"Lo?"Brian terdiam menatap Rasa. "Apa?"
"Sayang benget sama mereka?" Tanya Rasa.
"Siapa?"
"Flavorin." Ujar Rasa.
Brian menghela nafasnya pelan, menatap arah balkon yang tertutup kerena angin di luar sana cukup kencang.
"Mereka hidup gue, Sa." Lirih Brian membuat Rasa ikut memperhatikan balkon kamar nya. Mereka berada di kamar Rasa.
"Setelah gue rasa rumah ini bukan hidup gue, mereka menyambut gue pulang ke sana. Rumah kedua saat rumah ini bukan lagi tempat pulang." Brian membuang nafasnya pelan, melirik gadis itu yang sama sekali tak memandangnya.
Ketika Kak Tara pergi, rumah ini menjadi sepi dan tidak teratur. Anita yang mengalami depresi karena hal itu, pulang pergi ke pisikolog bahkan rawat inap di sana. Rasa sering sakit-sakitan karena pola hidupnya yang saat itu kian menurun membuatnya banyak menghabiskan waktu di rumah sakit. Begitu juga Arya yang harus mengurus dan membagi waktunya untuk perusahaan.
Sisanya rumah ini bahkan sering kosong. Hal yang membuat Brian merasa kesepian.
"Gue benci keadaan saat itu." Lirih Brian lagi.
Rasa diam merasa kan hal yang mungkin Brian ucapkan.
"Gue udah coba ikhlas, tapi gue gak bisa. Semua itu butuh proses. Kak Tara pergi dan semuanya kacau!" Brian berusaha menahan emosi dengan meremas ujung kaos yang dia pakai.
"Gue tau pasti itu sulit." Sambung Rasa meliriknya.
"Ngeliat Mamah sembuh, bahkan lo sehat? Itu semua gak cukup. Gue mau memperbaiki semua hal yang pernah hilang di rumah ini, gue mau ngulang itu semua dan kalo bisa gue gak mau tau tengang kenyataan diri gue terbongkar." Ucap Brian kian merasa matanya memanas. "Tapi gak bisa." Lanjutnya.
"Lo gak boleh menyesali hal yang udah terjadi!" Ucap Rasa.
"Dan seharusnya gue mati!"
"Kenyataan lo masih hidup karena tuhan punya rencana besar buat lo." Ucap Rasa.
"Rencana besar? Sebuah tes DNA yang hampir membuat gue gila? Keputusan Papah yang nyelamatin nyawa gue karena gue seorang bayi yang malang? Atau kepergian Kak Tara yang memulai tentang masalah? Itu yang menurut lo rencana besar?" Tanya Brian menatap manik Rasa sedikit membentak.
"Lo anggap kepergian kak Tara adalah masalah besar?" Tanya Rasa berbalik. Jelas dia tidak terima Brian menyalahkan keadaan seperti ini.
"Why not?"
Brian berdiri dari ranjang seakan tertawa atas kenyataan.
"Dia pergi masalah datang kan?" Tanya Brian pelan.
"Enggak!"
"Enggak karena itu bukan hidup lo! Ini tentang hidup gue! Lo gak pernah rasain apa yang gue rasain!" Ucap Brian mengusap wajahnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔
Teen Fiction©2022 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALIN JEJAK, HAPPY READING GENG!!! ••• Ini tentang hidup seorang Brian Aryanta, si ketua geng motor yang selalu mengakui bahwa dirinya mencintai gadis itu. Dia bahkan berjanji akan menja...