43. Peluk Untuk Brian

193 9 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

📌Tandai Bila Ada Typo!

📌Tandai Bila Ada Typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kttt!

Brian menghela nafasnya kasar saat dia berhasil mengerem motornya hingga menimbulkan suara. Menoleh kearah belakang di mana Rasa memeluknya sangat erat, nafas gadis itu terasa tersegal-senggal.

Ramai-ramai orang berdatangan saat mobil itu berhasil melintas trotoar dan menabrak pohon besar di tepi jalan.

"Sa lo gak papa?"

Ternyata dari kedua kendaraan sama-sama menghindar tapi naas pengguna mobil itu malah mengorbankan dirinya dan berakhir menabrak pohon.

Warga beramai-ramai menghampiri, baik itu mobil ataupun Brian dan Rasa.

Orang yang awalnya terlihat ingin melintas itu sama sekali tidak ada. Bahkan Brian sudah memastikan sebelumnya. Tapi nihil tidak ada siapapun selain warga yang lain.

Rasa yang mulai panik meremas tangan Brian dengan kuat, nafasnya kini kian berat.

"Sa?"

"Mas gak papa?" Tanya warga yang menghampiri.

"Adek saya, pak..."

Belum selesai dengan ucapannya Rasa malah sudah lemas dan menabrakkan dirinya pada punggung cowok itu.

Suasana semakin panik saat Rasa pingsan. Warga sekitar juga menyarankan untuk segera membawa Rasa ke rumah sakiDoktert.

Sesampainya di rumah sakit Brian menyerahkan Rasa untuk di tangani oleh Dokter Gio yang kebetulan sedang ada di rumah sakit.

Tutttt, tuttttt, tuttttt...

Brian berusaha menghubungi Papahnya, walau agak sedikit ragu.

Setelah berhasil mengubungi Arya sang Papah, dan kabarnya kedua orang tuanya akan segera menyusul ke rumah sakit.

"Gimana, Dok?"

Dokter Gio mengangguk pelan lalu menjelaskan sesuatu pada Brian.

"Dia hanya shock, kamu gak usah khawatir karena Rasa sekarang udah mendingan. Untung saja kamu segera membawa kesini."

Brian berterima kasih terhadap Dokter Gio, setelah di beri ijin untuk masuk dia segera menemui Rasa setelah di pindahkan ke ruangan inap VVIP keluarga Aryanta.

"Maaf..."

"Lebai benget, gue gak papa." Rasa mencoba tersenyum saat dadanya benar-benar sesak. Alat itu menutupi permukaan di bawah hidung.

Tak henti-hentinya Brian mengusap punggung tangan Rasa, dengan penuh kasih sayang dirinya merasa bersalah atas kejadian ini.

"Gue emang bodoh, gak bisa jaga lo!" Ucap Brian.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang