49. Bukan Kedewasaan Yang Di Inginkan

142 7 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.


📌Tandai bila ada Typo!

Rasa menatap malas makanan yang ada didepannya, semua yang ada di meja makan rasanya hambar, pikir Rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa menatap malas makanan yang ada didepannya, semua yang ada di meja makan rasanya hambar, pikir Rasa. Pagi ini, Bahkan meminum susu saja Rasa sangat malas.

"Makan, Sa, nanti kamu sakit." ucap Anita sang mamah, papahnya melirik pelan pada anaknya itu.

"Kamu sakit, Sa?" tanya Arya, dia tau betul jika anaknya seperti ini. Seperti biasa, Rasa akan menunjukan sikap yang berbeda ketika sakit, kelihatan malas, bahkan minum saja sedikit.

Rasa hanya diam. "Gak usah sekolah dulu ya, Sa." pinta sang Papah, Rasa yang mendengar itu langsung menegakan kepalanya dan menggeleng kuat.

"Rasa gak papa, pah." Jelasnya. Arya melirik pada istrinya.

"Istirahat dulu ya, Sa, kamu pasti ke capean." Ucap Anita. "Nanti biar mamah yang minta ijin ke sekolah." Lanjutnya. Tapi Rasa tetap saja menggeleng.

"Intinya Rasa tetep mau sekolah, Rasa sehat kok." Tegas Rasa, walau nafasnya kian menipis dirinya masih tetap saja kekeh.

Tak lama ada suara langkah seseorang yang berjalan kearah meja makan tepat mereka sarapan. Brian yang sudah menduga papahnya belum berangkat kekantor dan memaksakan untuk menemui keluarganya di dapur, walau nanti dia pasti akan di ceramahin. "Berani pulang kamu?" seketika langkah Brian terhenti kala Arya sudah berdiri di depannya, dia menelan ludahnya kasar.

"Kenapa gak sekalian, gak usah pulang?" tanya pria itu dengan sinis. "Toh rumah aman kalo gak ada kamu." Lanjutnya.

"Bian abis nginep di rumah temen, pah." Ucap Brian berbohong.

"Di markas maksud kamu?" tanya Arya dengan cepat, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan gagah berdiri menatap Brian.

"Berapa kali papah bilang, bubarin! Gak penting nyurusin kaya gituan!" tegas Arya, sedangkan Anita bersama Rasa masih duduk menyimak di meja makan.

"Apa kata orang, kalo anak ketua yayasan Prata ikut geng-geng kayak gitu? Malu Bian! Mau di taruh dimana muka papah?!" lanjut Pria berjas itu. Anita yang biasanya mencegah suaminya membentak Brian kini dia hanya diam, semua yang suaminya ucapkan benar. Brian memang tak seharusnya mengikuti hal-hal yang seperti itu. Tugas Brin hanya belajar, dan nurut apa kata papahnya.

"Kurang apa kamu? Uang? Papah bisa kasih yang kamu minta asal kamu tinggalin geng kamu itu!" tangtang papahnya.

"Gak bisa pah, meraka udah jadi bagian dari hidup Bian sekarang." Lirih Brian pelan. Papahnya mendecih pelan, tak habis pikir dengan pemikiran anaknya itu.

"Kamu harusnya jagain Rasa, kamu bahkan gak tau Rasa sekarang lagi sakit!" ucap Arya. Brian yang mendengar itu langsung beralih menatap gadis yang sedang terdiam duduk menggunakan seragam sekolahnya.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang