36. Maaf Yang Paling Serius

195 11 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
📌Tandai bila ada typo

Brian sudah melakukan skors selama dua hari, dengan catatan dua hari dia di rumah tanpa keluar walaupun hanya untuk mencari angin segar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian sudah melakukan skors selama dua hari, dengan catatan dua hari dia di rumah tanpa keluar walaupun hanya untuk mencari angin segar. Hari ini weekend, ya Brian melakukan sekolah seperti biasanya hari senin yang akan datang. Itu pun jika Tuhan masih memberikan dia nyawa besok. Kerena hidup tidak ada yang tau bukan?

Cowok bergelang hitam itu memainkan kubik miliknya di kamar seorang diri. Dia sangat tidak bosan dan tidak ada kerjaan hari ini, terlebih dia sangat tidak ingin keluar kamar karena akan bertemu dengan Arya nantinya.

Brian tiba-tiba teringat tentang pacarnya. Dea? Tentu saja.

Ini yang di sebut jatuh cinta?

"Den Bian!" Tiba-tiba seseorang memanggilnya dan pintu terbuka menampilkan Bi Ani di sana. Brian buru-buru bersikap biasa aja membiarkan kubiknya tergeletak di atas kasur.

Hanya menatap diam, tak berbicara ataupun menjawab.

"Gue kira Papa." Batin Brian.

"Maaf bibi langsung buka pintu den, soalnya dari tadi udah Bibi ketuk pintunya tapi kayaknya aden gak kedengeran ya?" Bi Ani dengan sopan menunduk kilas.

"Ouh gak papa, Bi. Kenapa?" Tanya Brian.

"Ndeh Den, di suruh ke bawah temenin non Rasa sama Bapak." Ucap Bi Ani. Bapak yang di maksud adalah Arya sang majikan.

"Kemana emang dia?"

"Lagi nganter Ibu Den ke dokter." Jawab Ani.

Brain mengerutkan keningnya. "Mamah kenapa Bi?"

"Biasa Den cuman kontrol."

"Iya nanti Bian kesana." Brian mengangguk pelan setelah itu Bi Ani pergi dengan menutup pintu kamar Brian.

Brian langsung keluar dari kamarnya dengan senyum yang masih mengembang. Rasa duduk disofa sambil membaca buku favoritnya. Di meja sudah tersedia susu jahe hangat yang selalu menenangkan pikirannya.
Brian turun dari anak tangga, dan duduk disebelah Rasa. "Enak gak diskors?" tanya Rasa yang membuat Brian melirik tak suka.

"Enak banget malah!"

Rasa teryawa kecil.

"Udah lama Mamah berangkat?" Tanya Brian.

"Dari tadi sih, bentar lagi juga pulang kayaknya." Jawab Rasa.

"Mamah kenapa ya?" Pikir Brian. Rasa terdiam sejenak.

"Penyakit panik Mamah kumat lagi."

Saat mendengar itu Brian menunduk. "Karena gue?" Tanyanya.

"Enggak, kayaknya obat Mamah lupa di minum deh." Ucap Rasa. Brain menatap Rasa, menyenderkan badannya di sandaran sofa. Mengingat jika kemarin dia banyak melakukan masalah di sekolah.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang