03. Antara Rasa Dan Kak Tara

1.5K 53 18
                                    

Tandai bila ada Typo ️⚠️

Hai ian!!!

Happy reading!
.
.
.

Brian menatap Rasa di yang terbaring lemah di brankar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian menatap Rasa di yang terbaring lemah di brankar. Dia berdiri di belakang Arya yang sedang mengusap pelan tangan putrinya.

"Cepet sembuh, ya, Sa. Kita jemput mamah bareng-bareng nanti." ucap Arya pada gadis remaja yang tertidur dan memakai alat pembantu pernapasan.

Perlahan pria itu bangkit dan menatap Brian.

"Baru kemarin papah di panggil ke sekolah, Brian."

Brian menatap Arya. "Buat apa bolos?" tanya Pria itu lagi. Brian enggan menjawab dan malah menuduk dalam.

"Gak ada maanfaatnya sama sekali."

"Brian kesiangan pah, papah tau sendiri kan kemarin Brian nganterin Rasa dulu." ucap Brian berusaha mengelak.

"Trus? Rasa kamu biarin pulang jalan kaki gitu?"

Brian beralih menatap Rasa yang mulai membuka matanya.

"Rasa lagi sakit, Bian, mamah juga di pesekeater."

"Papah cuman minta kamu jagain adik kamu, itu aja."

Brian masih menatap Rasa. Rasa memberi isyarat padanya agar tetap diam.

"Papah cape, di kantor banyak kerjaan. Kamu harusnya ngertiin dong." ucap Arya berusaha agar tidak emosi terlalu. Dan akhirnya Pria itu menghela nafas, saat itu juga dia melangkah keluar kamar rawat Rasa.

Brian mendekat dan duduk di kursi samping brankar itu.

Dia menggapai tangan Rasa, dan memgelusnya pelan.

"Maaffin gue ya, Sa."

Rasa tersenyum tipis. "Gue gak papa." jawabnya pelan.

Brian tersenyum melihat Rasa dengan tatapan tak tega. Jarum impusan di tangannya, serta Rasa yang sedikit kesusahan bernapas.

"Gue rindu sama mamah."

"Gue juga." jawab Brian cepat.

"Besok kita jenguk mamah, ya?"

Brian terdiam, tidak tau harus menjawan apa pada gadis itu.

"Bian!"

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang