerang untuk dirinya.

"ENGGAK SEMUA INI KARENA KALIAN, SEMUA SALAH KALIAN. AKU BENCI SAMA KALIAN SEMUA, AKU BENCI!" teriak Agara makin menjadi-jadi, tangannya tergerak melemparkan apa saja yang berada di depannya.

Brak

Prang ..... Prang .... Prang

Terdengar suara pecahan piring dan gelas dimana-mana, dengan sang pelaku utama yang terlihat kesetanan melempar semua barang kesana kemari.

"BUKAN AKU, KALIAN YANG SALAH. KALIAN, AKU BENCI. KALIAN SEMUA JAHAT, JAHAT!" teriak Agara sambil memukul-mukul kepalanya dengan sendok yang digenggam nya dengan sangat erat.

"Agara!" Teriak rose khawatir, mencoba menghampiri anak bungsunya yang terlihat sangat kalap.

Melihat rose yang ingin menghampiri Agara Mark dengan cekatan memegang tangan rose agar istri nya tersebut berhenti.

"Mark, lepasin. Kasihan Agara" rose mencoba melepaskan genggaman tangan Mark yang begitu erat di lengannya.

"Jangan rose, biarin Agara tenang dulu. Kalau kamu kesana nanti Agara bakalan lebih nekat" rose hanya mengangguk meskipun sangat tidak rela, rose menatap khawatir kearah Agara yang masih memukul-mukul kepalanya bukan dengan sendok tapi kali ini menggunakan tangan.

"Agara, nak udah cukup sayang. Hei dengerin mommy sayang, ayo kita pergi berobat sayang, mommy gak bisa liat kamu kek gini terus sayang" bujuk rose kearah Agara yang masih kesetanan memukul kepala nya sendiri.

Ibu mana yang tidak khawatir melihat keadaan anak nya seperti ini.

"AKU GAK SAKIT, JANGAN AJAK AKU BEROBAT. KALIAN SEMUA SAMA AJA, KAMU, DIA, ABARA SAMA AJA. AKU BENCI! KALIAN YANG SAKIT BUKAN AKH" Teriak Agara sambil menunjuk kearah rose dan Mark yang tengah berdiri di dekat tangga, Agara menatap rose dengan mata yang berkaca-kaca, lelehan air mata pun mengalir perlahan dari pelupuk mata indah Agara, mata nya menatap dengan penuh luka kearah rose dan Mark yang juga menatap nya dengan pandangan yang tak kalah terluka.

Perdoname (End) || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang