16. Pesawat Kertas

338 18 0
                                    

Bersama tiga temannya Brian berjalan di koridor SMA Prata 1 di mana Angga tidak mungkin ikut serta karena batas sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bersama tiga temannya Brian berjalan di koridor SMA Prata 1 di mana Angga tidak mungkin ikut serta karena batas sekolah. Brian tidak mempermasalahkan hal itu, jika memang Angga setia kawan mungkin dia tidak akan mengkhianati-nya.

Untuk saat ini tidak Ada yang menarik dari orang-orang di koridor yang menatap nya kagum. Tapi satu orang di depan mereka. Ya itu Dea.

"H-hai!"

Keempatnya berhenti di depan Dea. Dea sama sekali tidak menghalangi jalan mereka, tapi untuk menepi kakinya begitu sulit.

"Pagi Dea cantik!" Sapa Wili sumringah. Pagi-pagi seperti ini sudah melihat bidadari secantik Dea. Pikir si wibu itu.

Dea tersenyum ramah. Lalu dia menepi untuk memberi akses mereka lewat. Mata Dea dan mata dingin Brian bertemu saat mereka berjalan melewati Dea.

Lebih cepat dari satu detik pun mata mereka memutuskan untuk tidak melihat satu sama lain.

Dan sekarang mereka sudah berada di kelas XII IPA 1 di mana Brian duduk di kursi belakang bersama teman-temannya. Jika Brian termasuk murid pintar yang masuk ke kelas pilihan tidak menutup keyakinan jika teman-temannya sama dengannya.

Akha sendiri adalah mantan ketua OSIS tahun kemarin di mana dia juga aktif di organisasi selain itu. Seperti musik, basket, bahkan Inggris club.

Untuk manusia wibu ini juga tidak boleh di heran kan. Wili bukan tidak pintar, hanya dia memiliki kecerdasan di bidang lain. Bukan hanya menjadi anggota unggulan basket, Wili juga memiliki keahlian di bidang bahasa Dan sastra. Masuk ke kelas IPA bukan keinginannya, tapi ini adalah keinginan orang tuanya yang mengharapkan cowok itu akan melanjutkan studi kedokteran suatu saat nanti.

"Dan gue lupa ngerjain tugas!" Garha panik setengah mati saat seorang guru masuk ke kelasnya. Ini adalah kesalahan Dan hal yang selalu Garha lakukan dan selalu dia ulangi.

Garha selalu lupa dengan tugasnya. Padahal hidupnya selalu gabut. Dengan alasan yang bermacam-macam Garha akan mengeluh lupa karena sibuk. Padahal tidak.

"Berdiri di depan bor selama jam pelajaran saya!" Garha hanya bisa membuang nafasnya gusar.

Selama jam pelajaran matematika ini. Garha hanya bisa menatap teman-temannya yang mengejek di depan sana tentu dengan kaki yang dia angkat sebelah dan daun telinga yang dia yakini sudah merah. "Kamu bisa isi nomor satu Garha? Biar nomor lain teman-teman kamu yang isi." Tawar guru matematika itu.

"Kalo saya benar di kasih apa, bu?"

"Kamu boleh duduk."

"Yes!"

Garha berseru senang. Matematika bukan hal yang sulit baginya. Bahkan untuk mengerjakan satu nomor tidak perlu banyak waktu. Ini adalah sisi baik Garha, cowok friendly yang ahli dalam matematika. Dia juga salah satu pemenang lomba sains bersama Brian Dan satu murid adik kelasnya lagi.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang