52. Perselisihan Antara Mereka

171 6 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

📌Tandai Bila Ada Typo!

📌Tandai Bila Ada Typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ke esok kan hari. Ketika Garha ingin mengeluarkan motor kesayangannya matanya tak sengaja menemukan sosok yang dia kenali sedang duduk di atas motor, tepat di depan rumah Dea.

Garha cepat bersembunyi di balik pagar rumahnya, memperhatikan gerak gerik cowok itu. Tapi tak lama Dea datang, terlihat tak bersemangat menurut Garha.

Sedangkan Garha sendiri bingung kenapa Arka pagi-pagi seperti ini ada rumah Dea, apa yang sedang manusia itu lakukan?

Lama menunggu sampai Dea pergi bersama Arka, kini Garha segera menaiki motornya dan berangkat ke sekolah.

Di sisi lain Brian selesai mengantarkan Rasa ke sekolahnya. "Pulang di jemput Pak Bagus, ya? Nanti gue nelpon dia." Ucap Brian.

"Iya, ati-ati di jalannya!"

Brian tersenyum jail.

"Udah lo sana, kayak orang gila senyum-senyum sendiri!" Gerutu Rasa tak suka.

"Iya nih tergila-gila sama lo." Jawab Brian merayu adeknya.

"Bian!"

"Iya gue pergi." Setelah puas menjaili Rasa cowok itu segera melanjutkan perjalanan, memastikan Rasa masuk ke dalam sekolah Brian langsung menancap gas.

Sesampainya di Prata 1 Brian langsung memarkirkan motor dan pergi ke kelasnya. Di Koridor Brian tiba-tiba berhenti di depan mading, memperlihatkan sesuatu di papan itu.

Wajah gadis itu terpajang cantik di sana. Mengatasnamakan poster, Dea sebagai model perwakilan OSIS.

Brian hanya bisa terdiam merasakan ke ganjalan di hatinya.

Bodoh.

Brian menyebutkan dirinya sendiri dengan sebutan itu. Entah ini penyesalan atau apa, sebab hatinya terlalu egois saat itu.

Dia melirik pergelangan tangannya, gelang hitam miliknya masih dia pakai. Tangannya teratur menyentuh benda itu. Memaksa untuk melepaskan, tetapi seseorang datang dan menghentikan itu semua. Membuat aktivitas Brian terganggu.

Keduanya sama-sama terdiam saat mata mereka bertemu. "Jangan di copot."

Brian menghentak tangan mungil itu dengan kasar. Menatap tajam penuh dendam.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang